Oleh: Velix Vernando Wanggai
(Dimuat di Harian Jurnal Nasional, 11 November 2010, Kolom Spektra)
Hujan rintik-rintik menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama bersama isterinya, Michelle Obama, Selasa sore tanggal 9 November 2010 di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta. Menurut tradisi disini, hujan itu pertanda berkah. Kurang lebih 18 jam Presiden Obama mengunjungi Indonesia. Cukup lama meninggalkan kota Jakarta membuatnya pangling. Seingatnya, dulu bangunan paling tinggi hanyalah Sarinah dan Hotel Indonesia. Tapi kini kedua bangunan itu menjadi gedung terendah di Jakarta. Becak dan bemo pun tidak terlihat lagi. Itulah kiranya yang membuat Barry, si Anak Menteng ini mengalami disorientasi tentang kota Jakarta.
Perjalanan rombongan Presiden Obama dari Halim ke Istana Negara hanya butuh waktu 25 menit. Jika jalan tidak licin, Limousine Sang Presiden hanya butuh waktu kurang lebih 7 menit. Obama kagum dengan
Beberapa jam di Jakarta, tidak terlihat Obama sebagai seorang Afro-Amerika. Lebih pas ia sebagai Indo-Amerika. Ucapan “apa kabar, selamat sore, assalamu alaikum, salam sejahtera, terima kasih, pulang kampung nih, adalah idiom
Kunjungan kenegaraan yang biasanya ketat dengan aturan keprotokoleran, kali ini berbeda. Suasana emosional dan kultural lebih nampak mendominasi prosesi kunjungan Obama di Jakarta. Dalam konperensi pers
Ke Jakarta sama dengan “pulang kampung”, sehingga Obama harus menyapa semua orang yang dijumpainya dengan agak “mengabaikan” protap secret service-nya sendiri. Justru yang berusaha keras “menjadi
Optimisme Obama
Di pundak Obama, semua warga dunia berharap memperoleh “berkah” keseimbangan global yang diperankannya berupa keamanan, kedamaian dan kesejahteraan. Dilihat dari akar kata nama “Barack”, konon berasal dari kosa kata Arab, “ba-ra-ka” atau “barakah” (berkah, berkat, untung, faedah, manfaat) menjadi “mubarak” (keberkahan, kemanfaatan). Kedatangannya ke
Peran
Kemarin tanggal 10 November 2010 adalah hari terakhir kunjungan Obama di Indonesia. Ia memuji, Indonesia sejak lama telah memiliki kekuatan nilai demokrasi, pluralisme, toleransi beragama, Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila yang bisa dicontoh oleh negara lain di dunia. Ia mencontohkan mesjid Istiqlal yang bermakna “kemerdekaan” (independent) diarsiteki orang Kristen. Menurutnya, Indonesia sebagai contoh keharmonisan umat beragama di seluruh dunia. Ia meyakini Islam dan demokrasi maupun demokrasi dan kesejahteraan memiliki masa depan di Indonesia.
Dari sisi ekonomi dan investasi, posisi ekspor Indonesia ke AS memang dibawah India, Korea Selatan, China dan Jepang, namun dari sisi sosial, politik dan keamanaan regional dan global, Indonesia merupakan mitra strategis. Posisi geografis Indonesia menjadi jembatan ekonomi di Asia-Pasifik maupun negara demokrasi dengan basis umat Islam terbesar di dunia. Tak salah bila Obama berujar “I believe that Indonesia is not only a regional power that is rising, but also the global forces” (saya percaya bahwa Indonesia bukan hanya kekuatan regional yang sedang naik, tetapi juga kekuatan global). Semoga kunjungan Obama membawa “Baraka” (berkah/manfaat) bukan saja bagi Amerika Serikat dan Indonesia tapi juga dunia.[]
No comments:
Post a Comment