Jurnal Nasional | Kamis, 20 Sep 2012
Oleh: Velix Wanggai
Sehari setelah kembali dari Vladivostok, Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengunjungi Kota Pekan Baru, Provinsi Riau, Pulau Morotai di Provinsi Maluku Utara, dan Kota Cirebon, di Provinsi Jawa Barat, mulai 11 September hingga 17 September 2012. Di Bumi Lancang Kuning, Presiden SBY hadir untuk membuka Pekan Olah Raga Nasional (PON) ke-18. Setelah itu, Presiden SBY menyapa rakyat di ujung timur Indonesia, tepatnya di Pulau Morotai untuk membuka Sail Morotai 2012 pada 15 September 2012.
Setelah itu, pada 17 September 2012, Presiden SBY menghadiri Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nadhatul Ulama (NU) di Kota Cirebon, Jawa Barat yang mengangkat tema, ‘Kembali ke Khittah Indonesi 1945, Meningkatkan Khidmad NU Menuju Indonesia yang Berdaulat, Adil dan Makmur'. Rangkaian kegiatan ini memiliki makna yang strategis, tidak hanya untuk kepentingan domestik, namun memberi manfaat pula bagi kemajuan Indonesia di tataran global.
Acara PON, Sail Morotai, dan Munas NU ini memiliki spirit yang sejiwa, yakni untuk membangun bangsa yang berperadapan mulia, persaudaraan dan perdamaian. Pesta olah raga misalnya, janganlah dilihat hanya sekedar merebut medali. Namun lebih itu, olah raga memiliki makna yang lebih komprehensif. Olah raga adalah simbol kemajuan bangsa, sekaligus sebagai instrumen pemersatu dari keberagaman yang ada di tanah air.
Dalam beberapa kesempatan, Presiden SBY menekankan bahwa kita harus "educating mind and heart of our people through sport and art". Secara tradisi, olah raga dan seni adalah saling terkait satu sama lain. Demikianlah, apa yang terjadi pula pada pelaksanaan Sail Morotai. Olah raga dan seni yang terkait dengan sumber daya kelautan tumbuh dan berkembang.
Sail Morotai adalah perhelatan akbar bahari bertaraf internasional. Ketika di Morotai, Presiden SBY mengajak kita untuk menyatukan langkah untuk menentukan kejayaan Provinsi Maluku Utara di masa depan. Dan, di pulau yang pernah dijadikan markas Jenderal McArthur pada Perang Dunia ke-II ini, Presiden menegaskan komitmen dan tekad Indonesia untuk menjadikan momentum rangkaian Sail di Indonesia ini sebagai penegasan Indonesia sebagai salah satu penggerak kekuatan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Bahkan, Pemerintah melihat Sail Morotai di Spice Islands, Moloku Kie Raha, adalah simbol dari era baru ekonomi dari Abad Pasifik. Kini, Morotai dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terletak di bibir Pasifik.
Makna lain dari perhelatan akbar dari PON dan sejumlah kegiatan Sail ini juga simbol dari keberpihakan Pemerintah dalam mendorong percepatan pembangunan wilayah-wilayah di luar Pulau Jawa-Bali. PON ke-18 di Riau ini adalah PON yang ketiga kalinya diselenggarakan di luar Pulau Jawa secara berturut-turut. Sebelumnya PON ke-16 Tahun 2004 di Sumatera Selatan, dan kemudian PON ke-17 di Kalimantan Timur pada tahun 2008.
Demikian pula dengan perhelatan Sail yang telah digelar di Sulawesi Utara (Sail Bunaken), Maluku (Sail Morotai), Sulawesi Tenggara (Wakatobi), dan Maluku Utara (Sail Morotai). Ke semua itu sebagai komitmen dari pendekatan kewilayahan yang telah ditekankan oleh Pemerintah sebagai arah baru strategi dan kebijakan pembangunan nasional pada kurun waktu 2009-2014.
Akhirnya, rangkaian acara Presiden SBY dalam satu minggu ini, merupakan komitmen Pemerintah untuk menggerakkan ekonomi domestik yang berdimensi kewilayahan, kebangsaan, dan harmoni. Hal ini adalah modal bagi bangkitnya ekonomi baru Asia Pasifik.
No comments:
Post a Comment