| Sabtu, 25 Jan 2014
Rihad Wiranto
Oleh Velix Wanggai
Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, adalah Presiden RI pertama yang dua kali terpilih secara demokratis ditengah-tengah arus perubahan sosial politik Indonesia. Di akhir masa pengabdiannya kepada rakyat Indonesia, Presiden SBY ingin berbagi pengalaman di dalam mengelola Indonesia yang majemuk ini. Pengalaman, sekaligus refleksi selama hampir sepuluh tahun masa kepemimpinan Presiden SBY ini, tertoreh jelas di dalam rangkaian. kalimat-kalimat indah di dalam buku "Selalu Ada Pilihan", yang ditulis sendiri oleh Presiden SBY. Buku ini merupakan buku "Best Seller" pada awal tahun 2014, yang terbagi ke dalam 4 Bab, yakni Bab I "Inilah Negara Kita Saat Ini", Bab II "Asalkan Tahu, Beginilah Jadi Presiden", Bab III "Ingin Jadi Presiden, Menangkan Pemilihan Mendatang", dan Bab terakhir perihal "Semoga Menjadi Presiden yang Sukses".
Kita semua menyaksikan bahwa di dalam mengelola Indonesia yang kompleks dan penuh warna keberagaman ini, Presiden SBY terlihat terus belajar dan rajin memetik hikmah dan pelajaran dari masa lalu, baik menyangkut keputusan, kebijakan, dan tindakan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan. Sejarah amat sering berulang, history repeats itself. Disinilah, manusia harus cerdas dan bijak mengambil pelajaran dari apa yang terjadi di masa lampau. Tugas setiap pemimpin nasional untuk mengingatkan warga bangsa untuk selalu mengenang apa yang telah diwarikan dari pemimpin nasional, dari Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden B.J. Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Generasi muda hari ini akan banyak belajar dari pemikiran-pemikiran besar dari Presiden sebelumnya. Ketika kita membaca buku "Di Bawah Bendera Revolusi", edisi 17 Agustus 1959, karya Presiden Soekarno, kita mencernah pemikiran Bung Karno perihal Indonesia Merdeka suatu jembatan yang dilandasi oleh azas-azas ideologi kebangsaan yang kuat. Rasa kebangsaan nasional diikat, digelorakan, dan dibangun terus-menerus oleh Bung Karno dalam 10-20 tahun kepemimpinannya.
Presiden Soeharto, yang dijuluki Bapak Pembangunan, hadir dengan ideologi "Trilogi Pembangunan", stabilitas nasional, pertumbuhan, dan pemerataan. Hal ini sebagai tugas sejarah yang diemban Presiden Soeharto dalam menata sisi-sisi yang perlu disentuh di era Orde Baru ini. Haluan pembangunan diletakkan, dan dikemas strategi pembangunan yang bertahap guna mewujudkan masyarakat Indonesia seutuhnya. Untuk mencapai visi itu, Pak Harto menyederhanakan kepolitikan Indonesia, memperbaharui kebijakan ekonomi dan keuangan, serta memperbaiki hubungan luar negeri dengan negara-negara kreditor. Sejalan dengan itu, delapan jalur pemerataan juga dibangun di era Orde Baru.
Presiden SBY menjelaskan bahwa krisis dan perubahan besar di tahun 1998 menuntut Presiden di era reformasi dan transformasi ini memiliki tugas-tugas sejarahnya sendiri. Presiden B.J Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, dan Presiden Megawati Soekarnoputri, serta Presiden SBY menjalankan amanah yang tidak mudah di dalam menjalankan agenda-agenda reformasi, menata kehidupan bernegara, membangun kembali strategi ekonomi nasional, melanjutkan konsolidasi demokrasi, menguatkan sistem dan struktur hukum, maupun mengembalikan dan memperkuat citra, posisi, dan peran Indonesia di arena internasional.
Dalam 15 tahun terakhir ini, Indonesia telah banyak melakukan perubahan yang mendasar dan dramatis, dalam skala yang besar, bahkan massif ke seluruh pelosok tanah air. Presiden SBY menyebutnya "Indonesia dalam transformasi". Tidak hanya reformasi, namun transformasi. Presiden SBY menegaskan bahwa dunia internasional telah dan sedang menyaksikan proses dekontruksi dan rekonstruksi yang dramatis. Di tengah perubahan itu, ekonomi negara jatuh, konflik dan benturan sosial, serta pusat kekuasaan yang cukup sulit mengendalikan situasi yang sulit itu.
Presiden SBY mengingatkan kita semua bahwa bahkan ada sejumlah lembaga dan pengamat internasional meramalkan Indonesia akan runtuh dan bubar seperti nasib Yugoslovia di Eropa Timur. Alhamdulillah, ramalan itu tidak benar, Indonesia selamat, bahkan demokrasi Indonesia semakin stabil dan terkonsolidasi. Format kepolitikan yang berubah dengan baik ini, ternyata menjadi model "political change, from authoritarian to democracy" yang berhasil di dunia. Dalam situasi itu, Presiden SBY mengatakan kita pun harus jujur atas ekses dan persoalan baru yang muncul di era perubahan ini, yang sedikit banyak mempengaruhi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dewasa ini.
Atas ekses yang ada, Presiden SBY menyarankan agar jika ada pemikiran untuk melakukan koreksi atas hasil yang dicapai di era reformasi ini, maka koreksi itu tidak boleh mengganggu pembangunan yang telah dicapai pasca krisis, dan tidak boleh membawa bangsa ini ke rezim yang otoritarian. Posisi Presiden SBY sangat jelas dalam memaknai suara-suara yang menginginkan review atas perjalanan bangsa dan negara ini.
Ketika SBY mendapat amanah menjadi Presiden RI pada 20 Oktober 2004, Presiden SBY meletakkan visi besar, yakni Keamanan, Keadilan, dan Kesejahteraan (Peace, Justice, dan Prosperity). Semboyannya, "Bersama Kita Bisa" atau "Together We Can". Sedangkan dalam pada tahun 2009, Presiden SBY menegaskan untuk "Melanjutkan yang sudah baik, dan memperbaiki yang belum baik". Taglinenya adalah "Lanjutkan". Dalam membumikan visi besar di era yang sedang berubah ini, Presiden SBY melihat betapa pentingnya meletakkan haluan pembangunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025.
Desain pembangunan 20 tahun ini menjadi haluan dasar bagi Presiden Indonesia untuk merumuskan visi Indonesia ke dalam tahapan-tahapan lima (5) tahun yang lebih terukur dan terfokus. Dalam 10 tahun terakhir ini, Presiden SBY telah meletakkan haluan pembangunan lima tahun dalam RPJM 2005-2009 dan RPJM 2010-2014. Itulah mengapa Presiden SBY mengingatkan agar Presiden harus memiliki visi, agenda, dan strategi, sasaran dan kebijakan dasar. Presiden SBY ingin berbagi bahwa kepada calon Presiden untuk mengerti benar tentang Negara kita, memahami dinamika dan perkembangan dunia, dan memiliki ambisi agar Negaranya tampil terhormat di Dunia. Visi yang besar, ternyata harus diikuti oleh strategi implementasi yang tepat guna mewujudkan visi, misi, kebijakan, sasaran dan tujuan.
Di dalam mengelola "day-to-day policy", Presiden SBY juga ingin berbagi pengalaman. Perjalanan hampir 10 tahun terakhir ini tentu menyimpan sejuta cerita yang sangat berharga. Sejumlah tips itu antara lain: Perankan Wakil Presiden dengan tepat; Memberikan direktif dan instruksi yang jelas kepada jajaran Kabinet dan para Gubernur; Resiko yang paling berat harus diambil dan dihadapi; Pemimpin terkadang harus melawan arus; Politik juga tentang kompromi dan "take and give" tanpa mengorbankan prinsip dasar; Pertahankan dan jalankan keyakinan sepanjang untuk kebaikan bersama; maupun pemimpin harus memotivasi dan memberi harapan, meskipun bukan angin surga. Tak kalah penting, Presiden SBY juga ingin berbagi agar konflik internal Kabinet harus dikelola dengan tepat dan bijak, lindungi dan belalah jajaran Kabinet jika ia tidak salah, serta berikan apresiasi, sedangkan yang lalai berikan sanksi.
Hari-hari ini Presiden SBY telah membangun visi besar bangsa, mendesain haluan pembangunan, dan meletakan tindakan yang konkret dalam mewujudkan visi besar itu. Langkah-langkah hari ini adalah fondasi untuk mewujudkan Visi Indonesia 2025, atau Indonesia 2045 atau Visi 100 Tahun Indonesia Merdeka. Di dalam berbagai kesempatan, Presiden SBY mengajak semua anak bangsa untuk melihat ke depan, visi strategis yang menjangkau waktu yang jauh ke depan. Meskipun presiden hanya mengembang tugas selama lima tahun atau sepuluh tahun, presiden harus bisa mengembangkan visinya jauh beyond masa tugasnya. Dalam konteks itu, Presiden SBY menggugah kita semua bahwa visi Indonesia 2025 adalah Indonesia sebagai emerging economy. Hari ini, Indonesia disebut sebagai emerging market.
Bahkan ada pengamat menyamai Indonesia dengan Brasil, Rusia, India, China dan South Africa, atau yang dijuluki dengan BRICS. Demikian pula, visi Indonesia 2045, yang digagas Presiden SBY adalah Indonesia yang ekonominya kuat dan makin berkeadilan, Indonesia yang demokrasinya stabil dan matang, dan Indonesia yang peradapannya makin maju dan unggul. Bahkan Presiden SBY meletakkan visi Indonesia di abad ke-21 adalah terwujudnya Indonesia sebagai negara maju (developed country). Visi besar itu harus dibumikan sejak hari-hari ini, sebagaimana yang telah dijalankan oleh Presiden SBY.
Strategi pembangunan ekonomi 4 jalur (4 Track Strategy) menjadi pilihan pendekatan yang mewarnai semua kebijakan pembangunan di semua level dan semua sektor. Strategi 4 jalur ini diharapkan dapat mewujudkan keadilan sosial dalam suatu Indonesia yang majemuk. Akhirnya, buku "Selalu Ada Pilihan" karya Presiden SBY hadir untuk memberikan kita pilihan untuk melanjutkan visi besar bangsa, Indonesia Untuk Semua.
No comments:
Post a Comment