Di
penghujung akhir tahun 2020, Plataran Ubud, Bali, menjadi saksi untuk lahirnya
narasi awal transformasi ekonomi Indonesia. Adalah tugas sejarah bagi
Kementerian PPN/Bappenas untuk menulis langkah perjalanan Indonesia untuk 20
hingga 25 tahun ke depan, sebagaimana harapan Presiden Joko Widodo, yang
menyampaikan betapa pentingnya menulis strategi besar transformasi ekonomi
Indonesia di era pandemi Covid-19 ini.
Ubud, Bali
memiliki makna penting dalam perjalanan pulau Dewata. Ubud, berasal dari kata
Ubad atau medicine, sebuah kota kecil yang terkenal dengan tanaman herbal, dan
dikenal pula sebagai "royal town", kota bangsawan, dengan beberapa
puri terkenal, baik Puri Peliatan Ubud dan Puri Ubud yang berdiri sejak tahun
1700-an. Tidak hanya lintasan sejarah, kisah Ubud menjadi bagian dari film
drama romantis, Eat Pray Love, di tahun 2010, dengan bintang film Julia
Roberts, yang berperan sebagai Elizabeth Gilberts. Dalam perjalanannya, ia
akhirnya menemukan nilai kedamaian dan keseimbangan cinta sejati di Indonesia,
tepatnya di Ubud, Bali.
Visi 2045,
Krisis, dan Pilihan Transformasi
Spirit Ubud
dengan sentuhan kebudayaan yang tinggi menjadi pilihan Bappenas untuk menata
langkah dalam menggapai cita-cita di usia 100 tahun, Indonesia merdeka. Di
tahun 2045, Indonesia dapat keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah
atau middle income trap (MIT).
Dengan kata
lain, Indonesia diperkirakan menjadi negara pendapatan tinggi pada tahun 2036
dan PDB terbesar ke-5 pada tahun 2045. Dalam skenario besar Visi 2045,
ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,7 persen per tahun sejak saat ini hingga
2045 yang konsisten dalam melakukan reformasi struktural, memanfaatkan bonus
demografi dan kemajuan teknologi, serta meningkatkan daya saing ekonomi.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif, kiranya akan
meningkatkan jumlah kelas pendapatan menengah menjadi sekitar 70 persen
penduduk Indonesia pada tahun 2045 (Bappenas, 2019).
Tentu saja,
tugas yang tidak ringan dalam menunaikan Visi Indonesia 2045. Apalagi dengan
peristiwa pandemi Covid-19 telah menyebabkan lingkungan strategis baik di
tataran global, nasional dan daerah berkembang dinamis. Berbagai negara besar
dan menengah mengubah target pembangunan, bahkan melakukan koreksi besar atas
pendekatan dan arah pembangunan di negaranya masing-masing. Berbagai pakar
menyebut "The Covid-19 recession", ditandai dengan krisis ekonomi
global, tingginya pengangguran, jatuhnya pasar modal, industri pariwisata,
kuliner, harga minyak, industri energi, meningkatnya utang pemerintah, dan
bahkan terjadi demonstrasi dan kerusuhan sosial di sejumlah kota di beberapa
negara.
Sebagaimana
dialami oleh negara lainnya, Indonesia juga mengalami goncangan sosial ekonomi
akibat "the Covid-19 recession". Rumah tangga di berbagai pelosok
negeri merasakan tekanan ekonomi yang tidak ringan di dalam keseharian mereka.
Disinilah, Negara, Pemerintah telah hadir dengan pelbagai policy
responses, baik stimulus fiskal, refocusing anggaran, optimalisasi sistem
kesehatan dan perlindungan sosial, bantuan ke masyarakat desa dan kelompok
rentan hingga ke pelaku UMKM.
Di momen
ini, solidaritas sosial sebagai modal sosial tumbuh di berbagai daerah.
Presiden Joko Widodo, menyampaikan, "Solidaritas sosial dan
kepedulian tumbuh di mana-mana. Antartetangga saling menjaga, antarkampung
saling membantu, antaranak-anak bangsa dari berbagai suku, berbagai agama
maupun berbagai kelompok bergerak bersama-sama menjadi relawan untuk saling
berbagi kebahagiaan, kebaikan dan untuk saling berbagi kepedulian" (14 Mei
2020). Di tengah kesulitan ini, modal sosial adalah fondasi penting bagi bangsa
Indonesia untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19.
6 Jurus
Desain Besar
Dalam
setting sosial-ekonomi yang terguncang ini, marilah kita jadikan momen untuk
menata langkah, memperbaiki dan mengubah pendekatan dan strategi yang belum
optimal, bahkan belum tepat. Di titik ini, Presiden Joko Widodo menegaskan,
"Inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan
transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang
ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan
pendidikan" (Pidato Kenegaraan, 14 Agustus 2020).
Lompatan besar
diletakkan dalam rumusan strategi besar transformasi Indonesia yang
berorientasi global dengan tetap berakar pada kearifan lokal. Ketika di Ubud,
Bali, 28 Desember 2020, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, mengurai
6 strategi besar transformasi ekonomi Indonesia. Pertama, SDM berdaya saing.
Kedua, produktivitas sektor ekonomi. Ketiga, ekonomi hijau. Keempat,
transformasi digital Kelima, integrasi ekonomi domestik. Dan keenam,
pemindahanan IKN. Empat strategi terakhir ini dilihat sebagai game changer yang
akan mempercepat lompatan besar perubahan ekonomi Indonesia.
Secara
khusus, Menteri Suharso menekankan betapa pentingnya transformasi menuju
ekonomi hijau dan rendah karbon, bahkan menuju blue economy dalam masa
depan ekonomi Indonesia. Dalam konteks ini, didorong pengembangan energi baru
terbarukan, penerapan ekonomi sirkular, pembangunan fasilitas pengelolahan
sampah dan B3, restorasi lahan berkelanjutan, dan pengembangan pertanian
berkelanjutan. Dalam pandangan Menteri Suharso, Indonesia harus mengantisipasi
negara-negara yang meluncurkan European Green Deal atau Kesepakatan Hijau Eropa
menuju nol emisi 2050 sebagai kebijakan mencegah pemanasan global.
Sebagaimana diketahui, Komisi Uni Eropa merilis Kesepakatan Hijau (European Green Deal) pada
12 Desember 2019 yang berlaku untuk 27 negara menuju pengurangan emisi
karbon hingga nol pada 2050, dimana mulai berlaku pada 2030. Kesepakatan Hijau
ini bertujuan untuk membuat economi Uni Eropa yang berkelanjutan dengan
mengubah tantangan menjadi kesempatan atas kebikakan perubahan iklim dan
lingkungan yang adil dan inklusif untuk semua. Sejumlah aksi yang dilakukan
oleh EU adalah antara lain meningkatkan investasi di teknologi yang ramah
lingkungan, mendukung industri yang inovatif, menggantikan bentuk transportasi
yang lebih sehat, bersih, dan lebih murah, sektor energi yang rendah karbon,
dan memastikan bangunan dengan energi yang lebih efisien (ec.europa.eu).
Demikian
pula, transformasi digital merupakan game changer transformasi ekonomi Indonesia.
Dalam sebuah Rapat Kabinet Terbatas telah digelar pada 3 Desember 2020
(www.setkab.go.id, 3 Desember 2020), ada 5 poin penting yang menjadi arahan
Presiden Joko Widodo. Pertama, perluasan akses dan peningkatan infrastruktur
digital. Kedua, persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor
strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor
pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
Ketiga, percepat integrasi Pusat Data Nasional. Keempat, penyiapan kebutuhan
SDM talenta digital. Kelima, penyiapan regulasi yang berkaitan dengan
skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital dalam waktu
secepat-cepatnya.
Peristiwa
pandemi Covid-19 bahkan mempercepat negara-negara dan organisasi-organisasi
untuk mempercepat transformasi digital dari semula rencana tahunan menjadi
hanya hitungan bulan melalui penggunaan teknologi, software, dan platform yang
lebih advance, lebih agile, dan lebih cepat. Bahkan sejumlah organisasi
internasional telah membangun beberapa indeks seperti Digital Transformation
Index, Digital Competiveness Index dan Network Readiness Index.
Terakhir,
agenda pemerataan menjadi agenda penting yang tak bisa diabaikan. Pesan
intinya, adalah perlunya menulis transformasi ekonomi haruslah berorientasi
pada pemerataan pembangunan, percepatan pengentasan kemiskinan,
pemerataan pendapatan, pemerataan wilayah, dan pembangunan infrastruktur yang
merata dan terintegrasi. Artinya, pembangunan tidak hanya terkonsentrasi di
Jawa semata yang selama ini menyumbang 58 persen dari kue nasional, PDB
nasional. Untuk itu, peta jalan transformasi ekonomi yang harus menegaskan
lompatan besar untuk mewujudkan Indonesia-sentris.
Spirit
Keseimbangan Ubud
Tarikan
langkah yang setara antara pertumbuhan dan pemerataan hingga ke desa atau
kampung di seluruh pelosok Tanah Air. Dengan Indonesia yang penuh warna, maka
wajah transformasi ekonomi merupakan cerminan daerah yang maju sesuai kearifan
budaya lokal yang tetap tumbuh di tengah arus globalisasi yang kompetitif.
Narasi kecil dari kisah Ubud, Bali, adalah contoh kecil dari keseimbangan
relasi ekonomi - budaya - ekologis Ubud untuk membentuk sebuah narasi besar
transformasi ekonomi Indonesia yang tetap mengakar dengan identitas kultural lokal.
Matraman, 1
Januari 2021, Velix Wanggai