Oleh: Velix Wanggai
Menginjakkan kaki di Kota Tanjung Pinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau, memberi nuansa tersendiri dalam perjalanan penulis di pusat peradaban Melayu ini. Dari namanya saja kita dapat mengetahui bahwa dari luas wilayah sebesar 252.601 km, dimana hanya sekitar 5 % darata, dan sekitar 95% merupakan lautan dengan 2.408 pulau besar dan kecil dengan total junmlah penduduk hanya 1,6 juta.
Provinsi ini berbatasan dengan Negara Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Kamboja. Dengan konteks itu, rasanya tepat topik yang diangkat pada Temu Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara Ke-Lima di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), di Kota Tanjung Pinang, yakni langkah strategis pengelolaan perbatasan dalam memperkuat Bhinneka Tunggal Ika. Penulis hadir di ‘Kota Gurindam' untuk berbagi cerita soal arah kebijakan pembangunan kewilayahan.
Di Kepulauan Riau, ada 5 Kabupaten dan 2 Kota (Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang), yang menandakan bahwa pusat-pusat pemerintahan Kota itu telah berinteraksi dengan dunia luar sejak lama. Itu sebabnya warna kesukuannya cukup majemuk, seperti Melayu Riau, Sunda, Jawa, Minangkabau, Bugis-Makassar serta sedikit penduduk keturunan Tionghoa dan India. Kondisi ekonomi Kepulauan Riau sedang bergeliat, terutama dari sektor pariwisata, perikanan, dan pertambangan. Sedangkan watak sosial dan politik masyarakat sangat inklusif dengan adat dan budaya Melayu yang dominan.
Hari-hari ini Provinsi Kepulauan Riau sedang menggenjot sektor pariwisata. Jarak yang dekat pusat bisnis dan jasa di Singapura, jumlah wisatawan asing yang datang berkunjung dari tahun ke tahun terus meningkat, terutama di Kabupaten Bintan yang terkenal dengan kawasan Lagoi. Ketika berbincang dengan Kepala Dinas Pariwisata, Kabupaten Bintang, sang Kepala Dinas bercerita perihal strategi pengembangan pariwisata berbasis kluster-kluster destinasi. Misalnya saja, ada Pantai Lagoi, Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora, dan Bintan Leisure Park di Kabupaten Bintan. Demikian juga, Pantai Melur, Pulau Abang dan Pantai Nongsa di kota Batam, Pantai Pelawan di Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna terkenal dengan wisata baharinya seperti snorkeling.
Sektor pertambangan, minyak, gas juga sebagai sektor yang sedang tumbuh. Kabupaten Natuna dikenal sebagai penyumbang devisa negara dari hasil eksplorasi minyak dan gas buminya. Dengan didekati dari perspektif kewilayahan, Provinsi Kepulauan Riau sedang mengusung tema pembangunannya, yaitu "Perluasan dan Percepatan Kesejahteraan Rakyat Melalui Industri Perikanan dan Perikanan Terpadu".
Wilayah ini juga masih menyisakan bekas-bekas peninggalan sejarah kejayaan Melayu masa lalu. Pulau Penyengat adalah pulau bersejarah yang menjadi pusat pendidikan Islam Melayu abad ke-19. Disini terdapat masjid bersejarah dan makam-makam Raja Haji Fisabililah dan Raja Ali Haji yang kedua-duanya adalah pahlawan nasional. Seloka "Gurindam 12" karya Raja Ali Haji hingga kini masih terukir indah di makam Sang Pujangga di pulau Penyengat. Salah satu yang mencerminkan pesan moral kepada kita adalah bait awal Pasal ke-5 yang berbunyi :
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
Lihat kepada budi dan bahasa.
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
Sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
Lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
Bertanya dan belajar tiada jemu.
No comments:
Post a Comment