Jurnal Nasional | Kamis, 14 Mar 2013
Oleh: Velix Wanggai
Dalam konteks politik kekinian, berdemokrasi membutuhkan sifat amanah. Tidak hanya di ruang politik, namun sifat amanah juga harus hadir di segala ruang kehidupan. Sifat amanah ini haruslah dihadirkan oleh kita semua di dalam berbagai sisi berdemokrasi. Sifat amanah dan figur yang amanah berada di era yang berubah.
Perubahan itu ditandai oleh kekuasaan terdistribusi ke simpul-simpul kekuasaan di luar lembaga kepresidenan, sistem yang desentralistik, dan sistem kepartaian yang multipartai. Sumber daya kekuasaan yang tersebar ini menuntut setiap orang untuk berdemokrasi dengan mengedepankan sifat amanah.
Indonesia menjalankan terus demokrasi, baik demokrasi prosedural maupun perjuangan menuju demokrasi yang substansial dan bermakna. Hari-hari ke depan, panggung politik kita diwarnai oleh Pemilihan Umum 2014, baik untuk legislatif maupun presiden dan wakil presiden. Makna apa yang dapat kita petik dari dua momen politik tersebut.
Ibarat sebuah seni pertunjukan, Pileg dan Pilpres adalah opera yang mempertunjukkan kemampuan, kedigdayaan dan pengaruh untuk merebut kekuasaan politik. Kita tidak membicarakan apakah kita sebagai penonton, penggembira atau pemeran utama dari pertunjukan itu.
Yang kita bicarakan di sini adalah bahwa opera politik itu bukan sekedar pesta demokrasi lima tahunan atau sarana menduduki kursi kekuasaan semata melainkan amanah "penderitaan" rakyat. Alangkah bahagianya jika emua kontestan politik menyadari bahwa apa yang mereka lakoni di dalam pertunjukan ini adalah dalam rangka menjalankan amanah rakyat tersebut.
Amanah memiliki makna yang mendalam yang terkait dengan sisi spritualisme. Dari berbagai definisi yang digali, amanah secara etimologis dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina-amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sebagian ulama menjelaskan amanah dibagi ke macam, yakni amanah manusia terhadap Tuhan, amanah manusia kepada orang lain, dan amanah manusia terhadap diri sendirinya.
Kita semua adalah khalifah. Di dalam Al-Qur'an disebutkan, ketika Allah menawarkan "amanah" (iman dan tanggungjawab) itu kepada langit dan bumi, ternyata keduanya menolak memikulnya, maka "amanah" itu dipikulkan kepada manusia. Sayangnya manusia kadang dzhalim dan bodoh (QS. Al-Ahzb [33]: 72).Bersikap jujur dan lurus adalah latihan rohani yang sangat berat.
Bagi mereka yang senantiasa bersikap jujur, lurus dan santun, kadangkala mereka pun terpeleset dalam godaan politik, ekonomi, dan sebagainya. Tatkala godaan-godaan tersebut berhasil menguasai seorang politisi atau pemimpin -- yang secara kodrati telah menyatakan sanggup memikul amanah itu - di saat itulah politik dan kepemimpinan yang dilakoninya menjadi tidak amanah.
Amanah dalam berpolitik meneguhkan setiap para politisi dan pemimpin di semua tingkatan untuk bersikap santun atau berperilaku etis. Tatkala mereka dipercaya menjadi wakil rakyat di parlemen, pemimpin partai politik, atau memimpin di pemerintahan, mereka telah memiliki orientasi yang jelas tentang rakyat yang diwakili atau dipimpinnya. Aspirasi rakyat atau cita-cita yang dipercayakan kepada mereka benar-benar dijaga, diperjuangkan, dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan.
Kehidupan politik di Indonesia dalam perkembangan mutakhir tengah bergerak pada konsolidasi demokrasi. Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak-hak politiknya semakin meningkat seiring dengan terciptanya iklim demokrasi yang terus kondusif. Masyarakat hendaknya disadarkan bahwa kebebasan politik dan demokrasi kita memiliki norma-norma kesopanan dan kesantunan. Kebebasan yang dilandasi dengan sikap amanah akan menuntun setiap orang untuk menyadari bahwa kebebasan yang dimilikinya dibatasi dengan kebebasan orang lain.
Akhirul kalam, mengembangkan sikap amanah dalam berpolitik akan berkorelasi positif dengan upaya membangun politik dan pemerintahan kita yang bersih, jujur, adil dan bermartabat. Panggung opera ini akan semakin menarik di tahun-tahun politik ini. Jika kita sebagai pemain, maka bermain dengan amanah dan jika kita sebagai penonton dan penggembira pun, kita harus beramanah, sehingga jangan ada dusta diantara kita.
No comments:
Post a Comment