Tidak terasa lebih dari satu dasawarsa bangsa Indonesia telah memutuskan untuk menempuh jalur perjalanan baru dalam sejarahnya, jalur demokrasi. Kita mampu bangkit dari krisis multidimensi yang telah mengguncang fondasi bernegara. Kita juga telah mampu membangun diri, bahkan dengan lebih baik lagi. Buahnya adalah wibawa dan kehormatannya sebagai sebuah bangsa yang bermartabat, diakui dan dihormati kembali oleh dunia.
Di tengah-tengah pelbagai pekerjaan rumah yang kita hadapi saat ini, kita telah mencapai kemajuan yang berarti dalam berbagai aspek kehidupan. Beberapa institusi di luar negeri bahkan menilai Indonesia sebagai salah satu ‘emerging economy' bersama Brazil, Rusia, China, dan India. Tentu saja, mencapai hasil yang demikian penuh perjuangan. Perjuangan bersama antara semua anak bangsa, dari Merauke hingga Sabang, dari pulau Miangas hingga pulau Rote. Persatuan antar anak bangsa menjadi prasyarat penting dalam membangun bangsa ini.
Dalam konteks membangun di era demokratik ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selalu mengajak sesama anak bangsa untuk membicarakan pelbagai persoalan bangsa, sekaligus bersama-sama mencari solusi yang tepat dan terbaik bagi perbaikan bangsa dari waktu ke waktu. Disinilah kita menempatkan dialog antara Presiden SBY dan para pemuka lintas agama, pada Senen, 17 Januari 2011 di Istana Negara. Tidak terasa dialog berjalan empat jam, sejak pukul 8 malam hingga dini hari. Rasa ngantuk dan lelah hilang. Dialog sesama anak bangsa ini memberikan harapan, menebar kasih sayang, dan membangkitkan optimisme.
Dalam pengantar dialog, Presiden SBY mengungkapkan bahwa dialog adalah sebuah keperluan bersama antara sesama anak bangsa. Di dalam prosesnya, ada memberi dan menerima dalam konteks yang konstruktif. Kata orang bijak, ‘mendengar untuk menyempurnakan kepribadian'. Dengan silaturahmi, tentu kita akan mengurangi persepsi yang tidak tepat di antara kita. Membangun dalam kebhinekaan adalah tantangan, sekaligus kekuatan bangsa. Demokrasi yang santun penuh etika adalah cita-cita kita bersama.
Membawa bangsa yang lebih baik ke depan adalah amanat yang dipegang oleh Presiden SBY. Dengan pelbagai strategi yang dikemas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), sesungguhnya Presiden berikhtiar untuk mewujudkan janji kemerdekaan 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpa darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Secara bertahap tetapi pasti, kita telah menata dan membangun kembali Indonesia di segala bidang dalam enam tahun terakhir ini. Ekonomi kita pulih dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai oleh pemerataan (growth with equity). Tatanan sosial yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang luhur dan bermartabat terbangun. Hukum semakin ditegakkan tanpa pandang bulu. Kondisi yang aman dan damai telah dipulihkan dan dipelihara di daerah-daerah konflik, utamanya di Aceh, Maluku, dan Papua.
Untuk menata pembangunan lima tahun ke depan, 2010-2014, pelbagai langkah strategis telah dibangun oleh Presiden. Beberapa hari setelah dilantik menjadi Presiden pada akhir Oktober 2009, Presiden membuka ruang dialog yang luas dengan pelbagai pemangku kepentingan dalam bentuk National Summit. Pertemuan ini berhasil menyerap pelbagai aspirasi dan pandangan dari para Gubernur, Bupati/Walikota, dan para dunia usaha. Pelbagai rekomendasi dimuat dalam Program 100 Hari dan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Pesan penting dalam Program 100 Hari adalah membenahi dan menata berbagai regulasi yang menghambat pembangunan, sekaligus meletakkan regulasi yang bersifat mendasar sebagai fondasi bagi pembangunan selanjutnya.
Presiden telah meletakkan visi, misi, dan strategi pembangunan yang arif dan kontekstual. Mewujudkan Indonesia yang sejahtera, membangun pilar-pilar demokrasi, dan membangun keadilan di semua bidang adalah visi besar bangsa untuk lima tahun ke depan. Visi ini adalah langkah strategis untuk mewujudkan amanat konstitusi 1945. Dengan demikian, agenda pertumbuhan ekonomi, demokrasi dan desentralisasi, serta pembangunan yang inklusif dan berkeadilan berada dalam tarikan napas yang sama maupun dalam tarikan langkah yang paralel.
Tarikan langkah yang sama ini selalu bersandar pada empat pilar strategi kita, yaitu pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment. Dan, keempat strategi ini menjadi fondasi bagi kita, baik di pusat dan di daerah untuk merumuskan kebijakan, program, dan proyek yang sesuai dengan konteks.
Disinilah, pentingnya sesama anak bangsa untuk duduk bersama. Presiden telah membuka hati untuk mendengar aspirasi masyarakat. Marilah kita bersama mengangkat harapan, menebar kesantunan, dan membangun optimisme untuk membangun Nusantara yang begitu beragam ini.
No comments:
Post a Comment