Jurnal Nasional | Kamis, 27 Dec 2012
Oleh: Velix Wanggai
Suasana Natalan di Papua |
Di akhir tahun 2012 ini, kaum Kristiani di Tanah Air merayakan Hari Natal dengan penuh sukacita. Pelaksanaan kebaktian dan misa natal di gereja Katedral dan gereja lainnya di Jakarta berlangsung khidmat, meskipun beberapa titik kota Jakarta diguyur hujan. Natal menjadi salah satu titik sentral dari peribadatan iman Kristiani. Alkitab memang tidak memberi informasi tentang 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus, tetapi Natal sudah identik dengan tanggal 25 Desember.
Di dalam sejarahnya, Kristus lahir di Betlehem, Yerusalem, daerah Palestina yang saat ini dibawah penguasaan zionis Israel. Sejarah kelahirkan Kristus penuh dengan kesederhanaan. Di dunia spiritual Islam (tasawuf), para sufi sering mempersonifikasi dirinya dengan Isa Al-Masih, sosok yang menjauhi kemewahan duniawi. Menurut sejarah para Nabi yang diyakini kaum Muslim, Nabi Isa adalah sosok yang terlampau sederhana jika dibandingkan dengan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman yang sangat kaya raya.
Para pengkhutbah Kristiani pun sering mewacanakan Hari Natal sebagai hari yang penuh kesederhanaan. Hal ini sangat kontekstual dengan kondisi kehidupan modern yang penuh dengan kehidupan mewah dan serba gemerlap. Dengan kemewahan dan kegelimangan harta, terkadang manusia mudah melupakan sesamanya, bahkan melupakan Tuhannya. Itu sebabnya, pesan-pesan natal selalu mengarahkan umat Kristiani untuk berdamai dan berbagi dengan sesama.
Pesan-pesan natal juga sarat dengan semangat kesetiakawanan sosial nasional yang kini sedang digemakan di seluruh penjuru Tanah Air. Selaku Ketua Umum Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2012-2013, tanggal 20 Desember yang ditetapkan sebagai HKSN berkelindan dengan 25 Desember sebagai Hari Natal. Keduanya bisa dipadukan di dalam satu tarikan nafas berbagi untuk sesama.
Perkataan "Nashara" (Nasrani) di dalam Al-Qur'an berarti "para penolong" dapat dihubungkan dengan sifat-sifat Kristus yang suka menolong setiap orang yang mengalami kesusahan. Di dalam Alkitab, dijelaskan bahwa Kristus datang untuk membebaskan domba-domba yang sesat dari keluarga Israel. Sikap ini tentu menjadi tauladan bagi umat Kristiani dan semua komponen bangsa untuk selalu berbagi dan memberi pertolongan pada sesama saudara sebangsa yang masih membutuhkan bantuan.
Kita adalah bangsa yang besar, terdiri dari pelbagai suku bangsa dan bahasa, juga agama. Kebersaran itu akan terjaga dari perpecahan apabila kita mampu merawat keragaman yang kita miliki. Pengalaman sejarah bangsa Indonesia sudah sangat jelas, dimana peran semua kelompok suku dan agama bahu-membahu. Kemiskinan dan keterbelakang yang masih melilit sebagian dari masyarakat kita tak akan kunjung teratasi tanpa kesediaan kita untuk saling memberi pertolongan.
Dari sisi kebijakan, pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden SBY telah mengeluarkan program pengentasan kemiskinan lewat paket program pro-rakyat, berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri perkotaan dan perdesaan maupun paket rumah, angkutan dan listrik murah serta penataan kehidupan kumuh perkotaan dan perkampungan nelayan.
Sila keadilan sosial memayungi semua bangsa Indonesia. Dengan sila itu, kebijakan pembangunan di era Presiden SBY berorientasi inklusif. Artinya, tidak ada yang lebih berhak menikmati pembangunan itu melainkan menjadi hak semua warganegara. Semangat Kasih Kristus yang diibaratkan seperti sungai terus mengalir tiada henti. Kita harapkan air kasih dari telapak tangan dan jari-jemari saudara-saudara umat Kristiani itu tidak harus memilih-milih ke arah mana saluran berkat itu akan mengalir, karena kita semua adalah bersaudara.
Di dalam pilar kebangsaan itu, mari kita saling menghormati. Kita jaga kerukunan antarsesama pemeluk agama itu dengan sepenuh hati. Mari kita menjaga kesyahduan ibadah Natal 2012 ini dengan sikap toleran dan persaudaraan kebangsaan. Ajaran Natal Kristus tentang solidaritas untuk berbagi dengan sesama, sesungguhnya menjadi pesan penting dari solidaritas kebangsaan dan pencerminan watak sosial falsafah Negara Pancasila.
No comments:
Post a Comment