VIVAnews - Penyanyi balada senior Franky Sahilatua masih menjalani perawatan intensif di General Hospital Singapura. Franky yang menderita kanker tulang sumsum itu mendapat perhatian khusus dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Akuat Supriyanto, utusan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, membesuk Franky di Singapura Sabtu 14 Agustus 2010, kemarin. Akuat membawa surat dari Andi Arief dengan perihal dukungan Presiden untuk Franky.
Presiden SBY berharap agar Franky segera sembuh, mengingat penyanyi kelahiran Surabaya itu kerap memberikan kritik positif yang menginspirasi pemerintah untuk lebih memahami dinamika publik.
Dalam kunjungan itu, Franky merasa dirinya hanyalah musisi jalanan yang menyuarakan kesederhanaan dan kehidupan sehari-hari. "Mungkin karena selama ini aku berusaha ikhlas, menerima berapa pun yang diberikan orang yang mengundangku nyanyi, jadi mereka ingat sama aku," kata Franky dikutip Akuat dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews, Minggu 15 Agustus 2010.
Franky berterima kasih atas perhatian Presiden. Namun, Franky juga mengingatkan gagasan lamanya agar Presiden dapat menjadi Bapak Kemakmuran Rakyat, bukan Bapak Pembangunan.
Pembangunan hanya titik tolak, tapi kemakmuran itu tujuan akhirnya. Pembangunan tanpa visi kemakmuran hanya akan menjadi project oriented. "Paradigma ini yang menurut Bung Franky harus dipegang oleh seluruh anggota kabinet," jelas Akuat.
Franky mengaku menangis ketika menyaksikan perayaan Hari Nasional Singapura, 9 Agustus lalu, dari tempat tidurnya. Ia melihat wajah-wajah ceria rakyat Singapura dalam nuansa warna bendera merah putih, yang mengingatkannya akan mimpinya mengenai kemakmuran rakyat Indonesia.
"Suasana seperti inilah yang aku inginkan untuk Indonesia. Sebuah perayaan kemerdekaan dalam kondisi makmur," ungkap Franky dengan mata berkaca-kaca.
Tanggal 16 Agustus 2010, atau sehari sebelum hari kemerdekaan Indonesia, Franky genap berusia 57 tahun. Sambil bergurau, ia mengatakan bahwa dirinya baru merasa tua ketika harus beristirahat di rumah sakit. Selama 23 tahun, ia menghindari dokter karena memiliki trauma suntikan.
"Kali ini aku harus menyerah, karena selama delapan hari aku tidak bisa buang air besar. Tiga hari di antaranya tak bisa buang besar dan pipis sekaligus. Ternyata pikiranku tak kuat menanggung kondisi fisikku," aku Franky sambil terisak.
Franky telah menjalani operasi kecil pengambilan sampel tulang serta serangkaian pemeriksaan seperti bioskopi tulang dan endoskopi. Penyakit yang diderita pelantun lagu "Perahu Retak" itu membuatnya harus menjalani kemoterapi rutin, mungkin hingga berbulan-bulan.
"Kata dokter, penyakitku sulit sembuh. Tapi, dokter Singapura itu juga mengatakan, aku harus yakin bisa sembuh. Kalau soal keyakinan, orang Indonesia kan lebih unggul dari Singapura," lanjut Franky ditirukan Akuat.
Untuk menyemangatinya agar cepat sembuh, Istana Kepresidenan membuat kejutan di hari ulangtahun pencipta lagu legendaris "Kemesraan" itu. Selama perayaan 17 Agustus 2010 ini, Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Wanggai, mengirimkan staf-stafnya ke propinsi-propinsi yang memiliki wilayah perbatasan untuk menyambut gagasan lama Franky tentang "Pancasila di Batas Negara".
Dalam pandangan Franky, perayaan hari kemerdekaan tidak hanya cukup dengan pengibaran bendera dan upacara. Tapi lebih dari itu, harus ada kekuatan budaya lokal (local cultural force) yang mengikutinya, sebagai ekspresi kegembiraan dari berbagai lokalitas di Indonesia atas pencapaian bangsa.
"Perayaan kemerdekaan harus dibangun dari suasana kebudayaan lokal. Adanya ekspresi kegembiraan lokal itulah yang menandakan bahwa alam kemerdekaan benar-benar dinikmati oleh rakyat. Tradisi panjat pinang di Jawa hanya salah satu contoh dari lokalitas tersebut. Tradisi-tradisi yang lain, yang hidup di wilayah terpencil atau perbatasan, harus dipastikan hidup," jelas Franky.
Velix Wanggai merasa bahwa gagasan nasionalisme kebudayaan ala Franky itu sebenarnya seiring dengan pikiran Presiden SBY mengenai pembangunan inklusif. Karena itu, utusan-utusan Istana yang dikirim ke daerah pun ditugaskan untuk mencermati apakah pemerintah daerah memberikan prioritas yang cukup bagi pengembangan kebudayaan lokal.
"Pembangunan itu, selain harus menjangkau berbagai wilayah yang terpencil atau perbatasan, juga harus menyentuk berbagai aspek, termasuk kebudayaan. Model pembangunan inklusif macam itulah yang lebih dekat dengan tujuan kemakmuran, seperti yang digagas Mas Franky," tandas Velix. (umi)
Aug 15, 2010
Kado Istana di Ulang Tahun Franky Sahilatua
Franky berterima kasih atas perhatian Presiden.
Minggu, 15 Agustus 2010, 15:11 WIB
Ismoko Widjaya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024
Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...
No comments:
Post a Comment