Pada 3 Maret 2010, Istana telah menggelar sebuah diskusi membahas pemindahan Ibukota.
Selasa, 3 Agustus 2010, 12:27 WIB, Arfi Bambani Amri
VIVAnews - Opsi pemindahan Ibukota dari Jakarta sudah dikaji pemerintah sejak berbulan-bulan lalu. Pada 3 Maret 2010, Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Wanggai, telah menyelenggarakan sebuah Strategic Policy Discussion bertajuk “Mengkaji Wacana Pemindahan Ibukota Negara: Strategi Membangun Berkeadilan”.
Menurut Velix, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melihat perlunya mengkaji wacana pemindahan Ibukota. Kondisi Jakarta sebagai sebuah ibu kota negara dirasakan semakin tidak nyaman.
Beban fungsi pelayanan dan kelayakan Jakarta dirasakan semakin tidak optimal terutama akibat penyimpangan penataan ruang dan mempertimbangkan kemacetan lalu lintas, bencana banjir, dan kerawanan gempa.
"Sehingga wacana kebijakan untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta relevan dikemukakan," kata Velix kepada VIVAnews, Selasa 3 Agustus 2010.
Velix Wanggai yang dilahirkan di Jayapura, Papua, ini menyampaikan bahwa pemindahan Ibukota negara memerlukan komitmen politik yang kuat. Ia menegaskan bahwa pada beberapa kali kesempatan Presiden telah menyampaikan pandangan untuk mengkaji wacana pemindahan ibu kota Negara. Agar dapat berlangsung optimal, pemindahan ibukota negara harus merupakan konsensus nasional.
"Political will Presiden ini perlu didukung konsensus nasional yang dikukuhkan melalui keputusan Dewan Perwakilan Rakyat," kata Velix.
Wacana pemindahan Ibu kota juga dapat dilihat sebagai suatu upaya mendorong keseimbangan pembangunan wilayah dengan meredistribusi kegiatan pemerintahan, bisnis, seni, budaya dan industri keluar wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Wacana pemindahan Ibukota ini kembali bergulir setelah Wakil Ketua Komisi II DPR Teguh Juwarno melontarkan di akun Twitternya pekan lalu. Politisi Partai Amanat Nasional itu mengusulkan Ibukota dipindahkan ke Pulau Kalimantan. (adi)
No comments:
Post a Comment