Supporter – Siang ini, Staf Khusus Presiden bidang Pemerintahan Daerah dan Otonomi Daerah Velix Wanggai mengundang tokoh-tokoh sepakbola berkumpul. Istana ingin membahas fenomena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dipakai untuk membiayai klub sepakbola.
“Besok, Velix Wanggai mengundang pengurus PSSI, atlet, mantan atlet untuk berdiskusi sepakbola dan identitas lokal,” kata Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam, di akun Twitternya, Rabu 25 Agustus 2010 kemarin. Menurut Andi, tokoh-tokoh yang akan hadir adalah Nurdin Halid, Syaifullah Yusuf, Arifin Panigoro, Dede Yusuf, Kusnaeni, Ian Situmorang, beberapa atlet dan pengurus PSSI.
Tokoh-tokoh seperti Dede Yusuf dan Syaifullah Yusuf diundang selaku pembina sepakbola daerah. Karena itu, selain mereka, juga akan hadir sejumlah pembina klub daerah seperti Walikota Jayapura MR Kambu.
Dalam siaran persnya, Velix menyatakan pengelolaan klub-klub sepakbola di tanah air sebagian besar masih mengandalkan dana APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Hal ini mengundang keprihatinan karena pemerintah telah melarang pembiayaan klub dari APBD melalui Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
“Banyak kota atau kabupaten menggunakan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional sebagai dasar atas keputusan tersebut. Meskipun pemerintah daerah perlu mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui APBD, hendaknya prioritas dana APBD tetap diarahkan pada pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan,” kata Velix Wanggai.
Menurut Velix, pemberlakuan Otonomi Daerah yang diikuti dengan pemberlakuan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah memberikan kesempatan pada kabupaten dan kota untuk menjalankan pembangunan berdasarkan lokalitas masing-masing. Namun, pembangunan olahraga lokal hendaknya tidak mengorbankan upaya-upaya yang terkait langsung dengan kesejahteraan masyarakat.
“Karena itu, kami berinisiatif mengumpulkan para pembina klub sepakbola dari berbagai daerah di Indonesia, guna mendiskusikan kebijakan pemerintah terkait dengan penggunaan dana APBD, serta mencari solusi strategis untuk pembiayaan klub sepakbola secara professional, dengan menggali potensi masing-masing daerah,” ujar Velix yang terhitung paman dari Immanuel Wanggai, pemain sepakbola nasional asal klub Persipura, Jayapura.
“Sepakbola merupakan olahraga dengan segmen pasar terluas di Indonesia. Pengembangan klub sepakbola secara profesional sangat dimungkinkan. Warna kedaerahan atau identitas lokal dapat menjadi brand untuk meningkatkan dukungan bagi klub dari sumberdaya lokal sehingga dapat memperkuat pilar-pilar sepakbola nasional dalam jangka panjang,” kata Velix.
Velix mencontohkan keberhasilan klub sepakbola kecil bernama Schalke 04 di daerah Gelsenkirchen, Jerman. Meski Gelsenkirchen hanya berpenduduk 269.000 orang dan luas kota yang hampir sama dengan Kota Bekasi, Schalke 04 mampu keluar dari segala keterbatasannya, menjadi mandiri dan bahkan berprestasi, menjadi salah satu pesaing berat Bayern Munich di Liga Jerman[KCM]
No comments:
Post a Comment