Rabu, 06 Agustus 2014 , 22:42:00
JAYAPURA – Setelah MRP, KNPI dan beberapa lembaga masyarakat
lainnya telah mengusulkan sejumlah nama untuk masuk dalam bursa kabinet
Jokowi-JK, kini giliran Jaringan Nasional Indonesia Baru Koordinator
Wilayah Papua dan Papua Barat yang berhubungan langsung dengan Jokowi
Centre merilis 17 nama calon menteri.
“Data resmi yang kami peroleh dari Jokowi Centre ada 17 nama dan ini kami publish untuk masyarakat ataupun siapa saja bisa memberikan masukan mengenai rekam jejak 17 tokoh ini, yang jelas kami mempersilahkan masyarakat untuk memberikan penilaian,” Koordinator Jaringan Nasional Indonesia Baru Wilayah Papua dan Papua Barat, Yulianus Dwaa, SKM didampingi Ketua Pemuda Adat Papua, Decky Ofide S.Ip di Hola Plaza, Waena, Selasa (5/8).
Tujuh belas nama yang masuk dalam Jokowi Centre kata Yulianus yaitu Jansen Monim, ST, MM (Mantan Kadis PU Papua), Drs Frans Wanggai (Mantan Rektor Unipa), Natalis Pigai (Aktifis HAM), DR Bert Kambuaya (Menteri Lingkungan Hidup), Dr Barnabas Suebu (Mantan Gubernur Papua), Velix Wanggai (Staf Khusus Kepresidenan), Drs Eduard Fonataba (Mantan Bupati Sarmi), Dr Constan Karma (Mantan Wakil Gubernur Papua), Ir Marthen Kayoi (Mantan Kadis Kehutanan Papua), Michael Manufandu (Mantan Dubes), Fredi Numberi (Mantan Menteri), Jhon Wempi Wetipo (Bupati Jayawijaya), Komarudin Watubun (Ketua PDIP Papua), Demianus Idji (Ketua PDIP Papua Barat), Habel Melkias Suwae (Mantan Bupati Jayapura) dan Klemen Tinal (Wakil Gubernur Papua).
“Tugas kami adalah mengawal masukan yang disampaikan masyarakat hingga
ke Jokowi Centre dan sesuai informasi yang kami peroleh memang hanya
ada 2 kursi menteri untuk Papua dan 1 Wakil Menteri namun ini diluar
Deputy maupun Dubes sehingga kami mendorong agar peluang ini tidak
disia-siakan,” jelas Yulianus.
Ia menangkap penyampaian Jokowi soal jabatan menteri ini harus disesuaikan dengan kemampuan menggarap potensi yang ada di daerahnya. Contohnya di Papua menonjol soal tambang dan hutan serta potensi olahraganya, nah Jokowi kata Yulianus berkeinginan mencari sosok yang profesional untuk mendorong ini.
“Satu yang kami tangkap pastinya sosok tersebut harus benar-benar
profesional dan enerjik. Maksud enerjik ini sepertinya masih memiliki
semangat dan suka blusukan. Jokowi - JK tak mau kabinetnya hanya lebih
banyak di kantor,” bebernya.
Yang tak kalah penting lainnya adalah pejabat yang diusulkan bebas dari
KKN, sebab Jokowi juga telah memiliki nama soal pejabat yang diduga
terlibat. “Jadi Jokowi ingin membentuk kabinet yang profesional, enerjik
dan bebas dari KKN. Nah tokoh yang diusung ini juga harus masuk
kriteria ini karena membawa moral dan nama baik daerah,” imbuhnya.
Ditambahkan Decky Ofide bahwa nama-nama yang saat ini ramai diusulkan
sebaiknya tidak dipolemikkan sebab Jokowi memiliki hak mutlak untuk
memilih, masyarakat di Papua hanya mengusulkan namun ketika tak diterima
maka keputusan itu juga harus diterima.
Sementara Direktur salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat, Lakeda Institut, Agus Kambuaya menilai bahwa terlalu dini jika masyarakat Papua secara tergesa-gesa mengusulkan sejumlah nama. Kata pria yang juga menjadi dosen luar biasa di Uncen ini saat ini masih ada proses yang sedang berjalan dan belum menjadi akhir sebuah proses.
Sementara Direktur salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat, Lakeda Institut, Agus Kambuaya menilai bahwa terlalu dini jika masyarakat Papua secara tergesa-gesa mengusulkan sejumlah nama. Kata pria yang juga menjadi dosen luar biasa di Uncen ini saat ini masih ada proses yang sedang berjalan dan belum menjadi akhir sebuah proses.
“Semua pasti tahu bahwa ada proses lanjutan di MK dan disana yang akan
memutuskan apakah keputusan KPU diperkuat atau justru sebaliknya yang
sama artinya bisa merubah hasil tersebut,” kata Kambuaya di Prima Garden
Abepura. Karenanya ia tetap menganggap bahwa terlalu dini untuk
mengusulkan nama-nama calon menteri dari kelompok kepentingan apapun
itu.
“Seharusnya semua selesai dulu tertama pada putusan MK, kemudian barulah diusulkan. Silahkan berargumen namun jangan salah kaprah, sebab masih ada gugatan dan sebaiknya masyarakat diminta menghormati proses ini,” ujarnya.
“Seharusnya semua selesai dulu tertama pada putusan MK, kemudian barulah diusulkan. Silahkan berargumen namun jangan salah kaprah, sebab masih ada gugatan dan sebaiknya masyarakat diminta menghormati proses ini,” ujarnya.
Pria yang mengajar Ekonomi Politik Internasional dan Politik Luar Negeri – Indonesia melihat bahwa menjadi menteri bukan sekedar mengurus provinsi sebab ini tetapi menghadapi masalah yang lebih kompleks. Dan tidak sekedar berbicara tentang Papua namun juga harus mampu menyelesaikan persoalan di daerah lain. “Pertimbangan representasi iya, tapi kualitas dan kapasitas juga harus dipikirkan,” tegasnya.
Lakeda juga berpendapat bahwa kalaupun memang diminta mengusulkan maka
penilaian yang paling rasional adalah paling banyak hanya tiga dan
inipun lebih pada jabatan Menteri Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal. “Pendapat kami seperti itu, paling banyak hanya tiga dan
sebaiknya mendorong agar bisa menjadi Menteri Pembangunan Daerah
Tertinggal ataupun BUMN sebab selama ini banyak program strategis
seperti UP4B, MP3I yang awalnya akan memperbaiki simpul khusus namun
belum maksimal juga,” sarannya.
Namun terlepas dari semangat pengusulan ini, Agus menilai bahwa hal
lain yang lebih penting adalah ada Otsus Plus yang bergulir namun belum
sepenuhnya menjawab kebutuhan masyarakat. “Kesannya begini orang mau
meninggalkan Otsus lama lalu menghadirkan Otsus plus namun tetap belum
maksimal sehingga pikiran saya sebaiknya dikawal yang ada dulu jangan
terlalu jauh berharap, apalagi saya pikir belum tentu nama -nama ini
tidak semua murni dari masyarakat akar rumput melainkan klaim kelompok
saja,” pungkasnya. (ade/fud)
No comments:
Post a Comment