Feb 21, 2013

Ketidakadilan, Akar Persoalan di Papua

Penulis : Christoporus Wahyu Haryo P | Jumat, 22 Februari 2013 | 08:10 WIB, Dibaca: 1264



Ketidakadilan, Akar Persoalan di Papua
"Ada alasan yang saling bertumpuk. Kekecewaan terhadap pembangunan, pelayanan birokrasi, pelayanan dasar pendidikan, dan kesehatan yang terbatas, juga masalah ideologi yang melekat di sebagian masyarakat di sana. -- Velix Wanggai"


PEMALANG, KOMPAS.com - Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi Daerah Velix Wanggai menyatakan, akar persoalan di Papua terletak pada ketidakadilan dalam proses pembangunan yang dirasakan warga di pedalaman, pegunungan, dan daerah tertinggal. Persoalan makin kompleks karena di wilayah yang selama ini masih terisolasi dan belum terlayani pembangunannya tersebut, muncul sentra perlawanan kepada pemerintah.


"Ada alasan yang saling bertumpuk. Kekecewaan terhadap pembangunan, pelayanan birokrasi, pelayanan dasar pendidikan, dan kesehatan yang terbatas, juga masalah ideologi yang melekat di sebagian masyarakat di sana," kata Velix, di sela-sela mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tengah melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Tegal dan Pemalang.
Seperti diberitakan sebelumnya, insiden penyerangan dan penembakan terhadap aparat keamanan kembali terjadi di Provinsi Papua, Kamis (21/2/2013).

Dalam serangan di dua tempat terpisah, yakni di Kabupaten Puncak Jaya dan di Kabupaten Puncak, delapan prajurit TNI tewas dan satu lainnya luka-luka. Insiden penyerangan pertama terjadi terhadap Pos Satuan Tugas TNI di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Kamis, pukul 9.30 waktu Indonesia Timur.

Serangan kelompok bersenjata itu mengakibatkan anggota Satgas Prajurit Satu Wahyu Bowo gugur tertembak di dada dan leher. Selain itu, Komandan Pos Satgas Letnan Satu Infantri Reza terluka tembak pada lengan kiri.

Insiden kedua terjadi di kampung Tanggulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak. Penyerangan dilakukan kelompok bersenjata terhadap 10 orang anggota Komando Rayon Militer Sinak yang sedang menuju Bandara Sinak untuk mengambil radio kiriman dari Nabire.
Penyerangan yang terjadi sekitar pukul 10.30 tersebut mengakibatkan 7 prajurit gugur, meliputi Sersan Satu Ramadhan, Sertu M Udin, Sertu Frans, Sertu Edi, Prajurit Kepala Jojon, Praka Wemprik, dan Pratu Mustofa.

Menurut Velix, pemerintah tidak menutup mata terhadap kompleksitas persoalan itu. Sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan di sana, termasuk usaha mendekatkan rentang kendali birokrasi pemerintahan dengan memekarkan Kabupaten Jaya Wijaya menjadi 10 wilayah dalam 10 tahun terakhir.

Di wilayah yang terisolasi dan sulit terjangkau investasi, pemerintah juga mendesain pasar untuk mendorong pembangunan. Pemerintah juga terus membangun infrastruktur jalan dan transportasi udara di wilayah yang terisolasi.

Dari perspektif politik, menurut Velix, pemerintah berupaya melakukan pendekatan dalam konteks kultural. Dengan terpilihnya Lukas Enembe yang berasal dari wilayah di pegunungan Puncak Jaya, diharapkan terjalin komunikasi dan pendekatan yang lebih baik kepada kelompok-kelompok di sana untuk menciptakan kondisi keamanan yang lebih kondusif.

Editor :
Robert Adhi Ksp

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...