Jan 31, 2013

Membumikan Rapat Kerja

 
Jurnal Nasional | Kamis, 31 Jan 2013
Velix Wanggai
 

Pada refleksi akhir tahun 2012 lalu, Presiden SBY mengajak seluruh menteri, pimpinan lembaga, para gubernur dan bupati bekerja lebih keras lagi di "tahun politik" tahun`2013. Hal yang sama diulang kembali oleh Presiden pada Rapat Kerja Pemerintah (RKP) 2013 di Jakarta, Selasa 29 Januari 2013. Rakyat akan sangat bangga melihat semua pemimpin bangsanya saling bergandengan tangan bekerja membangun masyarakatnya. Demikian kira-kira harapan Presiden pada para menteri, pimpinan lembaga di pusat serta para gubernur, bupati dan wali kota.

Kita menangkap suatu nada keprihatinan dari arahan Presiden itu: bagaimana menyeimbangkan kepentingan sebagai pejabat negara/pemerintahan di satu sisi dan sebagai aktivis partai politik. Untuk hal ini, presiden selalu mengimbau agar para pejabat publik itu harus mendahului kepentingan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara dibanding kepentingan kepartaian.

Menjadi aktivis politik adalah juga menjalankan kehidupan kenegaraan, tetapi yang dimaksud dari arahan Presiden adalah menyeimbangkan antara menjalankan misi kenegaraan/pemerintahan dan misi partai politik. Selaku pejabat publik, sekaligus aktivis politik, para menteri dan kepala daerah tentu sangat mengetahui pekerjaannya, mana yang governal driving dan mana yang political driving, sehingga mereka yang lebih paham. Tetapi di atas segalanya, pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan harus lebih utama. Dalam konteks ini, dibutuhkan kemampuan khusus bagi setiap pejabat publik di dalam mengelola pembangunan dan politik secara bersama-sama di dalam situasi yang sedang berubah.

Di mata Presiden, masih banyak agenda pembangunan yang belum memenuhi target optimum, terutama di bidang kesejahteraan sosial, keamanan dan keteriban sosial. Di tahun 2012 lalu, masalah keamanan dalam negeri dan ketertiban sosial di masyarakat sedikit mengalami eskalasi yang cukup tinggi, baik akibat dari dinamika politik seputar Pilkada maupun masalah-masalah sosial di masyarakat.

Kritik yang sering dilontarkan sebagian kalangan terhadap cara-cara penanganan konflik sosial di masyarakat harus direspon dengan manajemen penanganan konflik yang komprehensif dan tidak menciderai rasa keadilan masyarakat. Di lain pihak, kita juga berharap dengan cara-cara penanganan konflik yang persuasif, masyarakat pun patuh dan menaruh hormat pada para aparat penegak hukum di lapangan.

Tahun 2013 adalah prakondisi bagi kita untuk melepas periode kepresidenan SBY-Boediono yang akan berakhir pada tahun 2014 mendatang. Perjalanan pemerintahan yang hanya kurang lebih satu setengah tahun ke depan ini ibarat kita sedang melakoni detik-detik terakhir lari marathon 5000 meter. Tentu saja, detik-detik terakhir itu sangat menentukan. Apakah kita akan keluar sebagai pemenang ataukah justru mengalami kekalahan atau terpuruk di urutan belakang.

Itu sebabnya, Presiden SBY sengaja menjaga intensitas laju kerja jajaran Kabinet dan pemerintahan di daerah untuk terus mempertahankan ritme pemerintahan ini dan bila perlu meningkatkan intensitasnya hingga di garis finish pada tahun 2014 nanti. Grafik kinerja pemerintahan ini akan terus terjaga dan beranjak naik hingga tahun 2014 apabila manajemen kepemerintahan dan kepertaian itu diproporsikan, misalnya dengan perbandingan 70 persen untuk melayani rakyat dan 30 persen untuk aktivitas politik.

Kita dapat memahami, mengapa Presiden SBY terus mewanti-wanti jajaran Kabinet dan pimpinan lembaga tinggi Negara di Pusat dan para Kepala Daerah tentang pelayanan kepada masyarakat sebagai segala-galanya pengabdian para pejabat publik itu. Jika kita mengikuti secara seksama ritme kerja Presiden SBY di akhir periode kepresidenan ini, beliau ingin meninggalkan kesan yang baik (legacy) kepada pelanjutnya untuk menjadikan rakyat sebagai awal dan akhir dari pengabdian sebagai seorang kepala Negara.

Kepada semua pejabat pemerintahan di pusat dan daerah, Presiden SBY selalu mengingatkan mereka bahwa kran kewenangan ada di masing-masing kementerian/lembaga, provinsi dan kabupaten/kota. Tinggal apakah menteri/kepala lembaga, gubernur, bupati/walikota itu mau memanfaatkan kewenangan yang ada pada mereka itu atau tidak.

Presiden selalu mengingatkan bahwa para pejabat publik itu harus mampu mengambil tanggungjawab dan memiliki kepekaan hati nurani pada kehidupan sosial rakyatnya. Jangan biasakan melempar tanggungjawab dan merasa situasinya biasa-biasa saja. Menurut Presiden, mengurusi pekerjaan pemerintahan dan pembangunan secara biasa-biasa saja alias business as usual, tentu tidak akan "nyampe" pada tujuan yang dicita-citakan.

Di saat-saat seperti begini, kita membutuhkan manajemen krisis, dimana waktu adalah kerja dan kerja harus ada hasilnya. Rencana kerja harus didasarkan pada rasa memiliki dan keprihatinan yang mendalam terhadap kondisi masyarakat dan bangsa. Makanya, pelaksanaan RKP bukan sekedar rutunitas tahunan dari mimpi-mimpi kementerian/lembaga tetapi harus benar-benar membumi, berlaku efektif dan bermafaat bagi rakyat.

Jan 18, 2013

Wacana Pemindahan Ibu Kota Pernah Dikaji Beberapa Kementerian

Wacana Pemindahan Ibu Kota Pernah Dikaji Beberapa Kementerian
Presiden Susilo bambang Yudhoyono bersama Menlu Marty Natalegawa saat mengamati banjir yang melanda di sekitar Istana Negara, Jakarta. (17/1). (AP Photo/Presidential Secretariat, Dudi Anung)

TEMPO.CO, Jakarta - Wacana pemindahan Ibu Kota kembali ramai diperbincangkan setelah Jakarta memasuki tanggap darurat banjir. Ternyata wacana ini sendiri sudah digodok selama beberapa tahun ini oleh pemerintah. Sejak dilontarkan pada 2 Desember 2009 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah meminta kajian tentang wacana ini.

"Menyikapi pernyataan Presiden, diskusi-diskusi dan kajian telah dilakukan beberapa Kementerian," kata Velix Wanggai, Staf Khusus Presiden bidang Pembangunan Daerah, saat dihubungi melalui telepon, Sabtu, 19 Januari 2013.

Velix pun menjelaskan perihal diskusi wacana perpindahan ibu kota dilontarkan sejak 2 Desember 2009 lalu di Palangkaraya pada acara pembukaan Rapat kerja Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI). Kemudian ditegaskan kembali beberapa kali pada Buka Bersama dengan pimpinan media massa pada 9 Agustus 2010, dan di acara Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) pada awal September 2010.

Sejak saat itu, ujar Velix, sudah banyak kajian intensif dan diskusi kebijakan strategis dengan wakil-wakil dari Kementeri Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Lingkungan Hidup untuk menggodok kemungkinan pemindahan ibu kota.

"Juga berdialog dengan tim visi 2033 yang diketuai oleh Andrinof Chaniago dan sejumlah pengamat pembangunan perkotaan dan wilayah," Velix menambahkan.

Namun, Velix mengatakan, dalam waktu dekat ini Presiden belum melontarkan kembali pentingnya diskusi wacana ini kepada publik. "Presiden secara langsung tidak, tetapi melalui staf khusus, karena melihat banyak pandangan dari pengamat dan politikus, maka dinyatakan bahwa Presiden tidak tabu untuk membicarakan pemindahan ibu kota," kata dia.

Presiden memahami Jakarta tidak bisa lagi menampung interaksi manusia dan lingkungan. Walaupun begitu, ada tiga opsi atau skenario yang bisa dipilih. Pertama, ibu kota tetap di Jakarta tetapi dibenahi secara total. Kedua, ibu kota tetap di Jakarta tetapi pusat pemerintahan pindah ke lokasi lain. Ketiga, dibangunnya ibu kota yang sama sekali baru.

ARYANI KRISTANTI

Jan 17, 2013

Demokrasi Ala SBY

galeri foto

Jurnal Nasional | Kamis, 17 Jan 2013
Oleh: Velix Wanggai
 
Apakah kita memilih orang kuat (strong man) ataukah sistem yang kuat? Satu pertanyaan menarik yang diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika memberikan Presidential Lecture di hadapan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), di Jakarta, 15 Januari 2013. Indonesia Democracy Outlook adalah tema dari kuliah umum Presiden. Kuliah umum hampir satu jam itu terasa menarik, namun begitu cepat berlalu.

Ada enam poin penting. Pertama, Presiden percaya model demokrasi tidak tunggal. Memang benar, ada nilai universal, namun ada juga nilai lokalitas yang melatari suatu bangsa. Yang terpenting adalah partisipasi rakyat, menghargai perbedaan, dan tidak ada kekerasan. Syukur, kita berhasil untuk mengelola demokrasi, pembangunan, dan agama (Islam) berjalan bergandengan tangan.

Kedua, apakah demokrasi kita berada di rel yang benar? Presiden SBY bercerita bahwa para analis di luar negeri pernah membuat 5 skenario masa depan demokrasi Indonesia. Mulai dari skenario Indonesia terpecah-pecah (balkanisasi), skenario Indonesia negara gagal, skenario Indonesia dikuasai kelompok Islam, skenario Indonesia semi-otoriter, dan skenario jalan panjang Indonesia berhasil meraih demokrasi.

Dari skenario itu, Presiden SBY optimistik Indonesia dapat merajut demokrasi. Kita menyaksikan perkembangan demokrasi sejak 1998. Situasi ini memberikan harapan bahwa demokrasi telah berjalan. Namun, apakah demokrasi telah sempurna? Presiden SBY berpendapat demokrasi kita belum sempurna dan perlu waktu untuk menata dan menyempurnakannya.

Ketiga, bagaimana kaitan antara demokrasi dan pembangunan. Kisah dari dua variabel ini sebagai isu menarik di berbagai belahan negara. SBY yakin bahwa Indonesia pasca reformasi ini telah berhasil menyeimbangkan dua pilihan itu, baik yang demokrasi yang tertata dan pembangunan yang inklusif. Memang ada ekses, namun itulah tugas kita untuk mengelola persoalan yang hadir.

Keempat, kita dihadapkan pada pilihan, apakah memilih orang kuat (strong man) ataukah sistem yang kuat. Orang kuat dianggap membahayakan demokrasi ketika memerintah dengan represif dan otoriter. Hal itu dapat menyalahgunakan kekuasaan. Presiden itu datang dan pergi dari hasil Pemilu. Presiden SBY berpandangan bahwa pilihan Indonesia adalah membangun sistem dan institusi yang kuat sehingga siapapun pemimpin nasional dapat membawa bangsa ini ke rel yang tepat. Tentu saja kita perlu memilih orang yang tepat untuk membangun sistem yang kuat.

Kelima, kita tidak boleh lupa, Indonesia dibentuk dari setting yang pluralis. Bagaimana demokrasi yang cocok di tengah kemajemukan bangsa. Perbedaan dianggap sebagai kekuatan, namun juga sebagai potensi konflik. Karena itu, model demokrasi Indonesia harus disandarkan pada kemajemukan dan nilai-nilai toleransi, solidaritas, dan kekeluargaan. Tugas kita adalah mengkonsolidasi demokrasi dan desentralisasi yang multikultur. Disinilah, pilihan desentralisasi asimetris (asymmetrical decentralization) adalah model yang cocok untuk bangsa yang plural.

Dan keenam, pola demokrasi langsung untuk memilih Presiden adalah amanah konstitusi. Sedangkan, Pilkada Gubernur dan Bupati/Walikota juga menerapkan pola pemilihan langsung, walaupun UUD tidak menyatakan demikian. Karena itu, Presiden SBY berpandangan perlu diskusi yang matang untuk memilih pola pemilihan yang tepat untuk Gubernur dan Bupati/Walikota, dan juga menyempurnakan proses Pilpres.

Itulah enam poin demokrasi ala SBY. Kini tugas kita adalah tetap menjalankan konsolidasi demokrasi yang berkelanjutan. Marilah kita membangun demokrasi yang berkeadaban.

galeri foto

Jan 16, 2013

Freeport Gelontorkan Dana Rp 18 M Untuk Persipura


Logo PTFI (IST)

Jayapura, (15/1) – Manajemen Persipura Jayapura boleh bersenyum dan gembira. Pasalnya tim berjuluk ‘Mutiara Hitam’ itu digelontorkan dana Rp 18 milyar untuk dua musim kompetisi 2013-2014 oleh PT Freeport Indonesia (FI) yang berlangsung, Selasa, (15/1) di Jakarta. Kesepakatan ini diawali dengan Memorandum of Understanding (MoU) antara Direktur PT FI dan Ketua Umum Persipura.

Manajer Persipura Jayapura, Rudy Maswi saat dihubungi membenarkan hal itu. Dia mengatakan kalau Freeport Indonesia telah membantu Persipura Rp 18 Milyar untuk dua musim kompetisi.
“Freeport mensponsori Persipura selama dua musim kompetisi 2013 dan 2014 sebesar 18 milyar,” ungkap Rudi Maswi via selularnya, Selasa.

Presiden The Carakas Tembagapuramania, Gasper Muabuay berharap dengan suntikan dana tersebut, dapat menjawab harapan dan keinginan Persipurmania di Tanah Papua untuk meraih trophy juara pada musim kompetisi tahun ini.

“Harapan kami The Carakas Tembagapuramania itu sama seperti semua harapan masyarakat Papua yaitu semoga bisa menjawab semua (harapan) Persipuramania di tanah Papua dan di seluruh Indonesia dimana Persipura bisa menjadi juara,” tukas Gasper Muabuay via selularnya langsung dari Jakarta.

Memoradum of Understanding (MoU) dilakukan di Jakarta di Mangoes Tree Epicentrum Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan antara Presiden Direktur PT FI Rozik Soetjipto dan Ketua Umum Persipura, Benhur Tomy Mano disaksikan oleh staf ahli Presiden, Velix Wanggai dan anggota DPD asal Papua, Paulus Sumino. (Jubi/Roberth Wanggai)

Jan 10, 2013

Dekat dan Bekerja Untuk Rakyat

 galeri foto
Jakarta | Kamis, 10 Jan 2013
Oleh: Velix Wanggai, // Jurnal Nasional 

Awal tahun 2013 ini, ada nuansa baru dari Presiden SBY. Beliau mendatangi lokasi-lokasi tertentu dan berdialog dengan masyarakatnya. Kegiatan mendadak kepala negara atau pejabat pemerintah semacam ini di masa lalu dikenal dengan istilah sidak, kunjungan dadakan atau “turba", turun ke bawah. Mula-mula tanggal 4 Januari 2013, Presiden dan rombongan ke kampung nelayan Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang, Banten. Tiga hari kemudian, 8 Januari 2013, Presiden dan Ibu Ani serta para menteri terkait, “mendadaki‘ Kampung Sarongge Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat.

Kegiatan ini belakangan oleh media disebut, blusukan (Jawa), untuk menyebut suatu peristiwa yang (tidak disangka) terjadi secara tiba-tiba, tanpa perencanaan sebelumnya. Namun, jika disandarkan pada kegiatan seorang Presiden, istilah “blusukan" tidak sepenuhnya tepat. Sebab, apapun yang dilakukan seorang Presiden, bukan tanpa perencanaan yang jelas.

Sebagai kepala pemerintahan, seorang Presiden SBY memiliki “peta jalan‘ pembangunan yang berasal dari visi dan misinya pada saat pencapresannya tempo hari. Ketika berkuasa, beliau ingin memastikan bahwa program-program pembangunan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana periodik pembangunan (RPJM) maupun rencana reguler pembangunan (RKP).

Kegiatan semacam ini merupakan suatu pola pendekatan baru Presiden di dalam mengevaluasi kinerja para menterinya. Simpul mana yang jalan dan mana yang tidak jalan di dalam implementasi rencana pembangunan. Di sisi lain, kegiatan semacam ini menunjukkan bahwa Presiden SBY ingin melepas “kepenatan" protokol kenegaraan dan menjadi dirinya sendiri. Menjadi orang yang berasal dari kampung dan merasakan denyut kehidupan rakyat yang dihimpit kesulitan hidup.

Tak heran jika di dalam kunjungan di Tangerang dan Cianjur, Presiden SBY sangat merakyat dan menyimak dengan cermat kata per kata, kalimat per kalimat rakyat yang disapanya. Kadang Presiden terhenyak, mendengar jawaban rakyatnya tetapi beliau selalu menjawab dengan arif. Bahkan langsung menginstruksikan menteri atau pimpinan lembaga dan BUMN terkait untuk mengatasi kesulitan yang menghimpit kehidupan rakyat itu.

Dalam dialog dengan rakyat kecil ini, Presiden selalu meyakinkan rakyat kecil di perdesaan bahwa mereka tidak ditinggalkan dari derap pembangnan bangsa. Pemerintah selalu meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat dengan pelbagai program dan skim pembiyaan pembangunan. Program-program pro-rakyat terus ditingkatkan dari tahun ke tahun, meskipun dalam kunjungan di lapangan, Presiden dapat menyaksikan beberapa program pengentasan kemiskinan yang dicanangkannya, mulai klaster pertama hingga klaster keempat, belum berjalan efektif dan merata. Masih ada missing link, bottlenecking bahkan ketidaktahuan rakyat di perdesaan atas empat klaster program pro-rakyat itu.

Para kepala daerah di level kabupaten/kota mesti memastikan bahwa program pengentasan kemiskinan ala SBY itu berjalan di daerahnya. Mereka menjadi ujung tombak pemeritah yang dari waktu ke waktu mengawal pelaksanaan program pengetasan kemiskinan ini. Sejaumana program-program pro-rakyat itu mencapai sasaran, tidak ada salahnya apabila para kepala daerah itu sesekali menanggalkan “kepenatan‘ protokoler kedaerahan dan menjadi “anak kampung" di tengah rakyatnya.

Selaku staf beliau, kami mengamati Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono sangat menikmati kedekatannya dengan rakyat lewat kunjungan-kunjungan lapangan ini. Lewat cara ini, Presiden dapat berinteraksi langsung dengan rakyat dan tidak hanya lewat informasi “Asal Bapak Senang" (ABS) yang seringkali memanipulasi kondisi sebenarnya di lapangan. Rutinitas kenegaraan bisa saja menjenuhkan seorang Presiden, tetapi dekat dengan rakyat menjadi hal yang menguatkan Presiden SBY sehingga beliau terus bekerja untuk rakyat.

galeri foto

galeri foto

Jan 4, 2013

Velix Wanggai laik duduki Menteri PDT


Henry Kurniawan
Jum'at,  4 Januari 2013  −  14:12 WIB
Velix Wanggai laik duduki Menteri PDT
Felix Wanggai (Ist)
Sindonews.com - Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah Velix Wanggai dinilai laik menjadi Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) menggantikan Helmy Faishal. Dikabarkan, Helmy akan mengisi jabatan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) sepeninggal Andi Mallarangeng.

Velix dianggap tokoh muda potensial yang memiliki kecerdasan dan karakteristik kuat untuk menjadi seorang menteri. Pasalnya, dia dinilai pas menggantikan posisi Helmy Faishal jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jadi melakukan rotasi menteri.

"Saya tahu Velix Wanggai orang yang cerdas, dia tokoh muda potensial yang kita miliki, dia kuat, tegas, dan memiliki karakteristik untuk menjadi menteri," kata pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah, saat dihubungi Sindonews, Jumat (4/1/2013).

Menurut Iberamsjah, jika SBY ingin mengganti posisi Helmy sebagai Menteri PDT, maka pengalaman Velix sebagai Staf Khusus Presiden, bisa menjadi alasan kuat bagi SBY memberikan jabatan Menteri PDT kepafa Velix.

"Tepat, saya rasa sangat tepat dengan Velix. Saya kenal dia kok, dia lulusan luar negeri yang hebat, dia juga kan Staf Khusus Presiden, pasti sudah paham," tukasnya.
 
Untuk informasi bahwa Januari ini SBY diperkirakan akan mengumumkan pengganti Andi Mallarangeng sebagai Menpora, dan Helmy Faishal menjadi salah satu nama yang diprediksi mengisi pos tersebut. 

Sementara Menteri PDT yang dijabat Helmy akan dipegang oleh Velix Wanggai yang kini menjabat Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah.

(maf)

    SBY Kunjungan Kerja Mendadak

    SBY Kunjungan Kerja Mendadak 
     
    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) mendampingi Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono (kanan) memilih ikan ketika mengunjungi Tempat Pelelangan Ikan di Kampung Nelayan Tanjung Pasir, Teluk Naga di Tangerang, Banten, Jumat (4/1). ANTARA/Widodo S. Jusuf
    TEMPO.CO, Jakarta - Tidak seperti biasanya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pagi ini melakukan kunjungan kerja mendadak. Para pewarta kepresidenan pun secara mendadak diminta berkumpul di Istana Negara pukul 06.00 WIB.

    Namun, tidak diketahui ke arah mana kerja Presiden SBY hari ini. Apalagi, Presiden SBY ternyata tidak langsung menuju ke lokasi kunjungan. Pertama, rombongan bergerak menuju Hotel Sultan. Di sini, para menteri dan jajaran terkait mendapat briefing kunjungan. "Saya juga belum tahu, ikut saja. Setelah sampai juga segera kita ketahui," kata Julian Aldrin Pasha, juru bicara kepresidenan, saat ditemui di Ballroom Hotel Sultan, Jumat, 4 Januari 2012.

    Sekitar pukul 07.40, rombongan pun kembali bergerak dari Hotel Sultan dan langsung naik tol dalam kota dari arah pintu tol Semanggi. Informasi sementara, rombongan akan menuju ke daerah Tangerang.

    Beberapa menteri juga ikut dengan kunjungan presiden yang serba mendadak ini. Di antaranya Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, Menteri Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Syariefuddin Hasan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, dan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan.

    Turut mendampingi Ibu Negara Kristiani Herawati Yudhoyono, juru bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi dan Informasi Heru Lelono, Staf Khusus Presiden bidang Otonomi Daerah Velix Wanggai, Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah, Staf Khusus Presiden bidang Publikasi Ahmad Yani Basuki, dan Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa.

    Jan 3, 2013

    Helmy Faishal Jadi Menpora, Velix Wanggai Menteri PDT?

     

    Kamis, 03 Januari 2013 12:07 wib
    Susi Fatimah - Okezone
     
    JAKARTA - Sudah hampir satu bulan kursi Menteri Pemuda dan Olahraga kosong, sejak ditinggalkan Andi Alifian Mallarangeng yang mengundurkan diri usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

    SBY pernah berjanji akan mengumumkan pengganti Menpora pada awal tahun 2013. Namun, hingga hari ketiga di 2013, orang nomor satu di negeri ini pun belum mengumumkan siapa tokoh yang pantas menggantikan Andi.

    Juru Bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha, mengatakan bahwa Presiden masih menggodok nama-nama yang pantas. Bahkan, ada tokoh yang menawarkan diri ke SBY untuk menjadi Menpora. Menurut SBY, hal itu baik karena dia memiliki kesadaran dan keyakinan untuk berpartisipasi memperbaiki bangsa.

    Namun, Julian enggan menjelaskan siapa tokoh yang menawarkan diri tersebut. Beredar kabar di kalangan wartawan bahwa Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Helmy Faishal Zaini, akan menduduki posisi Menpora menggantikan Andi, sementara posisi Helmy sendiri akan diisi oleh Staf Khusus Presiden bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah Velix Wanggai.

    Julian mengaku belum mendapatkan informasi apakah Menpora yang baru akan diisi oleh partisan atau non partisan.
    "Nanti pada saatnya secara definitif Menpora yang baru dipilih atau ditunjuk atau diangkat, kita akan mengetahui itu dari profesional dari partisan atau dari non partisan, sekarang saya belum ada informasi mengenai itu," kata Julian.

    Namun, menurut salah satu sumber, kabar Helmy akan menjadi Menpora benar adanya. "Iya kabarnya begitu (jadi Menpora)," tutur sumber tersebut.
    (sus)

    SBY Diisukan Tambah Menteri Representasi Papua

    Kamis, 03/01/2013 10:09 WIB

    Elvan Dany Sutrisno - detikNews
    Foto: Blog Velix Wanggai
     
    Jakarta - Presiden SBY awal tahun ini akan menunjuk pengganti Andi Mallarangeng selaku menteri pemuda dan olahraga. Sejumlah nama masuk bursa calon Menpora, SBY diisukan akan menambah menteri representasi Papua.

    Nama Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi Daerah Velix Vernando Wanggai dikabarkan masuk dalam daftar calon menteri. Namun Felix kabarnya tidak disiapkan untuk kursi Menpora.

    Seperti keahliannya, Velix dikabarkan akan menduduki kursi Menteri PDT yang saat ini diisi oleh kader PKB, Helmy Faishal Zaini. Sementara Helmy dikabarkan akan menduduki kursi Menpora. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada periode 2004-2009 ini kini berusia 40 tahun.

    "PDT dikasihkan Velix Wanggai untuk mewakili Papua," kata sumber detikcom, Kamis (3/1/2013).

    Menurut petinggi PD, Velix Wanggai selama ini juga kerap hadir di acara-acara PD. Namun Felix tak memegang posisi penting di DPP PD.

    "Saya pernah lihat dia memakai jas biru," kata Wasekjen PD Ramadhan Pohan, yang juga sempat masuk bursa calon Menpora.

    Namun sampai kini PD belum diajak bicara soal reshuffle kabinet. PD menghormati siapapun menteri yang ditunjuk Presiden SBY dalam rangka mengisi kekosongan kursi Menpora.

    "Ya PD tidak dalam posisi mengusulkan menteri. Siapa pun yang ditunjuk Presiden SBY kita hormati. Karena reshuffle kabinet adalah hak prerogatif presiden," kata Wakil Ketua umum PD Max Sopacua.

    Velix lahir di Jayapura pada 16 Februari 1962. Dia merupakan sarjana lulusan Fisipol UGM, S2 di Flinders University dan S3 di Australian National University. Ayah empat anak ini merupakan anak dari pasangan Sofyan Wanggai dan Ita Nurlita.

    Wasekjen PD: Velix Wanggai Pantas Jadi Menteri PDT

    Kamis, 03/01/2013 12:57 WIB

    Elvan Dany Sutrisno - detikNews
    Foto: Blog Velix Wanggai 
     
    Jakarta - Nama Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi Daerah Velix Vernando Wanggai dikabarkan masuk dalam daftar calon menteri. Wasekjen PD Saan Mustopa memandang Velix pantas masuk kabinet.

    "Pantas dong, bagus dong," kata Saan kepada detikcom, Kamis (3/1/2013).

    Hal ini disampaikan Saan menanggapi rumor Velix akan masuk kabinet SBY. Velix diisukan menambah representasi Papua di kabinet dengan menempati kursi Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), sesuai dengan keahlianya.

    Sementara Menteri PDT Helmy Faishal Zaini dikabarkan akan menempati kursi Menpora yang ditinggalkan Andi Mallarangeng. Andi Mallarangeng mundur dari kursi Menpora setelah menjadi tersangka kasus Hambalang.

    Presiden SBY awal tahun ini akan menunjukkan pengganti Andi Mallarangeng selaku menteri pemuda dan olahraga. Tetapi pengangkatan menteri baru tersebut belum tentu akan diikuti dengan perombakan susunan keanggotaan KIB II sebagaimana desakan beberapa pihak.

    "Yang saya ketahui, Bapak Presiden dalam waktu dekat akan memilih secara definitif menpora menggantikan Pak Andi Mallarangeng," kata Jubir Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, di Bina Graha, Jakarta, Rabu (2/1/2012).

    Seperti penggantian menteri sebelum-sebelumnya, waktu persis pengumuman menteri baru hanya diketahui oleh Presiden SBY. Maka belum dapat dipastikan apakah yang dimaksud waktu dekat itu adalah pekan ini, bulan ini atau bahkan bulan depan.

    "Saya belum bisa memastikan kapan, dalam waktu dekat atau dalam waktu yang tidak terlalu lama," ujar Julian sembari membenarkan saat ini Presiden SBY sedang ada agenda internal di Kantor Presiden, Jakarta.

    Jan 2, 2013

    2013, Tahun Konsentrasi Kerja

    Jurnal Nasional | Kamis, 3 Jan 2013

    Velix Wanggai 




    Tahun 2012 baru saja berlalu dan kita mulai membuka lembaran baru tahun 2013. Di tahun 2013 ini, disamping masih banyak "pe er", agenda dan tantangan pun mengantri di hadapan kita. Untuk itu, Presiden SBY menginstruksikan jajaran kabinet untuk mempercepat penyelesaian agenda-agenda yang belum terlaksana di tahun 2012. Ibarat kendaraan bermotor, jika tahun 2012, para menteri dan kepala lembaga masih menggunakan persneling 3 atau 4, maka pada tahun 2013 ini, para jajaran kabinet diminta menaikkan daya pacu kementerian/lembaganya ke persneling 5 alias full speed, guna mencapai target programnya.


    Ada yang istimewa dari refleksi tahun 2012 oleh Presiden SBY pada Sidang Kabinet, kamis 27 Desember 2012 lalu. Inti refleksinya adalah sejumlah keberhasilan sudah diraih tetapi masih banyak kekurangan di sana-sini. Antara lain, program-program yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012 masih ada yang belum terlaksana dengan baik.

    Menurut Presiden, tiga isu serius tahun 2013 adalah masalah ketenagakerjaan, konflik komunal dan sengketa pertanahan. Jika dicermati secara seksama, tiga masalah tersebut terkait dengan kondisi kehidupan masyarakat di daerah.


    Kebutuhan hidup yang semakin kompleks mendesak kaum buruh menuntut perbaikan nasib. Pemerintah percaya bahwa era buruh murah memang sudah lewat. Tetapi apapun tuntutan buruh, pemerintah terus mencari solusi yang tepat guna mendatangkan keuntungan bagi semua pihak, pengusaha, buruh dan masyarakat luas.


    Agenda berikut adalah meminimalisir bahkan mencegah konflik komunal atau konflik horizontal. Kita menyadari bahwa tahun 2012 lalu, terjadi insiden kemanusiaan di beberapa daerah yang menimbulkan korban harta dan jiwa masyarakat kita. Masalah-masalah tersebut sebenarnya ada yang bersifat laten sebagai potensi konflik, tetapi tidak sedikit juga yang muncul secara tiba-tiba.
    Terkadang masalah sepele, masalah asmara, misalnya, dapat melahirkan konflik horizontal yang massive dan sulit dicegah. Para pemimpin formal maupun non formal di daerah perlu berperan aktif untuk mencegah konflik dan mengelola keberagaman.


    Untuk itu, Presiden SBY seringkali memerintahkan Gubernur, Bupati dan Walikota untuk meningkatkan peran pembinaan dan perlindungannnya sehingga konflik-konflik yang muncul dapat dilokalisir dan ditangani secara baik. Jangan sampai semua persoalan di daerah di bawah ke pusat. Jika masalahnya ada di daerah, para pimpinan daerah inilah yang harus tampil menyelesaikannya.
    Peran yang sama pula harus diterapkan pada penanganan sengketa pertanahan di daerah. Sebagai pemimpin di daerahnya, seorang kepala daerah harus mampu memastikan apakah pemanfaatan areal atau kawasan di daerahnya memiliki ijin atau tidak. Mereka juga harus mengetahui, mana kawasan hutan produksi, hutan lindung, hutan konservasi. Mana kawasan milik pemerintah, milik penguasaha atau miliki masyarakat adat.


    Tiga isu utama ini diminta oleh Presiden SBY untuk diperhatikan secara serius oleh Kementerian dan lembaga di Pusat maupun pemerintah daerah pada tahun 2013 ini. Kepada jajaran Kabinet, Presiden SBY mewanti-wanti bahwa tahun 2013 adalah prakondisi menuju tahun 2014 yang merupakan tahun politik. Agenda kepartaian anggota Kabinet dan para kepala daerah boleh-boleh saja, namun perbaikan dan peningkatan kinerja dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan Negara harus menjadi prioritas. Kita berharap para menteri, kepala badan, dan pimpinan BUMN tetap memperbaiki kinerjanya, konsentrasi kerja, bahkan full speed menuju masa akhir KIB II di tahun 2014 mendatang. Semoga!

    Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

      Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...