Dec 19, 2018

Masalah Pembangunan di Papua bukan soal Uang

Rabu 19 Desember 2018, 00:30 WIB

Velix Wanggai Sekretaris Desk Papua Bappenas | Ekonomi

Masalah Pembangunan di Papua bukan soal UangANTARA FOTO/Iwan Adisaputra

TANAH Papua, wilayah Indonesia paling timur, selalu menjadi perhatian nasional. Selain kekayaan alamnya yang berlimpah, Papua juga kerap muncul dalam perbincangan tentang ketertinggalan.
Padahal, sejak 17 tahun silam, telah lahir UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) Papua yang menjadi babak baru hubungan antara Jakarta dan Papua.


“Kebijakan negara perihal desain otsus bagi Papua ialah model baru hubungan pusat-daerah di Indonesia dalam menjawab setumpuk persoalan yang melilit Papua sekian dekade. Pilihan otonomi khusus oleh negara ialah sebuah pilihan realistis. Arsitektur otonomi khusus telah kita sepakati sejak 2001.


Apalagi pilihan ini semakin diperkuat dengan UUD 1945 amendemen 4 di tahun 2002 yang mengakui kekhususan,” tutur Velix V Wanggai, Sekretaris Desk Papua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), di Jakarta, kemarin. Kenyataanya dalam kurun 17 tahun, penerapan otsus Papua belumlah maksimal. Aspek krusial yang terjadi, tutur Velix, ialah persepsi yang berbeda di dalam memaknai otonomi khusus, aspek kekhususan daerah, kearifan lokal Papua, dan nilai historis Papua. Persepsi yang berbeda di berbagai policy actors dan masyarakat sipil telah menyebabkan apa yang tertera  dalam UU No 21/2001 belum terlaksana secara murni dan konsekuen.

Salah satu perbedaan persepsi yang sering kali muncul di permukaan ialah soal dana otsus. Di satu sisi, ada pandangan yang menganggap kewenangan dan dana otonomi khusus telah besar dialokasikan ke Papua. Namun, ternyata itu belum memberikan makna bagi perbaikan pelayanan publik dan kesejahteraan orang asli Papua.

“Di sisi lain, ada yang menganggap jumlah dana otonomi khusus masih kecil tidak sebanding dengan tingkat kesulitan wilayah dan kemahalan harga di berbagai pelosok tanah Papua,” tegasnya.

Oktorialdi, Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Pemerataan dan Kewilayahan, selaku Ketua Tim Pelaksana Desk Papua, menuturkan  tantangan  pemeritah ialah bagaimana meningkatkan pembangunan manusia di Papua. “Di Papua itu akan berbeda, mana yang sudah di kota, mana yang masih berburu, ini akan berbeda pendekatannya,” tuturnya.

Masalah yang tidak kalah penting ialah konflik lahan, klaim dan reklaim tanah. “Ini menjadi sangat mengganggu sekali,” katanya. Pertumbuhan ekonomi wilayah Papua pada 2020 diperkirakan mencapai 6% dan melesat menjadi 7,6%  pada 2024. Alokasi dana transfer APBN ke wilayah Papua sejak otsus meningkat signifikan mencapai Rp44,8 triliun (Papua) dan Rp15,4 triliun (Papua Barat).

Sementara itu, total anggaran kementerian/lembaga pada 2016 tercatat Rp15,9 triliun, yang terbagi untuk Papua Rp10,44 triliun dan Papua Barat Rp5,46 triliun.  “Jadi, masalah pembangunan Papua bukan masalah uang,” tandas Oktorialdi.

Di samping dana otsus, masih ada dana lainnya, yaitu DBH, DAU, DAK, DTI, ataupun pajak.
Freddy Numberi, tokoh Papua dan mantan menteri perhubungan, mengatakan Papua memiliki dimensi yang berbeda dari permasalahan pembangunan di wilayah lain Indonesia. Untuk itu, diperlukan aspek lain yang mencakup pembentukan dan pengembangan keseluruhan sikap sosial-budaya dalam masyarakat adat di Papua. (Uud/E-3)

Dec 11, 2018

"Bappenas Gunakan Pengelompokan Daerah untuk Kembangkan Ekonomi Papua"

Penulis: Fariha Sulmaihati
Editor: Martha Ruth Thertina  
 
"Di wilayah pegunungan tengah ada kopi yang terkenal yang sudah di promosikan di Anomali Coffee, dan juga Starbucks,” Direktur Bappenas Velix Wanggai.


Jokowi di asmat ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari Presiden Joko Widodo berboncengan dengan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menggunakan motor listrik menyapa warga Asmat saat kunjungan kerja di Kampung Kaye, Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (12/4).

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menggunakan konsep pengelompokan daerah atau suku di Papua untuk pengembangan ekonomi sesuai karakter wilayah. Konsep ini sudah berjalan dan dinilai membantu tumbuhnya ekonomi di Papua. Sebagai gambaran, daerah pantai dan teluk difokuskan untuk pengembangan perikanan, daerah pengunungan untuk pengembangan tanaman kopi, dan daerah rawa di selatan Papua untuk pengembangan tanaman palawija.

Direktur Aparatur Negara Bappenas Velix Wanggai menjelaskan, konsep tersebut mulai menuai hasil positif. "Di wilayah pegunungan tengah ada kopi yang terkenal yang sudah di promosikan di Anomali Coffee, dan juga Starbucks impor," kata dia, di Jakarta, Selasa (11/12). (Baca juga: Pemerintah Masih Kesulitan Tangani Desa Tertinggal di Indonesia Timur)

Bappenas juga mendorong adanya regulasi investasi yang baik untuk pengembangan produk dari hulu sampai hilir di Papua, misalnya pengolahan tanaman kelapa menjadi minyak kelapa, dan produk turunan lainnya. Hal itu untuk mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha baru di Papua.

Program Manager Papua Kementerian Bappenas Theresia Rhonny Andayani menyebutkan sagu yang merupakan makanan pokok di Papua sudah diekspor ke Jepang untuk bahan baku panganan di Negeri Sakura tersebut. Maka itu, pihaknya memperluas lahan untuk perkebunan sagu, sehingga produksinya meningkat, begitu juga dengan pendapatan masyarakatnya. "Itu yang sekarang sudah kami kembangkan semuanya,” ujarnya

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Bappenas Gunakan Pengelompokan Daerah untuk Kembangkan Ekonomi Papua" , https://katadata.co.id/berita/2018/12/11/bappenas-buat-pengelompokkan-daerah-untuk-kembangkan-ekonomi-papua
Penulis: Fariha Sulmaihati
Editor: Martha Ruth Thertina
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menggunakan konsep pengelompokan daerah atau suku di Papua untuk pengembangan ekonomi sesuai karakter wilayah. Konsep ini sudah berjalan dan dinilai membantu tumbuhnya ekonomi di Papua. Sebagai gambaran, daerah pantai dan teluk difokuskan untuk pengembangan perikanan, daerah pengunungan untuk pengembangan tanaman kopi, dan daerah rawa di selatan Papua untuk pengembangan tanaman palawija.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Bappenas Gunakan Pengelompokan Daerah untuk Kembangkan Ekonomi Papua" , https://katadata.co.id/berita/2018/12/11/bappenas-buat-pengelompokkan-daerah-untuk-kembangkan-ekonomi-papua
Penulis: Fariha Sulmaihati
Editor: Martha Ruth Thertina

Bappenas Dorong Percepatan Pembangunan Papua Berbasis Pendekatan Adat

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendorong percepatan pembangunan Papua berbasis pendekatan adat. Pendekatan kultural ini tercermin dalam Instruksi Presiden (Inpres) nomor 9 tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Papua.
Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Pemerataan dan Kewilayahan selaku Ketua Tim Pelaksana Desk-Papua Bappenas, Oktorialdi mengatakan dalam setahun terakhir pemerintah menerbitkan dua paket kebijakan percepatan pembangunan Papua, yakni Inpres nomor 9 tahun 2017 dan Inpres nomor 10 tahun 2017.

“Paket kebijakan ini ditujukan kepada 25 Menteri, 27 pimpinan kementerian/lembaga, Gubernur Papua dan Papua Barat, serta Bupati/Wali Kota se-Tanah Papua,” ujar Okto dalam diskusi “Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat” di Jakarta, Selasa (11/12/2018).

Selain Oktorialdi, tampil sebagai pembicara adalah Direktur Aparatur Negara Kementerian PPN/Bappenas sekaligus Sekretaris Desk Papua Velix V Wanggai dan Program Manager Desk Papua Bappenas Theresia Ronny Andayani.

Sementara, Sekretaris Desk Papua, Velix V Wanggai menjelaskan, dalam melaksanakan paket kebijakan Inpres 10/2017 tentang Dukungan PON XX 2020 di Papua, pemerintah melihat bahwa proyek pembangunan venue PON di Papua memiliki arti penting, bukan saja bidang keolahragaan di Papua, namun kebanggaan Indonesia di wilayah Timur dan sebagai tanda kebangkitan olahraga dari Papua.

“Dari hasil pertemuan Menteri PPN/Bappenas dan Gubernur Papua pada 31 Oktober 2018, disepakati langkah-langkah pemantapan dan penajaman program pengembangan kluster-kluster kawasan secara terpadu di 5 kluster Biak, Jayapura, Merauke, Mimika dan Wamena,” kata Velix.
Sedangkan, Program Manager Desk Papua Bappenas Theresia Andayani menambahkan, pembangunan di Papua juga mengedepankan aspek lokalitas, terutama di sektor pertanian dan perkebunan. Dia mencontohkan perkebunan kopi. Kopi asal Papua bagus dan enak, namun di lapangan lahan untuk produksi masih terbatas.

Dari sisi hulu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian memperluas titik-titik produksi. Sedangkan di sisi hilir sudah dijalankan oleh beberpaa mitra sehingga ke depannya perlu disinkronkan disinergikan.

“Ke depan kita akan mengembangkan bagaimana orang Papua bisa hidup dengan apa yang sudah mereka miliki,” pungkasnya. (rmn)

Membangun Infrastruktur Papua Melalui Pendekatan Adat

views: 2.841
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengakui membangun Papua tidak mudah. Foto/Ilustrasi
 
A+ A-
JAKARTA - Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengakui membangun Papua tidak mudah. Banyak persoalan yang dihadapi pemerintah, terutama penyebaran penduduk yang tidak tersebar merata.

Direktur Aparatur Negara Kementerian PPN/Bappenas Velix Wanggai mengatakan, garis besar yang ada, penekanan paling penting membangun papua banyak kompleksitas. Konteks wilayah paling sulit karena terdapat lima wilayah adat di Papua dan dua di Papua barat.

"Sebuah konsep di dalam menyederhanakan suku yang hampir 250-an jumlahnya. Bahasa suku hampir 300 bahasa dengan sub-etnik dan klan-klan berbeda," ujarnya di Jakarta, Selasa (11/12/2018).

Velix menjelaskan, bagian antropologi pihaknya melakukan simpifikasi terhadap tujuh wilayah adat tersebut. Mereka dinilainya punya karakter berbeda-beda. "Satu hal yang menarik pemerintah dalam lima tahun yaitu akomodasi pendekatan adat, sosiologi, antropologis dari 2015-2019. Ditandai dengan akomodasi pengembangan wilayah strategis berdasarkan 5 wilayah adat," katanya.

Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Pemerataan dan Kewilayahan Oktorialdi menambahkan, pembangunan proyek koridor Trans Papua sudah mulai dilaksanakan. Mulai dari Jayapura dan Wamena dengan panjang 585 kilometer.

"Sudah dilakukan utamanya infrastruktur fisik agar bisa mobilisasi masyarakat daerah. Kita juga lakukan revisi Peraturan Presiden 84/2012 tentang pengadaan barang jasa pemerintah," pungkasnya.
(akr)

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...