Apr 4, 2014

Menata Perubahan

 | Kamis, 03 April 2014
Rihad Wiranto

Oleh:
Velix Wanggai
 

Mundurnya Presiden Soeharto setelah berkuasa selama 32 tahun di masa Orde Baru telah membawa perubahan besar di Indonesia dan mendorong terjadinya "big-bang reform" hampir di segala bidang. Indonesia mengalami perubahan besar dan reformasi dalam bidang-bidang politik, ekonomi, maupun sosial dan budaya.

Kita telah menyaksikan UUD 1945 telah diamandemen sebanyak empat kali dan diikuti dengan munculnya berbagai undang-undang turunannya. Walaupun ekonomi Orde Baru menunjukkan prestasi yang baik, tetapi Orde Baru juga ditandai dengan berbagai persoalan berat.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat amanah di tengah situasi transisi yang tidak gampang. Dalam pidato perdana di Istana Merdeka, pada 20 Oktober 2004, Presiden SBY menegaskan bahwa "bagi pendiri bangsa, tantangan terbesar adalah membebaskan bangsa dan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan. Bagi generasi kita tantangan terbesar adalah membebaskan rakyat dari kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan secara khusus, memperkuat proses konsolidasi demokrasi, serta menuntaskan agenda reformasi".

Selanjutnya, Presiden SBY mengatakan kepada publik bahwa, "Dalam beberapa bulan mendatang, Pemerintahan akan mencurahkan perhatian untuk menata masalah-masalah dalam negeri. Pemerintah akan menstimulasi kehidupan ekonomi. Pemerintahan akan menjalankan ekonomi terbuka. Pemerintahan akan memprioritaskan dan menata kebijakan di bidang pendidikan dan kesehatan. Pemerintahan akan terus meningkatkan produktifitas dan daya saing dan menggalakkan investasi untuk pembangunan infrastuktur. "

"Pemerintahan akan memberi perhatian khusus dalam penanganan korupsi. Pemerintahan akan memberi perhatian khusus terhadap penanganan situasi konflik di Aceh dan Papua. Pemerintahan akan memberikan perhatian khusus pada desentralisasi dan otonomi daerah...insya Allah, dengan kebersamaan dan kerja keras kita, kta akan mampu mewujudkan kondisi Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil, dan lebih sejahtera".

Memulai pemerintahan SBY dalam satu dekade ini, sejak 2004 Presiden SBY meletakan ke dalam 2 Strategi Dasar. Pertama, Strategi Penataan Kembali Indonesia yang diarahkan untuk menyelematkan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan konsensus dasar kita, yakni Pancasila, UUD 1945, tetap tegaknya NKRI, dan tetap berkembangnya pluralisme dan keberagaman dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika.

Kedua, Strategi Pembangunan Indonesia yang diarahkan untuk membangun Indonesia di segala bidang guna pemenuhan hak dasar rakyat dan penciptaan landasan pembangunan yang kokoh. Disinilah, sejak 2004 telah diletakkan 3 sasaran pembangunan, baik pertumbuhan ekonomi yang tinggi (pro-growth), penciptaan lapangan kerja yang optimal (pro-job), dan penurunan tingkat kemiskinan (pro-poor). Hal ini dikenal dengan triple track strategy. Di era pemerintahan SBY, 2009 - 2014, satu strategi didorong, yakni keberpihakan pada pembangunan yang berkelanjutan, atau dikenal dengan pro-environment.
 
Setelah kita melangkah dalam 10 tahun terakhir, banyak prestasi yang telah kita capai, tetapi tetap menyisahkan tugas berat ke depan. Indonesia telah melakukan "revolusi diam-diam" (silent revolution) dalam berbagai aspek kehidupan. Silent revolution itu hadir dalam konteks perubahan budaya hingga perubahan struktural dalam mengelola pemerintahan dan pembangunan. Kita menjauh dari ramalan Indonesia akan mengalami "balkanisasi", sentimen keagamaan, negara semi otoritarian, maupun kembalinya negara otoritarian. Syukur, Presiden SBY telah membawa Indonesia menjadi negara demokrasi, terlebih lagi negara demokrasi yang stabil dan lebih terkonsolidasi.

Poin penting bagi Indonesia, adalah Presiden SBY telah meletakan visi jauh ke depan tanpa mengabaikan langkah-langkah pembangunan yang bertahap. Ketiadaan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) di era reformasi telah mendorong Presiden SBY untuk menghadirkan UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 - 2025.

Presiden SBY pernah menyampaikan agar pikiran-pikiran besar perlu digali dan dirumuskan ke dalam strategi pembangunan yang sesuai konteks Indonesia. Ekonomi Indonesia memadukan pendekatan sumber daya (resources), pengetahuan (knowledge), dan budaya (culture). Pertumbuhan ekonomi yang dianut adalah pertumbuhan disertai pemerataan, growth with equity, agar benar-benar membawa rasa adil.

Kita juga menyaksikan pemerintahan SBY secara serius memperkuat ekonomi dalam negeri yang berdimensi kewilayahan, dengan pertumbuhan ekonomi yang tersebar di seluruh tanah air. Daerah-daerah menjadi kekuatan ekonomi lokal. Dan, menariknya, ekonomi nasional dilandasi oleh mekanisme pasar untuk efisiensi, tetapi juga memberikan ruang bagi peran pemerintah yang tepat untuk menjamin keadilan. Disinilah, strategi pro-pertumbuhan, pro-lapangan kerja, pro-rakyat miskin, dan pro-lingkungan diletakkan dalam kerangka pembangunan nasional.

Dewasa ini dimensi kewilayahan ini juga mendapat perhatian. Hal itu tampak dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Presiden SBY mendorong percepatan pembangunan wilayah-wilayah di luar Pulau Jawa, sambil menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa. Sejalan dengan itu, diluncurkan pula Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun 2011-2025. Melalui MP3EI, pendekatan terobosan (breakthrough), tidak ‘business as usual', dan kebijakan terpadu (integrated policy) dilakukan dalam pengembangan 6 koridor ekonomi wilayah, konektifitas wilayah, dan sumber daya manusia.

Di mata dunia internasional, Indonesia disebut sebagai "remarkable Indonesia" - bangsa yang dinilai berhasil dalam mengatasi krisis dan tantangan yang berat dan kompleks dalam 10 tahun terakhir ini. Indonesia hadir sebagai "an emerging country", dan dipandang sebagai negara demokrasi terbesar setelah Amerika Serikat dan India. Dalam hal hubungan internasional, sejak 20 Oktober 2004 Presiden SBY telah menyapa sahabat-sahabat Indonesia di dunia internasional. Presiden SBY menegaskan sikal Indonesia tetap berpegang teguh pada politik bebas aktif, memajukan perdamaian, meningkatkan kesejahteraan, dan membela keadilan. Indonesia akan terus tumbuh menjadi bangsa yang demokratis, terbuka, modern, pluralistik dan toleran.

Hari-hari ini Indonesia memasuki masa transisi kepemimpinan. Kita sedang memasuki Tahun Politik yang ditandai dengan prosesi pemilihan Legislatif 9 April dan Pemilihan Presiden 9 Juni 2014. Banyak prestasi telah dicapai. Ada juga pekerjaan rumah yang wajib ditata dan dibenahi. Tugas mulia dari seluruh anak bangsa adalah melanjutkan apa-apa yang telah baik di era Presiden SBY, dan kemudian menata dan memperbaiki pekerjaan rumah yang belum selesai. Kita wajib optimistik, harus bisa, dan bersatu dalam keberagaman kita.

Jejak Langkah Presiden SBY : Velix Wanggai Luncurkan Buku “Indonesia Untuk Semua”


Jejak Langkah Presiden SBY : Velix Wanggai Luncurkan Buku “Indonesia Untuk Semua”

Jurnas.com | STAF Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Vernando Wanggai meluncurkan buku berjudul “Indonesia Untuk Semua: Catatan Haluan Pembangunan, Demokrasi, dan Diplomasi Presiden SBY. Buku setebal 660 halaman ini diluncurkan di Jakarta, Kamis (3/4).

Velix Wanggai mengatakan buku ini merupakan bunga rampai artikel yang dimuat di media massa utamanya di Harian Jurnal Nasional sejak 2010 sampai 2013. Menurutnya, buku ini menggambarkan jejak langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di dalam mengelola Indonesia yang sedang berubah.

Velix mengungkapkan, pada awal tahun 2009, saat dirinya bersama beberapa orang dipanggil untuk dilakukan fit and proper test bagi calon Staf Khusus Presiden, Presiden SBY berpesan agar membangun tradisi baru dalam politik modern Indonesia deengan merekam jejak langkah pemimpin-pemimpin nasional dalam bentuk buku. Karena buku akan menjadi warisan penting bagi generasi baru untuk memahami secara utuh apa yang ada di hati, pikiran, langkah dari para pemimpinnya.

“Pada titik ini, jejak langkah Presiden SBY akan menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, terutama generasi muda untuk memegang prinsip keberlanjutan, dan perubahan di dalam mengelola Tanah Air yang kita cintai ini,” kata Velix Wanggai.

Dalam buku ini, Velix Wanggai membagi pemikiran, langkah dan kebijakan Presiden SBY ke dalam sembilan bab, yakni Mari Bersatu Membangun Bangsa; Di Bawah Bendera Reformasi; Membangun Karakter Bangsa; Politik Perencanaan Nasional Ala SBY; Politik Pembangunan Regional Ala SBY; Mengelola Aceh hingga Papua; Menuju Kemuliaan Papua; Meneguhkan NKRI; dan Indonesia untuk Dunia.

Velix menjelaskan buku ini memotret berbagai isu, langkah dan kebijakan Presiden SBY serta dinamika yang berkembang baik di dalam maupun di luar negeri.

Peluncuran buku Velix Wanggai ditandai dengan menyerahkan secara simbolis kepada beberapa tokoh, akademisi/pengamat, perwakilan kementerian/lembaga, perwakilan media massa, generasi muda, dan tokoh masyarakat.

Pengamat Politik UGM, Ari Dwipayana saat diskusi buku Velix Wanggai, menekankan bahwa pemerintahan Presiden SBY dibangun atas spirit inklusifitas. Artinya pemerintahan dan pembangunan melibatkan semua kekuatan elemen bangsa dan hal ini sejalan dengan spirit yang dibangun oleh para pendiri bangsa.

“Pemikiran historis terkait inklusifisme sangat penting untuk disadarkan kepada generasi muda di masa depan,” kata Ari Dwipayana.

Ari menilai bahwa semangat inklusifisme yang dibangun Presiden SBY tentu menghadapai sejumlah dilema. Dilema ini juga akan dialami baik pemimpin sebelum Presiden SBY dan nanti pemimpin pasca Presiden SBY.

“Kedepan, siapapun pemimpin baik sebelum Presiden SBY, di masa SBY dan pasca SBY, pasti akan berhadapan dengan dilema-dilema utamanya berkaitan dengan sistem demokrasi kita,” kata Ari.

Pengamat Hubungan Internasional sekaligus Asisten Staf Khusus Presiden, Yayan Ganda Hayat Mulyana menyampaikan apresiasi atas kiprah dan peran Indonesia di dunia internasional. Di masa pemerintahan Presiden SBY, kata Yayan, Indonesia tercatat salah satu negara yang mengirim pasukan perdamaian PBB paling banyak. Ia juga mengapresiasi berbagai keterlibatan dan peran Indonesia di forum internasional seperti G20, APEC, ASEAN, dan forum internasional lainnya.

Karena itu, Yayan berharap pemimpin kedepan harus melanjutkan capaian dan keberhasilan pemerintahan Presiden SBY.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus Pengamat Otonomi Daerah, Mas’ud Said juga mengapresiasi capaian dan kinerja pemerintahan Presiden SBY.

“Pada awal reformasi, dunia sempat meramalkan Indonesia akan hancur. Namun dibawah pemerintahan Presiden SBY, semua prediksi itu terbantahkan. Indonesia justru melampaui ekspektasi yang diharapkan,” kata Mas’ud Said.

Bupati Fak Fak, Mohammad Uswanas yang hadir memberikan testimoni, juga menyampaikan apresiasi kepada Presiden SBY yang telah melibatkan semua komponen bangsa untuk terlibat dalam pembangunan.

Tunaikan Pesan Presiden SBY, Velix Wanggai Kembalikan Luncurkan Buku



Kamis, 03 April 2014 , 13:38:58 WIB


Kamis, 03 April 2014 , 13:38:58 WIB
 
Jurnas.com | STAF Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Vernando Wanggai meluncurkan buku dengan judul “Indonesia untuk Semua : Catatan Haluan Pembangunan, Demokrat dan Diplomasi Presiden SBY.  Acara peluncuran buku setebal 660 halaman ini berlangsung di Cava Cafe, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/4).

Mengawali sambutannya, Velix Wanggai mengatakan buku ini merupakan kumpulan tulisan perjalanan mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono termasuk terkait kebijakan pemerintahan Presiden SBY. “Sebenarnya setiap hari itu adalah hari bersejarah,” kata Velix Wanggai.

Lebih lanjut, Velix mengungkapkan, di awal tahun 2009, Presiden SBY memanggil sejumlah orang untuk dilakukan fit and proper test bagi calon staf khusus. Saat itu, Presiden SBY berpesan agar sejarah harus ditulis. Karena hal itu berkaitan dengan jejak langkah sekaligus menjadi bagian perjalanan sejarah dari Presiden SBY baik pribadi maupun sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara.

Velix mengakui bahwa sejak awal belum ada niat untuk menulis buku. Namun dalam perjalanan menjalankan tugas sebagai staf khusus presiden, berbagai catatan perjalanan dan kebijakan Presiden SBY ditulis dan dikumpulkan kemudian dimuat diberbagai media massa utamanya di Harian Jurnal Nasional.

Menurut Velix, buku ini memotret berbagai isu dan kegiatan Presiden SBY beserta kebijakan, serta dinamika perjalanan pemerintahan termasuk isu luar negeri. Buku ini juga memotret aspek lainnya baik aspek humanisme, sosial dan politik, internasional.


Tunaikan Pesan Presiden SBY, Velix Wanggai Kembali Luncurkan Buku

Bedah Buku Keempat Velix Wanggai Tentang Kepemimpinan Presiden SBY

Kamis, 03 April 2014 - 13:15 WIB
Oleh : DESK INFORMASI
- Dibaca: 412 kali




"Sebenarnya setiap hari itu adalah hari bersejarah. Untuk itulah, Sejarah itu harus ditulis", kalimat awal dari Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan dan Otonomi Daerah, Velix Fernando Wanggai, saat menyampaikan sambutan dalam acara Bedah Buku "Indonesia untuk Semua", "Catatan Haluan Pembangunan, Demokrasi, dan Diplomasi Presiden SBY", di Cafe Cava, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (3/4) siang.

Buku keempat ini merupakan kumpulan dari artikel Velix Wanggai yang ada di media massa. Sebelumnya, Velix Wanggai telah menulis 3 (tiga) buah buku yaitu “Pembangunan untuk Semua”, “Mengelola sebuah Perubahan”, dan “Safari Ramadhan”.

Bupati Kabupaten Fak-fak, Drs. Mohammad Uswanas, M.Si, yang ikut menghadiri acara bedah buku, turut memberikan apresiasi terhadap peluncuran buku ini. Selain itu, ia menilai, buku yang diterbitkan ini dapat memberikan gambaran masalah apa yang dihadapi Indonesia selama kurun waktu kepemimpinan Presiden SBY sampai dengan saat ini.

Peningkatan Peran Serta Internasional Era Presiden SBY

Salah satu hal yang dilaksanakan oleh Presiden SBY yakni bagaimana upaya peran serta Indonesia secara aktif melalui forum G-20 maupun APEC. "Presiden SBY mendorong adanya kemitraan komprehensif (comprehensive partnership) maupun kemitraan strategis (strategic partnership)", ujar Velix.

Selain itu, Indonesia juga mendapat kehormatan saat Presiden SBY memimpin High Level Panel of Eminent Person on the Post 2015. Hasil dari kepemimpinan lembaga ad hoc tersebut, Presiden SBY telah menyerahkan dokumen yang berjudul, "A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable Development", pada tanggal 31 Mei 2013.
Bahkan, Ratu Maxima dari Belanda menyampaikan apresiasi terhadap hasl tersebut saat kunjungan Wapres Boediono terkait acara KTT Keamanan Nuklir di Den Haag, Belanda belum lama ini.
Dalam sesi pembahasan, salah satu peserta menyampaikan keempat buku yang ditulis Velix Wanggai bercerita tentang pemerintahan Presiden SBY. Dengan demikian, buku  kelima ditunggu yang bercerita tentang kisah-kisah "untold story" dalam pemerintahan Presiden SBY.

Acara peluncuran buku ini juga dilanjutkan dengan bedah buku bersama para panelis Prof. M. Mas'ud Said, M.M, Ph.D, Dr. Drs. Yayan Ganda Hayat Mulyana, Ph.D, dan pengajar Fisipol UGM Dr. Ari Dwipayana. Acara peluncuran buku Indonesia untuk Semua ini dihadiri oleh wartawan, akademisi, dan undangan dari kementerian/lembaga serta penulis seperti Sidney Jones. (EN/ES)

Staf Presiden Velix Wanggai Luncurkan Buku 'Indonesia untuk Semua'

Mega Putra Ratya - detikNews
Kamis, 03/04/2014 18:54 WIB 

Jakarta - Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Vernando Wanggai meluncurkan sebuah buku. Isinya berisi kumpulan tulisan perjalanan mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Sebenarnya setiap hari itu adalah hari bersejarah,” ujar Velix Wanggai dalam peluncuruan bukunya di Cava Cafe, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/4/2014).

Buku setebal 660 halaman tersebut berjudul "Indonesia untuk Semua: Catatan Haluan Pembangunan, Demokrat dan Diplomasi Presiden SBY". Buku ini memotret berbagai isu dan kegiatan Presiden SBY beserta kebijakan, serta dinamika perjalanan pemerintahan termasuk isu luar negeri. Buku ini juga memotret aspek lainnya baik aspek humanisme, sosial dan politik, internasional.

Velix menceritakan, pada awal tahun 2009, Presiden SBY memanggil sejumlah orang untuk dilakukan fit and proper test bagi calon staf khusus. Saat itu, Presiden SBY berpesan agar sejarah harus ditulis.

Karena hal itu berkaitan dengan jejak langkah sekaligus menjadi bagian perjalanan sejarah dari Presiden SBY baik pribadi maupun sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara.

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...