Sep 26, 2012

Indonesia: Asia's New Economic Power House


galeri foto
Jurnal Nasional | Kamis, 27 Sep 2012

Oleh: Velix Wanggai
 

Indonesia adalah bangsa besar. Kebangkitan Indonesia ini bukanlah perjuangan satu dua hari, namun ikhtiar panjang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini memiliki ikatan, nilai, dan spirit yang panjang sejak masa lampau. Kejayaan kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan di masa lampau di belahan Nusantara merupakan bukti historis dalam proses transformasi bangsa ini. Proses dialektika perjalanan bangsa ini dibekali dengan modal sosial, modal kultural, dan modal spiritual yang hidup di masing-masing sanubari anak bangsa di belahan Nusantara.

Disinilah kita membaca kunjungan kenegaraan Presiden SBY di New York, Amerika Serikat sejak 22 - 28 September 2012. Presiden hadir untuk membagi pengalaman Indonesia di dalam metransformasi Indonesia dari waktu ke waktu. Hari Senin, 24 September 2012, Presiden berbicara di New York Stock Exchange (NYSE) di kawasan Wall Street dengan meyakinkan para pemuka bisnis dunia bahwa Indonesia saat ini bangkit sebagai Asia's New Economic Power House.
 
Di depan para tokoh bisnis, Presiden menegaskan lima mitos yang salah dalam memotret Indonesia. Mitos pertama bahwa perekonomian Indonesia relatif tidak stabil. Kenyataannya, pertumbuhan Indonesia lebih konsisten dibandingkan beberapa negara yang telah berkembang seperti BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China). Mitos kedua, ada anggapan pertumbuhan ekonomi hanya berpusat di Jakarta. Kenyataannya, ekonomi tumbuh di berbagai kota di Indonesia.

Mitos ketiga, ada kesalahpahaman Indonesia ikuti pola ekonomi Macan Asia. Ternyata Indonesia tidak mengikuti tren gaya ekspor seperti Malaysia dan Thailand dan sebagainya. Sedangkan mitos keempat bahwa perekonomian Indonesia mengandalkan sumber daya alam. Kenyataannya, ekspor Indonesia semakin berkurang, dan peran investasi dan konsumsi semakin meningkat. Terakhir, mitos kelima, pertumbuhan dianggap didorong oleh perluasan tenaga kerja. Namun ternyata, tenaga kerja kita besar dan diikuti oleh kapasitas produktifitas yang semakin meningkat.

Di hari yang sama, Presiden membagi pengalaman kepada para pemuka bisnis dan pemuka lingkungan hidup dalam sebuah gala dinner yang mengangkat tema, ‘Indonesia: Towards Environmental and Economic Sustainability'. Forum ini menarik karena dapat mempertemukan dua komunitas yang selalu berseberangan, yakni kaum bisnis dan kaum pegiat lingkungan hidup. Presiden SBY mempersatukan kedua komunitas itu, dan bahkan Presiden SBY dianugerahi dua penghargaan. Pertama, Valuing Nature Award for Leadership in the Coral Traingle Initiative dari The Nature Conservancy, World Resources Institute, dan World Wildlife Fund (WWF). Kedua, 21th Century Economic Achievement Awards dari US-ASEAN Business Council.

Masih di Kota New York yang pernah mengalami trauma peristiwa 9/11 itu, Presiden SBY berdiri tegak di depan Sidang ke-67 Majelis Umum PBB. Di tengah-tengah ratusan kepala negara, Presiden menyeruhkan untuk dunia bersatu dalam keberagaman. Harmoni dalam perbedaan. Presiden SBY menyeruhkan dunia untuk membentuk instrumen internasional untuk mencegah secara efektif upaya penghasutan yang dapat menimbulkan permusuhan dan kekerasan berdasarkan agama dan kepercayaan.

Kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs) akan berakhir 2015. Hari ini dunia melalui PBB mempercayai Presiden SBY, PM Inggris David Cameron, dan Presiden Liberia, bersama 26 anggota HLP untuk merumuskan the Post-2015 Development Agenda. Ke depan, ‘Sustainable Development with Equity' akan menjadi platform kolektif kita. Insya Allah, kebangkitan Indonesia adalah sebuah keniscayaan.

galeri foto

Sep 21, 2012

Memperkuat Ketahanan Ekonomi Domestik

galeri foto
 Jurnal Nasional | Kamis, 20 Sep 2012

Oleh: Velix Wanggai
 

Sehari setelah kembali dari Vladivostok, Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengunjungi Kota Pekan Baru, Provinsi Riau, Pulau Morotai di Provinsi Maluku Utara, dan Kota Cirebon, di Provinsi Jawa Barat, mulai 11 September hingga 17 September 2012. Di Bumi Lancang Kuning, Presiden SBY hadir untuk membuka Pekan Olah Raga Nasional (PON) ke-18. Setelah itu, Presiden SBY menyapa rakyat di ujung timur Indonesia, tepatnya di Pulau Morotai untuk membuka Sail Morotai 2012 pada 15 September 2012.

Setelah itu, pada 17 September 2012, Presiden SBY menghadiri Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nadhatul Ulama (NU) di Kota Cirebon, Jawa Barat yang mengangkat tema, ‘Kembali ke Khittah Indonesi 1945, Meningkatkan Khidmad NU Menuju Indonesia yang Berdaulat, Adil dan Makmur'. Rangkaian kegiatan ini memiliki makna yang strategis, tidak hanya untuk kepentingan domestik, namun memberi manfaat pula bagi kemajuan Indonesia di tataran global.

Acara PON, Sail Morotai, dan Munas NU ini memiliki spirit yang sejiwa, yakni untuk membangun bangsa yang berperadapan mulia, persaudaraan dan perdamaian. Pesta olah raga misalnya, janganlah dilihat hanya sekedar merebut medali. Namun lebih itu, olah raga memiliki makna yang lebih komprehensif. Olah raga adalah simbol kemajuan bangsa, sekaligus sebagai instrumen pemersatu dari keberagaman yang ada di tanah air.

Dalam beberapa kesempatan, Presiden SBY menekankan bahwa kita harus "educating mind and heart of our people through sport and art". Secara tradisi, olah raga dan seni adalah saling terkait satu sama lain. Demikianlah, apa yang terjadi pula pada pelaksanaan Sail Morotai. Olah raga dan seni yang terkait dengan sumber daya kelautan tumbuh dan berkembang.

Sail Morotai adalah perhelatan akbar bahari bertaraf internasional. Ketika di Morotai, Presiden SBY mengajak kita untuk menyatukan langkah untuk menentukan kejayaan Provinsi Maluku Utara di masa depan. Dan, di pulau yang pernah dijadikan markas Jenderal McArthur pada Perang Dunia ke-II ini, Presiden menegaskan komitmen dan tekad Indonesia untuk menjadikan momentum rangkaian Sail di Indonesia ini sebagai penegasan Indonesia sebagai salah satu penggerak kekuatan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Bahkan, Pemerintah melihat Sail Morotai di Spice Islands, Moloku Kie Raha, adalah simbol dari era baru ekonomi dari Abad Pasifik. Kini, Morotai dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terletak di bibir Pasifik.

Makna lain dari perhelatan akbar dari PON dan sejumlah kegiatan Sail ini juga simbol dari keberpihakan Pemerintah dalam mendorong percepatan pembangunan wilayah-wilayah di luar Pulau Jawa-Bali. PON ke-18 di Riau ini adalah PON yang ketiga kalinya diselenggarakan di luar Pulau Jawa secara berturut-turut. Sebelumnya PON ke-16 Tahun 2004 di Sumatera Selatan, dan kemudian PON ke-17 di Kalimantan Timur pada tahun 2008.

Demikian pula dengan perhelatan Sail yang telah digelar di Sulawesi Utara (Sail Bunaken), Maluku (Sail Morotai), Sulawesi Tenggara (Wakatobi), dan Maluku Utara (Sail Morotai). Ke semua itu sebagai komitmen dari pendekatan kewilayahan yang telah ditekankan oleh Pemerintah sebagai arah baru strategi dan kebijakan pembangunan nasional pada kurun waktu 2009-2014.

Akhirnya, rangkaian acara Presiden SBY dalam satu minggu ini, merupakan komitmen Pemerintah untuk menggerakkan ekonomi domestik yang berdimensi kewilayahan, kebangsaan, dan harmoni. Hal ini adalah modal bagi bangkitnya ekonomi baru Asia Pasifik.

galeri foto

galeri foto

Sep 14, 2012

Basmi Buta Huruf Papua Terkendala Kondisi Geografis

Jumat, 14 September 2012, 23:34 WIB
Republika Online/Chairul Akhmad
Basmi Buta Huruf Papua Terkendala Kondisi Geografis
Warga Kabupaten Mulia, Provinsi Papua, saat berangkat ke pasar.


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tingginya angka buta huruf di Papua yang mencapai 67 persen ikut dipengaruhi kondisi geografis di kawasan tersebut. Staf khusus presiden otonomi khusus Papua, Velix Wanggai, mengatakan pemerintah menyadari 67 persen ini adalah angka buta huruf cukup tinggi di tanah air.

"Tantangan utama yang dihadapi pemerintah adalah kondisi geografis yang luas, topografis yang sulit dijangkau, dan penduduk asli Papua yg tersebar tidak merata di wilayah yang terisolasi," katanya, Kamis. (14/9).

Menurut dia, angka 67 persen itu adalah penduduk asli Papua yg berada di wilayah pedalaman. Pemerintah, lanjutnya, sudah berupaya memberikan perhatian  penajaman perencanaan kebijakan pendidikan yang lebih terpadu, baik pusat, provinsi, dan daerah.

"Harapannya, program-program yang lintas pembiayaan dapat terpadu dan cocok dengan kondisi lokal," katanya.

Ia menambahkan konteks sosial budaya dan wilayah sangat  dipertimbangkan dalam program-program pendidikan di Papua. Untuk menjangkau daerah-daerah terpencil, pemerintah membuat sekolah-sekolah kecil, membuat pendidikan pola asrama, dan pendidikan satu atap antara SD dan SMP di sentra-sentra ibukota kecamatan.

Selain itu, pemerintah juga perkuat dan perluas pendidikan informal/tambahan untuk kegiatan melek huruf bagi kalangan yang telah melewati masa usia pendidikan SD-SMA.
Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari
Reporter: Esthi Maharani

Deklarasi Vladivostok: Dari Pulau Russky Menuju Pulau Bali

galeri foto
Jurnal Nasional | Kamis, 13 Sep 2012
Oleh: Velix Wanggai


Dari tahun ke tahun ekonomi negara-negara yang tergabung di Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) terus tumbuh dan berkembang. GDP perkapita APEC tumbuh dari US$6, 719 pada 1992 menjadi US$15,889 di tahun 2011. Kali ini APEC CEO Summit digelar di Pulau Russky, di kota Vladivostok, Rusia, pada 8 - 9 September 2012.

Vladivostok dan Pulau Russky disambungkan dengan jembatan cable-stayed yang terpanjang di dunia sepanjang 1.104 meter. Topik utama yang diangkat adalah "Integrate to Grow, Innovative to Proper". Salah satu topik yang dibahas di APEC Economic Leaders' Meeting adalah, "Integrasi Ekonomi Regional dan Liberalisasi Investasi dan Perdagangan dalam Konteks Promosi Pertumbuhan yang Berkelanjutan dan Seimbang".

Sebelumnya, APEC CEO Summit di gelar di Pulau Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat pada 10 - 12 November 2011, dan di tahun 2010 diselenggarakan di Yokohama, Jepang, pada 12-13 November 2010. Di Yokohama, topik yang dibicarakan adalah menyangkut "Asia-Pacific as the Driving Force for Global Growth: Seeking Prosperity after Crisis". Sementara itu, topik seputar "The Future, Redefined, Helping to Define the Future of Private Sector Engagement in the Asia-Pacific" menjadi pembicaraan utama di Honolulu pada tahun 2011.

Pertemuan para pemimpin APEC di Russky Island ini, akhirnya menghasilkan kesepakatan dan kesepahaman bersama yang dapat disebut "Vladivostok Declaration". Para pemimpin sepakat untuk semakin menguatkan kepemimpinan dan kesejahteraan kawasan di tataran ekonomi global. Disepakati untuk membangun langkah nyata agar pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif, kuat, dan seimbang, termasuk kebijakan domestik seperti penguatan pasar domestik dan reformasi struktural di sektor ekonomi.

Deklarasi Vladivostok memuat empat agenda penting, yakni (1) menguatkan integrasi ekonomi kawasan dan liberalisasi investasi dan perdagangan; (2) menguatkan kerjasama di bidang keamanan pangan; (3) membangun distribusi baraang dan jasa yang baik; dan (4) kerjasama yang intensif dalam mengembangkan pertumbuhan yang inovatif, termasuk pula di dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah di kawasan Asia-Pasifik.

Bagi Indonesia, APEC memiliki nilai strategis. Indonesia telah melahirkan the Bogor Goal pada 1994. Di Pulau Russky, Vladivostok ini, Presiden Republik Rusia Vladimer Putin akan menyerahkan keketuaan APEC ke Presiden Republik Indonesia, Presiden SBY.

Visi kepemimpinan Indonesia telah jelas. Setahun lalu ketika di Hawaii, Presiden SBY menegaskan bahwa abad ke-21 haruslah menjadi Abad Asia Pasifik. Pertumbuhan ekonomi harus memberikan makna atas hadirnya keadilan dan pemerataan bagi semua. Untuk itu, Presiden SBY mengajak negara-negara di kawasan ini perlu untuk mendefinisikan ulang arsitektur kawasan menuju arsitektur yang transparan, inklusif, terbuka, dan efektif. Adanya prinsip win-win cooperation. Abad Asia Pasifik juga menuntut sebuah keseimbangan dinamis (a dynamic equilibrium), demikian visi Presiden SBY. Indonesia mendorong pentingnya konektivitas Asia-Pasifik guna wujudkan pertumbuhan yang inklusif.

Sedangkan di Pulau Russky, Vladivostok, Presiden SBY kembali menegaskan bahwa Indonesia siap untuk menjadi Ketua APEC 2013. Indonesia pun mengundang kedatangan para pebisnis Asia Pasifik dalam forum serupa yang akan berlangsung di Bali pada Oktober 2013. Dengan senang hati saya menyampaikan tema APEC tahun depan adalah "Ketahanan Asia Pasifik, Motor Pertumbuhan Global".

Selamat tinggal Pulau Russky, sampai jumpa di Pulau Bali.

Sep 6, 2012

Memaknai Kunjungan Presiden ke Mongolia dan Rusia



galeri foto

Jurnal Nasional | Kamis, 6 Sep 2012
Oleh: Velix Wanggai


Perjalanan Jakarta menuju Ulaanbaatar, Mongolia memakan waktu sekitar 8,5 jam. Lama perjalanannya mirip penerbangan dari Jakarta ke Merauke, Papua. Rasa ngantuk yang mendalam rasanya harus dilawan dengan melakukan sesuatu yang positif. Akhirnya, penulis teringat artikel spektra untuk Koran Jurnal Nasional. 
 
Kali ini perjalanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke kampungnya tokoh Chinggis Khan di Mongolia dan juga mengunjungi kampungnya tokoh Lenin di Rusia. Dengan jumlah penduduk sekitar 3,1 juta jiwa (Juli 2011) dan potensi sumber daya yang belum tergarap di bidang energi dan pertambangan, Indonesia - Mongolia ingin meningkatkan volume perdagangan dan investasi di antara kedua negara.

Tercatat pada tahun 2010 perdagangan bilateral Indonesia-Mongolia baru berjumlah US$ 7.709.000. Sementara itu, di kota Vladivostok, Rusia, akan digelar APEC Summit. Bahkan di salah satu forum, APEC CEO Summit, dengan tema "Addressing Challenges, Expanding Possibilities", Presiden SBY akan membagi pandangan sebagai pembicara utama.


Kunjungan ke Mongolia dan Rusia sejak 5 - 10 September 2012 ini memiliki makna penting bagi Indonesia. Dunia masih dilanda krisis ekonomi yang diperkirakan akan berlangsung lama, terutama di "Benua Biru" Eropa. Belum lagi diperparah dengan harga minyak dunia yang tidak stabil dan kekeringan berkepanjangan sebagai akibat perubahan iklim. Konteks seperti itu menjadi pertimbangan Indonesia di dalam merancang kebijakan nasional. Untuk itulah, Presiden SBY mengantisipasinya dengan menetapkan agenda kerja yang relevan dengan konteks kekinian dan masa mendatang.

Apa agenda kerja kita di hari-hari ini dan ke depan? Di tahun 2012 ini , Presiden SBY tetapkan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yakni "Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Inklusif Guna Peningkatan Kesejahteraan Rakyat". Dengan tema ini, Pemerintah terus memadukan kebijakan sektoral dan kewilayahan, termasuk dengan memperkuat implementasi Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Untuk memastikan rencana kerja itu berjalan dengan tepat, Presiden SBY melakukan Safari Ramadhan ke berbagai Kementerian, dan di akhir Safari Ramadhan, Presiden menggelar keterangan pers plus tanya jawab dengan para jurnalis.
Sebagai "the top policy maker" dalam pembuatan kebijakan di Indonesia, Presiden SBY ingin memastikan proses perumusan kebijakan sejak awal.

Pemetaan masalah yang tepat akan berkorelasi terhadap agenda kebijakan yang jelas. Sejak bulan Mei, tepatnya tanggal 14 Mei 2012 Presiden SBY telah mengeluarkan Perpres No. 54 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013. RKP ini akan menjadi pedoman dalam perumusan politik anggaran dalam bentuk R-APBN 2013. Untuk tahun 2013, tema RKP yang diusung adalah "Memperkuat Perekonomian Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat". Pesannya adalah pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkeadilan harus dinikmati oleh rakyat kebanyakan di seluruh pelosok negeri.

Hari-hari ini dan ke depan, kita masih dihadapkan dengan krisis ekonomi global. Posisi dasar kita adalah tetap mempromosikan pembangunan yang kuat, inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan ke seluruh belahan dunia. Tahun 2013 adalah tahun yang istimewa bagi Indonesia. Di kota Vladivostok-Rusia, Presiden Republik Rusia, Vladimer Vladimirovich Putin akan menyerahkan tongkat estafet Keketuaan APEC 2013 kepada Presiden Republik Indonesia, Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono. Dunia percaya Indonesia untuk berbuat sekarang. INDONESIA BISA!
(Ulaanbaatar, Mongolia, 5 September 2012)

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...