Sep 6, 2012

Memaknai Kunjungan Presiden ke Mongolia dan Rusia



galeri foto

Jurnal Nasional | Kamis, 6 Sep 2012
Oleh: Velix Wanggai


Perjalanan Jakarta menuju Ulaanbaatar, Mongolia memakan waktu sekitar 8,5 jam. Lama perjalanannya mirip penerbangan dari Jakarta ke Merauke, Papua. Rasa ngantuk yang mendalam rasanya harus dilawan dengan melakukan sesuatu yang positif. Akhirnya, penulis teringat artikel spektra untuk Koran Jurnal Nasional. 
 
Kali ini perjalanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke kampungnya tokoh Chinggis Khan di Mongolia dan juga mengunjungi kampungnya tokoh Lenin di Rusia. Dengan jumlah penduduk sekitar 3,1 juta jiwa (Juli 2011) dan potensi sumber daya yang belum tergarap di bidang energi dan pertambangan, Indonesia - Mongolia ingin meningkatkan volume perdagangan dan investasi di antara kedua negara.

Tercatat pada tahun 2010 perdagangan bilateral Indonesia-Mongolia baru berjumlah US$ 7.709.000. Sementara itu, di kota Vladivostok, Rusia, akan digelar APEC Summit. Bahkan di salah satu forum, APEC CEO Summit, dengan tema "Addressing Challenges, Expanding Possibilities", Presiden SBY akan membagi pandangan sebagai pembicara utama.


Kunjungan ke Mongolia dan Rusia sejak 5 - 10 September 2012 ini memiliki makna penting bagi Indonesia. Dunia masih dilanda krisis ekonomi yang diperkirakan akan berlangsung lama, terutama di "Benua Biru" Eropa. Belum lagi diperparah dengan harga minyak dunia yang tidak stabil dan kekeringan berkepanjangan sebagai akibat perubahan iklim. Konteks seperti itu menjadi pertimbangan Indonesia di dalam merancang kebijakan nasional. Untuk itulah, Presiden SBY mengantisipasinya dengan menetapkan agenda kerja yang relevan dengan konteks kekinian dan masa mendatang.

Apa agenda kerja kita di hari-hari ini dan ke depan? Di tahun 2012 ini , Presiden SBY tetapkan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yakni "Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Inklusif Guna Peningkatan Kesejahteraan Rakyat". Dengan tema ini, Pemerintah terus memadukan kebijakan sektoral dan kewilayahan, termasuk dengan memperkuat implementasi Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Untuk memastikan rencana kerja itu berjalan dengan tepat, Presiden SBY melakukan Safari Ramadhan ke berbagai Kementerian, dan di akhir Safari Ramadhan, Presiden menggelar keterangan pers plus tanya jawab dengan para jurnalis.
Sebagai "the top policy maker" dalam pembuatan kebijakan di Indonesia, Presiden SBY ingin memastikan proses perumusan kebijakan sejak awal.

Pemetaan masalah yang tepat akan berkorelasi terhadap agenda kebijakan yang jelas. Sejak bulan Mei, tepatnya tanggal 14 Mei 2012 Presiden SBY telah mengeluarkan Perpres No. 54 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013. RKP ini akan menjadi pedoman dalam perumusan politik anggaran dalam bentuk R-APBN 2013. Untuk tahun 2013, tema RKP yang diusung adalah "Memperkuat Perekonomian Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat". Pesannya adalah pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkeadilan harus dinikmati oleh rakyat kebanyakan di seluruh pelosok negeri.

Hari-hari ini dan ke depan, kita masih dihadapkan dengan krisis ekonomi global. Posisi dasar kita adalah tetap mempromosikan pembangunan yang kuat, inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan ke seluruh belahan dunia. Tahun 2013 adalah tahun yang istimewa bagi Indonesia. Di kota Vladivostok-Rusia, Presiden Republik Rusia, Vladimer Vladimirovich Putin akan menyerahkan tongkat estafet Keketuaan APEC 2013 kepada Presiden Republik Indonesia, Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono. Dunia percaya Indonesia untuk berbuat sekarang. INDONESIA BISA!
(Ulaanbaatar, Mongolia, 5 September 2012)

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...