Jan 24, 2021

Merawat Kebangsaan Kita

Oleh: Velix Wanggai, RMOL, Minggu, 24 Januari 2021, 23:15 WIB


Presiden Joko Widodo bertemu dengan masyarakat Papua di Istana/Net


INDONESIA penuh warna. Kebhinekaan adalah warna Indonesia. Bangsa ini dibangun atas dasar perbedaan suku bangsa. Perjalanan sejarah menceritakan kebhinekaan itu menjadi fondasi untuk bersatu untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Perbedaan adalah rahmat untuk bangsa ini.

Di dalam kitab suci pun menjelaskan tentang kebhinekaan dan makna hubungan antarbangsa. Tuhan menciptakan suku bangsa yang berbeda-beda untuk saling kenal mengenal. Persatuan, kebersamaan, hormat-menghormati, dan saling-mengenal adalah makna penting di balik ayat-ayat yang suci ini.


Negeri yang kita cintai ini,  penuh dengan keberagaman yang tinggi. Keberagaman itu memenuhi ruang kepulauan Nusantara yang luas. Laut biru membentang, jejeran pulau kecil dan besar, gunung, lembah, dan sungai-sungai.  Karakteristik fisik wilayah serta suku, agama, dan budaya penduduk yang beragam melahirkan struktur kepribadian individu dan kelompok suku bangsa Indonesia di tengah identitas yang berbeda.


Sebuah keniscayaan untuk kita menjaga dan merawat ikatan kebangsaan walaupun keberbedaan wujud fisik dari setiap suku bangsa. Itulah warna yang indah.

Satu yang menyatukan kita adalah perasaan senasib membangun sebuah ikatan kebangsaan. Perasaan itu menjadi kehendak bersama (common will), meskipun masing-masing individu tetap merepresentasi watak lingkungan entitas budayanya sendiri. Perasaan primordialisme kesukuan dan ikatan sosial senantiasa tidak terlepas begitu saja tetapi berkembang bersama-sama dinamika komunal keindonesiaan.

Di sinilah makna atas hadirnya pilar kebangsaan kita, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Selain sebagai pilar, keempat hal ini merupakan payung besar common will ketika kita merumuskan kebijakan pembangunan dan pengelolaan pemerintahan. Itu sebabnya, memahami Indonesia seharusnya berangkat dari keikhlasan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan kelompok.

Semangat "kebersamaan" inilah yang menjadi kata kunci kesuksesan membangun bangsa besar ini. Amanah Konstitusi UUD 1945, menyatakan bahwa negara tidak membeda-bedakan warganegaranya, tetapi setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Karena itu, negara harus memastikan agar tidak ada kelompok-kelompok masyarakat yang tertinggal dalam proses pembangunan.

Persatuan dan kebersamaan adalah harga yang teramat mahal. Kita bisa berbeda pandangan dalam demokrasi, namun tidak berarti kita harus terpecah belah. Apa pun warna politik yang kita anut, kita harus menjaga kekompakan, mencari solusi bersama, dan bersedia untuk berkorban untuk kepentingan bangsa yang lebih besar.

Marilah kita menjaga jati diri, Ke-Indonesia-an. Sebagai bangsa Indonesia, kita memiliki budaya, identitas, dan kepribadian yang membuat bangsa Indonesia khas, unggul, dan tidak mudah koyak. Karakter Keindonesiaan ini tercermin dalam sikap pluralisme atau kebhinekaan, kekeluargaan, kesantunan, toleransi, sikap moderat, keterbukaan, dan rasa kemanusiaan.

Menjadi kewajiban bagi setiap anak bangsa untuk mengajak semua komponen bangsa untuk melangkah bersama dan mengatasi tantangan dan persoalan bangsa secara bersama-sama. Kita harus membangun harapan, menyebarkan nilai-nilai yang bermakna bagi kebersamaan, dan semangat kebangsaan.
 
Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia mencita-citakan tatanan demokrasi yang bermartabat. Wujud penghargaan terhadap kesetaraan hak-hak kewargaan (civil right), mempraktikkan kehidupan yang non-diskriminatif, kesetiakawanan sosial, dan perlindungan bagi yang lemah. Sikap ini akan mempererat dan memperteguh daya kohesivitas masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang maupun tercerai-berai secara geografis.

Memahami Indonesia adalah memahami nilai pluralisme dan inklusif.  Saat ini kita berada pada proses pembangunan yang terus bergerak maju. Kebersamaan di antara komponen bangsa menjadi fondasi bagi transformasi Indonesia. Perbedaan adalah rahmat bagi bangsa ini, sekaligus sebagai kekuatan dan potensi untuk berkembang dan maju.

Seorang tokoh nasional Indonesia, pernah mengucapkan, “the health of a democracy is very much linked to the concepts of tolerance, pluralism, and civic culture”. Demokrasi dan pembangunan adalah dua hal yang berbeda, namun kedua konsep ini saling terkait.

 Marilah kita sebarkan rasa kasih di tengah Indonesia yang plural. Tugas kita untuk merawat identitas yang berbeda,  menyebarkan budaya toleransi, dan memupuk kesetiakawanan sesama anak bangsa. Dengan cara itu, kita sebarkan energi positif guna meneguhkan Indonesia yang pluralistik, sebuah bangsa yang memiliki peradaban unggul dan maju menuju Visi Indonesia 2045. Merawat tenun kebangsaan adalah kewajiban kita, setiap anak bangsa. 


Penulis adalah intelektual asal Papua

EDITOR: YELAS KAPARINO


No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...