Sep 7, 2009

Akar Masalah Yahukimo


Velix Vernando Wanggai:

Akar Masalah Yahukimo

Infrastruktur publik yang minim. Pendidikan terbatas. Jangkauan birokrasi terbatas.

Senin, 7 September 2009, 15:17 WIB

Siswanto


VIVAnews – Yahukimo, salah satu kabupaten di Provinsi Papua, terletak di daerah pegunungan. Lokasinya terpencil. Akses antar daerah sangat terbatas. Daerah ini tergolong terisolasi dari dunia luar.

Infrastruktur publik yang minim. Pendidikan terbatas. Jangkauan birokrasi terbatas. Kemudian, pembangunan di atas ke gunung sangat lemah.

Staf Perencana pada Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Velix Vernando Wanggai, mengatakan fakta yang terjadi di daerah itu menjadi pemicu rendahnya perputaran ekonomi.

Dampak yang sangat serius lagi ialah kelaparan yang kemudian melanda penduduk Yahukimo. Situasi sulit yang hampir terjadi saban tahun sejak 1990-an. Kelaparan yang telah memakan puluhan korban jiwa.

Medan yang sulit terjangkau pelayanan kesehatan juga ikut mengundang datangnya serangan penyakit, terutama TBC.

Menurut Velix keadaan yang sulit itu sebenarnya sudah ditangkap oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Intervensi pemerintah pusat kemudian dilakukan melalui program pemekaran wilayah. Hal ini, kata Velix, bertujuan untuk mengtasi rentang birokrasi yang selama ini tidak terjangkau di daerah gunung.

“Intervensi dengan membuat pemekaran diharapkan agar pelayaan publik makin terjangkau di sana,” kata Velix yang lahhir di Jayapura, Papua, ketika berkunjung ke redaksi VIVAnews, Senin 7 September 2009.

Pemerintahan baru juga telah dibentuk untuk melakukan pengembangan ekonomi dan pendidikan di sana. Tapi, ternyata hasilnya belum sukses. Belum optimalnya pencapaian kebijakan pemerintah itu karena implementasinya dinilai masih lemah.

“Secara kelembagaan sudah dibentuk, tapi konsep pengembangan sosial ekonomi pertanian lemah. Kegagalan panen. Pola pertanian masih terbatas,” kata penulis buku New Deal for Papua, Menata Kembali Papua dengan Hati.

Kendati demikian, program pengembangan terus berlanjut dengan tetap melakukan berbagai pembenahan. Nah, belajar dari pengalaman-pengalaman itu, Velix mengharapkan agenda ke depan pengembangan di segala lini di Yahukimo dilakukan dengan terpadu.

“Jadi bagaimana penanganan ekonomi mikro. Bagaimana infrastruktur, bagaimana kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik lainnya,” kata dia.

Intinya ialah bagaimana keterisolasian kawasan Yahukimo dari dunia luar terpecahkan. Dengan begitu penduduk sadar tentang pendidikan, kesehatan, dan pemenuhan sandang dan pangan.

Selama akar persoalan itu tidak terselesaikan, kata Velix, masalah di daerah pegunungan tetap muncul. Kelaparan akan terus melanda. Dan yang paling berbahaya tuntutan untuk berpisah dari NKRI akan terus terjadi.

Hasilnya akan maksimal jika swasta juga ikut andil dalam menindaklanjuti program pemerintah untuk membangun Yahukimo.

• VIVAnews


No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...