Jun 30, 2011

Persipura dan Kebanggaan Nasional

Velix Wanggai

Jurnal Nasional-- Kamis 30 Jun 2011

Kemaren sore, sambil menyelesaikan artikel ini, penulis menonton pertandingan Perang Bintang 2011 antara Persipura vs Indonesia Super League All Star. Stadion Mandala Jayapura yang terletak di tepian pantai Dok II padat dipenuhi ribuan fans Persipura yang mengenakan baju kebanggaan merah bergaris hitam.

Laga seru menghadirkan pemain-pemain sepak bola terbaik Tanah Air. Di ISL All Stars, bertaburan bintang antara lain Gonzales, Ronald Vagundes, Bambang Pamungkas, Yongki Ariwibowo, dan Aldo Bareto. Mereka adalah pemain-pemain terbaik yang dipilih berdasarkan pilihan para pencinta bola Tanah Air. Sementara itu, Boaz Sallosa dan kawan-kawan adalah jawara Liga Super 2010/2011. Setelah bermain 90 menit, akhirnya, skor akhir 2 -1 untuk kemenangan Persipura.

Persipura, yang dijuluki Tim Mutiara Hitam, sangat melekat di hati masyarakat Papua. Tim kebanggaan masyarakat Papua ini adalah salah satu bagian penting dalam mozaik sejarah sepak bola di Republik ini. Sejak berdiri pada tahun 1950, Persipura menjuarai Divisi Satu tahun 1978/1979, dan promosi ke Perserikatan.

Setahun bergabung di putaran Perserikatan, Persipura meraih gelar runner up pada tahun 1980, Juara pada Liga Indonesia tahun 2005, Juara Liga Super Indonesia tahun 2008/2009, dan runner up tahun 2009/2010. Sementara pada Piala Indonesia, dalam tiga tahun berturut-turut, yaitu tahun 2006, 2007, dan 2008, Tim Mutiara Hitam ini menduduki peringkat kedua.

Dari masa ke masa, anak-anak muda yang berasal dari beragam sub-etnis di Papua tampil menawan di lapangan rumput. Mereka juga hadir sebagai pemain-pemain andalan di tim Nasional Indonesia. Tahun 1980-an ada nama-nama seperti Yohanis Auri, Timo Kapissa, dan Ruli Nere. Di tahun 1990-an muncul Ritham Madubun, Ferdinan Fario. Kini di era tahun 2000-an hadir pemain-pemain terbaik Papua yang tampil di Tim Nasional pada era 2000-an, seperti Boaz dan Ortizan Sallosa, Ian Louis Kabes, Immanuel Wanggai, Lukas Mandowen, dan Tinus Bonai.

Di tingkat internasional, Persipura adalah tim asal Indonesia yang pertama kali masuk delapan besar Piala Asia. Pada perdelapan final, 13 September 2011, kesebelasan Arbil FC dari Irak akan menantang Tim Mutiara Hitam.

Selain itu, International Federation of Football History and Statistics (IFFHS) mengakui Persipura sebagai salah satu tim Dunia, dan berada pada peringkat 207. Boaz Sallosa yang mendapat gelar pemain terbaik, sekaligus pencetak gol terbanyak pada Liga Super Indonesia tahun 2010/2011 ini, juga masuk peringkat 39 dalam chart The World's Top Goal Scorer 2011 IFFHS.

Sementara peringkat lima terbaik adalah Barcelona, Real Madrid, FC Porto, Manchester United, dan Manchester City. Prestasi yang diraih tim kebanggaan masyarakat Papua ini sangat membanggakan di tengah-tengah karut-marut Kongres PSSI yang tak menentu.

Sepak bola adalah olahraga yang digemari jutaan rakyat Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) begitu menaruh perhatian yang tinggi untuk mengangkat prestasi sepak bola nasional. Dalam sebuah pertemuan di Istana Tampak Siring, Presiden mengatakan kita perlu membangun karakter bangsa melalui "educating mind and heart through sport and art".

Kata Presiden, di era reformasi ini, kehidupan politik begitu berkembang. Saat bicara politik, kita bicara kalah dan menang. Sementara itu, kehidupan bisnis juga berkembang baik, dan kita bicara untung dan rugi. Oleh karena itu, saatnya kita mendorong proses perkembangan seni dan olahraga guna menumbuhkan sifat sportif, kerja keras, jujur, dan jiwa besar. Sifat-sifat ini merupakan fondasi bagi tumbuhnya karakter bangsa. Dalam konteks inilah, salah satu alasan mengapa Presiden mendorong Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) di Malang, Maret 2010. Selain itu, tentu saja, ada keinginan yang kuat dari Presiden untuk meningkatkan prestasi sepak bola di tingkas Asia dan Dunia.

Di berbagai belahan dunia, sepak bola memiliki makna yang relatif sama. Sepak bola adalah sarana perjuangan bangsa di mata dunia, dan sarana pemersatu bangsa secara nasional. Piala AFC yang baru saja digelar di Jakarta memperlihatkan semangat ke-Indonesia-an yang begitu tinggi. Ada kerinduan untuk meraih juara, namun di sisi lain, melalui sepak bola, ikatan-ikatan primordial, apakah kepada klub, etnis, daerah, dan agama melebur menjadi satu kekuatan nasional, Republik Indonesia.

Sepak bola mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan konteks perjuangan bangsa yang menumbuhkan nasionĂ‚­alisme dan sikap bela Tanah Air. Sepak bola juga menjadi bagian dari pencarian dan pengokohan identitas kebangsaan. Indonesia dengan 230 juta penduduk tentunya memiliki potensi besar untuk mengolah dan menjadikan sepak bola sebagai bagian dari unsur pengikat idenĂ‚­titas kebangsaan yang lebih kokoh.

Dalam ranah yang lebih lokalitas, sepak bola dapat dikemas sebagai ikon kebanggaan daerah. Penulis pernah mendengar bagaimana upaya yang tak kenal dari Bupati Lamongan untuk membangun klub kesayangan mereka, Persela Lamongan, menjadi salah satu klub dari Jawa Timur yang tampil di level nasional. Demikian pula, bagaimana upaya serius yang dibuat oleh Gubernur Irian Jaya, Acub Zaenal, pada pertengahan tahun 1970-an untuk mengangkat identitas dan kebanggaan putra-putri Irian di pentas nasional.

Lapangan Mandala dibuat oleh Acub Zaenal, dan Tim Mutiara Hitam dibina hingga menjuarai Divisi I Perserikatan pada 1978/1979, dan kemudian tampil pertama kalinya sebagai Juara Kedua Liga Perserikatan pada putaran 1980. Saat itu, Acub Zaenal hadir untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Irian Jaya. Dewasa ini, Persipura dapat dimaknai pula sebagai perekat integrasi bangsa dalam bingkai NKRI, termasuk di dalam menguatkan solidaritas berbagai etnis yang ada Papua.

Ke depan, demi kejayaan sepak bola di Tanah Air, Presiden SBY menegaskan kita ingin sepak bola Indonesia semakin berprestasi dan bangkit kembali di Asia dan dunia. Untuk lima tahun ke depan, target prestasi sepak bola kita, kata Presiden, adalah Indonesia menjadi macan Asia Tenggara dan sepuluh tahun mendatang akan menjadi macan dunia. Oleh karena itu, ketika KSN di Malang, akhir Maret 2010, Presiden berpesan agar kita semua harus bersatu dan jangan bertengkar untuk memajukan sepak bola Indonesia.

Sekali lagi, selamat bagi Persipura, Juara Liga Super Indonesia 2010/2011. Sukses terus untuk mengangkat bangsa Indonesia di pentas dunia, sebagaimana harapan Presiden SBY

1 comment:

Human Rights - News said...

Pace ko bilang ras melebur baru kenapa anak2 Papua di Timnas di coret semua... Ko tipu sekali mentang2 staf ahli jadi.. ko jang paksa orang PAPUA... ko maitua saja amber baru... coba pace velix ko sadar diri k? dulu ko aus ketum MI jadi enak e... sampe ko bilang anak2 papua di australia itu separatis semua.. ko ini lahir dari mana k? mungkin ko mama salah lahir ko k apa?

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...