Sep 7, 2010

SISI LAIN ISTANA: Bertens, Edo, Velix, dan Papua

Selasa, 7 September 2010 | 03:22 WIB

Minggu (5/9) pagi, sambil menyeberangi Jalan Melawai Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang penuh kendaraan, Kees Bertens MSC, pakar filsafat etika atau etikawan, ditanya wartawan. ”Apakah selama 49 tahun di Indonesia pernah masuk istana kepresidenan?” Pria berusia 79 tahun yang baru saja merayakan ulang tahun ke-50 menjadi seorang pastor itu mengatakan, ”Belum.”

Saat ditanya tentang kesannya terhadap para Presiden Indonesia, Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono, Direktur Pusat Pengembangan Etika Universitas Katolik Atma Jaya itu mengatakan, ”Saya tidak begitu banyak punya perhatian terhadap mereka.”

Pria kelahiran Tilburg, Belanda, yang banyak menulis buku filsafat dan etika ini mengatakan, ”Saya masih terkesan dengan sebuah tulisan tentang hubungan para Presiden Indonesia dengan Papua di sebuah harian.” Ia mengaku mengkliping tulisan yang muncul pada bulan Desember 2005 itu.

Tulisan yang dikliping oleh Bertens antara lain bercerita tentang seorang anggota pasukan pengawal presiden masa Orde Baru yang mengacungkan pistol ke arah pegawai hotel di Timika, Papua. Sang pengawal ini marah karena pegawai hotel ini lamban mengantarkan pesanan makanan.

Di Wapres

Malam harinya, tak jauh dari tempat Bertens diwawancara, yakni Warung Aspirasi (Wapres) di Bulungan, Edo Kondologit, penyanyi asal Papua, melantunkan lagu ”Aku Papua” yang diciptakan Franky Sahilatua, biduan senior. Edo mengatakan, lagu ciptaan Franky itu membuat dirinya bangga menjadi orang Indonesia asal Papua.

Seusai ”Aku Papua” dilantunkan, pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Efendi Gazali, yang jadi pemandu acara berseloroh, ”Andaikan pada peringatan 17 Agustus ke-65 yang lalu lagu ini juga dikumandangkan di Istana Merdeka, betapa senangnya masyarakat Papua.”

Istana kepresidenan kini punya Velix Vernando Waggai, Staf Khusus Presiden bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, yang dilahirkan di Jayapura, 16 Februari 1962.

Senin (6/9) malam, Velix di Nabire, Papua, mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono punya perhatian tinggi atas Papua. Banyak alasan yang dikemukakan, antara lain terbentuknya lembaga Majelis Rakyat Papua, otonomi khusus, dan anggaran bagi Papua Barat dan Papua sebesar Rp 30 triliun. Banyak lagi alasan yang disampaikan Velix. Banyak. (J Osdar)

http://cetak.kompas.com/read/2010/09/07/03225242/bertens.edo.velix..dan...papua

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...