Jan 13, 2011

Mari Bekerja Keras, Jangan Ada yang Gagal

Oleh: Velix Wanggai

(Kolom Spektra, Jurnal Nasional, 13 Januari 2011)

Senin, 10 Januari, semua pemegang keputusan di negeri ini, baik yang berasal dari pusat dan daerah bertemu dalam Rapat Kerja I. Rapat Kerja pada awal tahun ini merupakan tradisi baru yang dikembangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kali ini, tema utama Rapat Kerja adalah ‘Memadukan Pelaksanaaan Pembangunan 2011'.

Menengok ke belakang, pada 2-3 Februari 2010 lalu, Presiden SBY menggelar Rapat Kerja dalam bentuk retreat antara Presiden dengan para Menteri dan Gubernur. Kita menyebutnya retreat Istana Cipanas yang menghasilkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010.

Dua bulan kemudian, Presiden SBY kembali mengundang para Menteri, para Gubernur, dan dunia usaha dalam bentuk retreat di Istana Tampak Siring, pada 19-21 April 2010. Sejalan dengan komitmen Presiden untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif, retreat Tampak Siring menghasilkan Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Dari waktu ke waktu Presiden selalu memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan dari kedua Inpres tersebut. Lembaga UKP4 menjadi ujung tombak dalam mengendalikan berbagai program dan rencana aksi tersebut.

Pada kesempatan ini, Presiden SBY memberi judul pidatonya adalah ‘Menyukseskan RKP 2011: Mari Bekerja Keras, Jangan Ada yang Gagal'. Ada keinginan kuat dari Presiden untuk menyatukan simpul-simpul penting di kalangan pemerintah, baik di tingkat pusat dan tingkat daerah. Harus ada semangat optimisme dalam membangun negeri ini. Mengapa kita harus optimistis? Saat ini ada momentum untuk kita bangkit dan tumbuh sebagai negara yang maju. Kita memiliki potensi domestik dan kita memiliki pengalaman keluar dari krisis ekonomi dunia beberapa saat lalu.

Kita harus yakin bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar. Bangsa yang tengah mengukir sejarah baru untuk terus berkembang dan maju. Menjadi bangsa yang besar dan maju adalah cita-cita bangsa Indonesia bersama. Cita-cita untuk menjadikan negeri dan bangsa yang sejahtera, mandiri, demokratis, dan adil. Cita-cita yang luhur dan mulia dari segenap rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke; dari Miangas sampai Pulau Rote.

Segenap bangsa Indonesia menginginkan masa depan Indonesia yang lebih baik. Sejarah telah mengajarkan bahwa bangsa Indonesia telah berhasil melewati sejumlah cobaan, tantangan, dan hambatan. Bangsa Indonesia tetap tegak berdiri, melangkah dengan pasti, dan berhasil melewati proses sejarah yang panjang dengan selamat. Optimisme harus selalu melekat dalam setiap langkah kita.

Menyimak kembali ke tahun 2010, tema utama yang diangkat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah ‘Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat'. Syukur, selama tahun 2010 kita telah mencapai kemajuan yang berarti. Ekonomi kita terus tumbuh dan berkembang dengan fundamental yang baik. Angka kemiskinan dan pengangguran terus turun.

Beberapa indikator ekonomi penting mencatat rekor baru dalam sejarah, seperti meningkatnya income perkapita, cadangan devisa, pertumbuhan IHSG tertinggi di dunia, serta PDB Indonesia peringkat 16 ekonomi di dunia. Kemajuan ekonomi ini tentu berdampak bagi kemajuan kesejahteraan rakyat. Dan, yang terpenting pula, kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat ini berjalan baik di tengah-tengah demokrasi yang tumbuh dan terkonsolidasi secara positif.

Memang kita tidak bisa pungkiri, pasti ada saja sederet persoalan yang harus kita benahi dan selesaikan tahun 2011 ini. Mengubah Indonesia yang lebih baik tidak ada sebuah resep ajaib dan datang seketika tanpa ikhtiar. Karena itu, di tahun 2011 ini, tema besar kita dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah ‘ Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan di Dukung Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat-Daerah'. Pertumbuhan dan pemerataan berjalan paralel.

Hal ini sejalan dengan prinsip dasar yang selama ini Presiden selalu tekankan, yaitu pertumbuhan yang inklusif ke seluruh pelosok tanah air. Selain itu, pola yang terpadu dalam pembangunan perlu menjadi perhatian kita. Kita perlu memadukan pendekatan sumber daya alam, pengetahuan dan budaya, serta menerapkan pendekatan kewilayahan yang terfokus. Sinergi antara pusat dan daerah juga menjadi faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan ini.

Akhirnya, meminjam pernyataan Wakil Presiden Boediono, saat ini kita perlu untuk mengoptimalkan ‘energi sosial' kita. Berbagai potensi yang dimiliki oleh berbagai pemangku kepentingan, baik di pusat dan di daerah harus disinergikan untuk tujuan kolektif kita menuju Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Adil.

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...