Nov 23, 2010

Presiden SBY Menyapa Papua


Kunjungan Presiden SBY dan Ibu Negara ke Jayapura, Papua memiliki makna yang mendalam. Sejak tiba di airport Sentani, Jayapura, ribuan orang menunggu di sepanjang jalan dan melambaikan tangan kepada Presiden dan Ibu Negara. Papua pernuh warna. Multikultur begitu tampak dari deretan ribuan orang. Semua orang berbaur menjadi satu. Selama 45 menit perjalanan dari airport Sentani ke tempat penginapan di kota Jayapura, kaca mobil kepresidenan selalu dibuka oleh Presiden SBY dan Ibu Negara. Lambaian tangan dan senyum hangat terpancar dari pemimpin nasional kita beserta Ibu Negara. Tiada batas antara pemimpin dan rakyat. Menyatu penuh harapan.

Dua hari, 21 - 22 November, Presiden SBY berada di Jayapura, Papua. Selama disana, ada tiga acara penting yang dihadiri oleh Presiden. Hari pertama, membuka kegiatan pembekalan pemerintah pusat dalam rangka peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan asetserta pengadaan barang dan jasa di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Sedangkan padahari kedua, Presiden memberikan kuliah umum pada pembukaan Seminar dan Temu Nasional BEM Nusantara ke-III, dan peresmian lima (5) perguruan tinggi negeri di wilayah perbatasan. Rangkaian acara yang begitu padat mengandung makna yang mendalam baik bagi Pemerintah maupun bagi masyarakat Papua.

Ketika berhadapan dengan para pejabat pemerintah daerah maupun para mahasiswa di kampus Universitas Cenderawasih, Presiden kembali mengingatkan agar membangun Papua harus dengan hati. Persoalan yang begitu kompleks perlu dikelola dengan kesungguhan. Membangun Papua tidak boleh setengah-setengah. Kerja keras dituntut. Membangun dengan hati menuntut ketulusan, ketekunan, dan kesabaran. Ada nilai pelayanan yang penuh kasih untuk menyelesaikan akar persoalan. Dalam konteks ini, Presiden SBY menjelaskan komitmen Pemerintah dalam membangun Papua.

Sejak tahun 2004 sejumlah perubahan pendekatan dan kebijakan telah diupayakan dengan konsisten. Pada 100 hari pertama pemerintahan SBY Jilid-1, rakyat Papua mendapat hadiah berupa Peraturan Pemerintah No. 54/2004 tentang Majelis Rakyat Papua (MRP). Setelah tiga tahun lama, tahun 2001 - 2004, tuntutan pembentukan MRP terbengkalai.

Demikian pula, sejak tahun 2005, Presiden SBY mengubah pendekatan dalam menangani Papua. Jika sebelumnya pendekatan keamanan (security approach), maka kini pendekatan kesejahteraan, prosperity, yang berbasis sosial budaya. Salah satu wujud nyatanya adalah politik anggaran yang semakin memihak ke Papua dan Papua Barat dalam enam tahun terakhir ini.

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...