Sep 23, 2011

Sepucuk Jambi Sembilan Lurah

Velix Wanggai, Jurnal Nasional Kamis 22 September 2011

Sejak 21 sampai 23 September 2011, Presiden SBY kembali menyapa saudara-saudara kita di Jambi. Jambi dikenal juga sebagai “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah". Nama ini memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Jambi. Ini bermakna satu kesatuan kebangsaan, satu kesatuan rakyat dan wilayah Jambi dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Juga melambangkan kebesaran dari Sepucuk Jambi Sembilan Lurah dari sialang lantak besi sampai durian batakuk Rajo dan Tanjung Jabung.

Dari barbagai sumber yang ada, “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" diambil dari naskah Undang-undang Piagam Pencacahan Kisah Negeri Jambi yang ditulis Ngebi Sutho Dilago Priyayi Rajo Sari 13589H/1937 M. Pada kitab itu tertulis "Yang bernama Pucuk Jambi itu adalah uluan Jambi, pertama Pulau Umak, disanalah durian di Takuk Rajo sébelah ulu sialang belantak besi antara dengan tanah Minangkabau, maka itulah yang bernama pucuk Jambi." Sedangkan makna dari Sembilan Lurah itu merupakanan anak Batanghari Jambi. Anak Sungai Batanghari yang besar sembilan sungai, yakni Tembesi, Merangin, Batang Asai, Sungai Tabir, Tebo, Bungo, Pelepat, Masumai, dan Jujuhan. Hal ini inilah yang dinamakan Sembilan Lurah. Masyarakat Jambi adalah masyarakat yang taat pada ajaran agama. Itulah salah satu makna dari gambar masjid di logo Jambi.

Kedatangan ke kota Jambi ini mengingatkan kembali beberapa tahun silam ketika Presiden SBY masih menjabat sebagai Pangdam Sriwijaya. Saat itu tentu saja Presiden berulang kali mengunjungi kota Jambi dan kabupaten/kota di wilayah Jambi. Demikian pula, pada kurun waktu 2004-2009, Presiden SBY pernah mengunjungi Jambi. Kunjungan kali ini memiliki makna yang berarti bagi Presiden maupun bagi masyarakat di 11 kabupaten/kota di wilayah Jambi. Presiden ingin melihat perkembangan kemajuan pembangunan wilayah dan masyarakat Jambi. Karena itu, satu jam setelah Presiden SBY tiba, tepatnya jam 14.00 Presiden menggelar rapat khusus untuk mendengar presentasi Gubernur Jambi menyangkut strategi masa depan pembangunan Jambi. Tema besar yang diangkat oleh Gubernur Jambi Hasan Basri Agus adalah Jambi Emas 2015.

Jambi merupakan salah satu bagian penting dari kebijakan Masterplan Perluasan dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Jambi adalah salah satu wilayah dari koridor ekonomi Sumatera yang diarahkan sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional. Sumatera diharapkan menjadi gerbang ekonomi nasional ke pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, serta Australia. Sejalan dengan kebijakan koridor ekonomi Sumatera ini, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus mengusulkan kepada Presiden untuk membentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Ujung Jabung sebagai penjabaran dari kerangka MP3EI.

Salah satu komoditas yang dekat dengan kehidupan masyarakat Jambi adalah karet. Pada kunjungan ke Jambi ini, Presiden akan memanen perdana karet rakyat. Perkebunan dan industri karet menjadi salah satu sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja. Di Indonesia, ternyata Jambi beserta Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, dan Sumatera Barat menjadi provinsi-provinsi yang menyumbang besar dalam struktur produksi karet di Indonesia. Indonesia merupakan penghasil karet alam di dunia, yakni sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2010.

Saat ini Jambi sedang tumbuh dan bergerak. Terletak di pesisir timur bagian tengah Pulau Sumatera, dengan jumlah penduduk sekitar 3.088.618 jiwa, Jambi merupakan provinsi yang berkembang baik dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Pertumbuhan ekonomi Jambi membaik dari tahun ke tahun dalam enam tahun terakhir ini.

Di tahun 2004, pertumbuhan ekonomi sekitar 5,38 persen dan meningkat menjadi 6,39 persen pada tahun 2009 dan 7,31 persen pada tahun 2010. Angka pengangguran dan kemiskinan juga menurun. Angka pengangguran turun dari 10,74 persen pada tahun 2005 menjadi 5,39 persen pada tahun 2010. Angka kemiskinan di Jambi juga membaik, dari 11,88 persen di tahun 2005 ke 8,40 persen di tahun 2010. Pendapatan perkapita Jambi juga meningkat lebih dari 100 persen dari sekitar Rp 7.057.671 pada tahun 2004 menjadi Rp 17.403.648 pada tahun 2010. Perkembangan ekonomi Jambi ini mencerminkan Jambi adalah provinsi yang potensial untuk berkembang dan bangkit lebih cepat.

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...