Jul 12, 2012

Deklarasi Jakarta: Tanggung Jawab Kolektif Indonesia dan Jerman

  
Jurnal Nasional | Kamis, 12 Jul 2012 Iman Syukri
Oleh: Velix Wanggai
 


Dalam dua hari terakhir ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sibuk dengan kegiatan yang bernuansa internasional. Hari Senin, 8 Juli lalu, Presiden SBY menyampaikan pidato di ASEAN-Latin Business dan menyambut Presiden Republik Chek, Vaclav Klaus. Chek adalah negara sentral di Eropa Timur. Dan, hari Selasa, 9 Juli 2012, Presiden menerima Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Madeleine Odette Lagarde. Sorenya, Presiden menyambut Kanselir Jerman, Angela Merkel di Istana Merdeka. Rangkaian kegiatan ini memiliki makna yang mendalam bagi peran Indonesia di mata dunia. Dalam relasinya dengan IMF, Presiden SBY menegaskan bahwa saat ini kita gagah terhadap IMF. Dengan kita sebagai anggota G-20, tentu saja posisi Indonesia berbeda jauh ketika Direktur Pelaksana IMF Michel Camdessus datang ke Indonesia pada tahun 1997.

Selain relasi Indonesia-IMF ini, satu hal menarik yang terjadi adalah adanya peneguhan hubungan Indonesia dan Jerman yang telah memasuki 60 tahun ini. Jerman, sahabat lama yang kini menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dan membagi peran bersama dengan Indonesia untuk mengatasi krisis ekonomi dunia dan membuat tatanan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berimbang. Kita patut bersyukur, karena di tengah-tengah kesibukan mengelola krisis ekonomi Eropa, Kanselir Jerman Angela Merkel menepati janjinya untuk berkunjung ke Jakarta. Sebelumnya, Angela Merkel pernah mengunjungi Jakarta pada tahun 1995 ketika Merkel masih menjadi Menteri Lingkungan Hidup. Banyak kemajuan yang tampak, kata Kanselir Merkel ketika memberikan sambutan pada acara Dinner di Istana Merdeka.

Negeri Jerman telah menjadi bagian kenangan masa kecil penulis. Ketika di bangku sekolah dasar, penulis selalu membaca sebuah majalah Jerman edisi bahasa Indonesia, yang bernama ‘Scala‘. Majalah yang berasal dari sahabat ayahanda di Kedutaan Besar Jerman di Jakarta. Dari majalah itulah, penulis jatuh cinta dengan kesebelasan Jerman, mengenal keindahakan alam di perdesaan dan kota-kota di Jerman, serta mengetahui pemerintahan dan pembangunan Jerman. Kisah di masa kecil membekas di benak penulis. Karena itu, setiap kejuaraan sepakbola, apakah di level dunia atau Eropa, maka kesebelasan Jerman adalah tim favorit penulis. Dari Jerman, lahir pula pemikir dan filosofi terkenal yang menyebarkan pesan-pesan penting bagi masyarakat dunia. Jerman adalah bagian penting dari sejarah gelombang reformasi dan demokrasi dunia. Kota Berlin adalah saksi sejarah atas usainya perang dingin.

Dengan prinsip All direction foreign policy, Presiden SBY membangun kemitraan strategis dengan Amerika Serikat, Australia, Jepang, Inggris, China, dan sejumlah negara lainnya. Kedatangan Kanselir Markel semakin menegaskan hubungan erat yang telah terjalin selama ini antara Indonesia dan Jerman. Pertemuan bilateral antara kedua pemimpin negara ini akhirnya menyepakati sebuah kesepakatan baru, yakni Jakarta Declaration for a Comprehensive Partnership: Shaping Globalisation and Sharing Responsibility. Kesepakatan ini disebut oleh Presiden SBY sebagai Deklarasi Jakarta.

Deklarasi Jakarta ini memuat komitmen kerja sama di bidang ekonomi, khususnya investasi dan perdagangan; kerja sama kesehatan dan kedokteran; kerja sama pendidikan, kerja sama riset dan teknologi; dan kerja sama industri pertahanan. Tiga lainnya adalah kerja sama food security, kerja sama energi terbarukan, dan kerja sama di bidang transportasi. Presiden SBY menyebutnya sebagai kerja sama ‘5 + 3‘ di dalam Deklarasi Jakarta ini. Indonesia dan Jerman berbagi untuk perbaikan tatanan dunia.

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...