Aug 18, 2011

Membangun Optimistisme Kolektif

Jurnal Nasional, Kamis 18 Agustus 2011

Velix Wanggai

Hari Rabu, 17 Agustus 2011 adalah hari yang istimewa penuh makna. Bertepatan dengan tanggal 17 Ramadan 1432 Hijriyah, kita semua dari ujung pelosok Papua hingga ke Aceh merayakan hari yang sangat bersejarah. Segenap rakyat Indonesia merayakan 66 tahun Proklamasi kemerdekaan negara kita. Pada tanggal yang penting itu pula, kaum muslimin dan muslimat akan memperingati Nuzulul Qur‘an, hari diturunkannya kitab suci Al Qur‘an kepada Nabi Muhammad SAW. Sungguh kita syukuri karena kita akan memperingati dua peristiwa bersejarah itu secara bersamaan. Selain itu, peringatan perayaan 17 Agustus 2011 kali sungguh istimewa. Sejarah mencatat, proklamasi kemerdekaan bangsa kita di hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945, yang bertepatan dengan tanggal 9 Ramadan 1364 Hijriyah. Tanggal 17 Agustus 1945 dan 2011 berada di bulan Ramadan.

Sehari sebelumnya, ditengah-tengah mengamalkan ibadah puasa di bulan Ramadhan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan dua pidato, baik pidato Kenegaraan dalam Rangka HUT ke-66 Proklamasi Kemerdekaan RI dan pidato penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN Tahun 2012 beserta Nota Keuangannya. Kedua pidato itu disampaikan di hadapan DPR RI dan DPD RI.

Pidato ini merupakan bahasa Presiden sebagai Kepala Negara dan sebagai Kepala Pemerintahan. Presiden mengajak kita semua untuk memaknai kembali kemerdekaan dalam esensinya yang paling dalam. Kemerdekaan tidak hanya membebaskan kita dari ketertindasan namun juga harus mendorong kita untuk bekerja lebih keras. Kemerdekaan tidak hanya meneguhkan kemandirian namun juga sebuah ajakan, untuk bersama bangsa-bangsa lain mendorong kerja sama dan kemitraan untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Presiden mengurai berbagai langkah yang telah ditempuh pada era reformasi gelombang kedua. Presiden telah menegaskan bahwa dalam sepuluh tahun era reformasi, kita berhasil melewati arus sejarah yang tidak mudah. Kita mampu menjawab tantangan jaman dan tuntutan rakyat untuk melakukan perubahan-perubahan yang fundamental. Saat ini, kita telah tampil sebagai salah satu negara demokrasi yang paling stabil dan mapan di Asia. Negara kita juga tercatat sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Di Asia Tenggara, saat ini negara kita tercatat sebagai negara dengan skala ekonomi terbesar. Kini, banyak pihak menyebut Indonesia sebagai emerging economy; bukan ekonomi dunia ketiga yang selama lebih dari 60 tahun selalu diasosiasikan dengan negara kita.

Presiden ingin mengajak kita semua untuk selalu berjuang penuh harapan. Semua prestasi yang kita capai dalam tahun-tahun terakhir ini menegaskan satu kepercayaan, bahwa jalan menuju masa depan yang lebih baik itu berada di depan kita, untuk kita jalani bersama. Dengan kepercayaan diri yang penuh namun tetap rendah hati, Presiden tegaskan bahwa kita bukan negara yang berada di bibir jurang kegagalan dan kebangkrutan. Persepsi diri tentang negara gagal sesungguhnya telah sirna, setelah kita berhasil sepenuhnya keluar dari krisis multi-dimensional yang berlangsung selama 1998-1999.

Dalam konteks pembangunan di tahun 2012, Presiden menegaskan komitmennya untuk terus bekerja keras guna mewujudkan Indonesia yang makin sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Kali ini, tema yang dicanangkan di dalam Rencana Kerja Pemerintah adalah: “Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Inklusif dan Berkeadilan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat".

Presiden kembali mengingatkan visi besar kita yaitu pembangunan yang bersifat inklusif dan sekaligus berkelanjutan‘‘sebuah prinsip yang dibangun berdasarkan sebuah kepercayaan umum, bahwa hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh semua warga negara tanpa kecuali. Kita ingin memastikan buah pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Pembangunan tidak boleh hanya menguntungkan segelintir orang, karena bertentangan dengan moralitas pembangunan yang esensinya bersumber dari Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Sejalan dengan komitmen pembangunan yang inklusif, dan sebagai perwujudan prinsip “pembangunan untuk semua", mulai tahun ini kita gulirkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI, untuk mendukung percepatan pembangunan di daerah-daerah di seluruh tanah air. Mulai tahun ini, Pemerintah melakukan percepatan dan perluasan pembangunan di enam koridor ekonomi di seluruh tanah air, untuk mendorong terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah di masing-masing koridor.

Di tengah-tengah kebahagiaan kita ini, Presiden selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus, kepada mulai dari kepala kampung hingga kepala daerah, atas kerja keras dan pengabdiannya. Kata Presiden, di saat kita hadir di "Rumah Rakyat" ini, nun jauh di ujung pelosok, pedalaman, dan perbatasan, serta di pulau-pulau terdepan yang terpencil, terdapat saudara-saudara kita yang berprofesi sebagai guru, bidan desa, penyuluh pertanian, kepala kampung, kepala desa, penjaga perbatasan, dan masih banyak yang lainnya, memberikan pelayanan kepada masyarakat kita di seantero negeri. Sebagian dari mereka harus berkeliling dari satu desa ke desa lainnya, dari satu pulau ke pulau yang lainnya, dari satu lembah ke lembah yang lainnya untuk memenuhi kewajibannya. Presiden menyatakan mereka adalah pahlawan-pahlawan bangsa yang bekerja dalam sunyi, dengan keikhlasan yang melampaui panggilan tugasnya. Kita semua berhutang budi pada mereka. Presiden bangga, kita semua bangga, dan sungguh mencintai saudara-saudara semua.

Terakhir, sesungguhnya Pemerintah juga menyadari bahwa masih banyak masalah dan tantangan yang harus kita selesaikan dan hadapi. Semua masalah dan tantangan itu juga tidak ringan. Namun, apabila kita bekerja keras dan bekerja sama dengan solidaritas dan spirit kebangsaan yang kuat di antara para pemimpin dan rakyatnya, maka niscaya semua itu dapat kita hadapi dan lalui dengan sukses dan selamat. Kritik kepada pemerintah memang sesuatu yang perlu dan penting. Walaupun demikian, Pemerintah memerlukan umpan balik yang bersifat korektif namun kontributif.

Di atas semua itu, janganlah kita menjadi bangsa yang mudah berputus asa. Sebaliknya, marilah kita mensyukuri semua yang kita miliki, karena hanya dengan rasa syukur itulah kita dapat senantiasa optimistis untuk menjadi bangsa yang maju dan unggul. Marilah kita bangun optimisme kolektif.

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...