Jul 20, 2013

Cerita Menkes yang Dijuluki Mama 'Bahaya' di Pedalaman Papua


Minggu, 21/07/2013 03:54 WIB
Triono Wahyu Sudibyo - detikNews
Menkes, Mendikbud, Gubernur Papua dan Velix Wanggai (Foto: Triono/detikcom)
Lanny Jaya, - Menkes Nafsiah Mboi bukan orang asing bagi warga Papua. Sebagai tanda keakraban, perempuan kelahiran Sengkang, Sulsel, itu dijuluki mama yang bahaya. Ia tertawa.

Julukan itu dilontarkan Bupati Lanny Jaya, Befa Yigibalon dalam sambutan di acara pencanangan kota mandiri di Distrik Tiom, Kabupaten Lanny Jaya, Sabtu (20/7/2013). Menurutnya, mama yang bahaya adalah julukan yang paling pas untuk Menkes.

"Bahaya itu artinya luar biasa. Iya, mama memang bahaya," kata Befa disambut tepuk tangan ribuan warga dan senyum Menkes maupun tamu undangan.

Kata 'bahaya' itu akhirnya mendominasi sambutan-sambutan selanjutnya. Menkes yang mendapat giliran memberi sambutan mengungkit julukan itu.

"Itu kalau Bapak Presiden (SBY) yang omong, bukan luar biasa, tapi ruar biasa," kata Menkes disambut tawa tamu undangan.

Menkes yang hadir dengan mengenakan kemeja dan celana warna merah anggur mengaku bangga dengan orang Papua. Semangatnya untuk maju sangat tinggi. Maka itu, pihaknya mendukung upaya-upaya perbaikan kondisi sosial terkait fasilitas kesehatan.

Mendikbud ikut nimbrung soal kata bahaya. Setelah mengucap salam, ia mengatakan, "Selain Menkes, Bupati juga orang yang bahaya karena cita-citanya sangat besar untuk kemajuan daerahnya."

Lagi-lagi kata itu mampu membuat warga tepuk tangan dan tamu undangan tertawa. Menkes yang hadir dengan didampingi beberapa dirjen kemendikbud ini berharap Bupati mampu mewujudkan cita-citanya. Kemedikbud akan mendukung dengan beragam upaya. Terutama soal dana pendidikan dan SDM.

Menkes, Mendikbud, Staf Ahli Presiden Bidang Otonomi Daerah Velix Wanggai, dan beberapa pejabat setempat mendapat mahkota sebagai penghormatan. Mahkota bertahtakan burung berwarna kuning dan hitam itu diberikan di bandara sebelum acara.

Lokasi acara adalah sebuah tanah lapang di perbukitan yang baru dikepras sebagai akses dari bandara ke permukiman. Tepatnya di bawah kantor bupati. Tanahnya merah dan berlumpur. 

Warga berada di tanah lapang, sedangkan tamu undangan berada di panggung yang didirikan di tempat yang lebih tinggi. Lokasi dikelilingi perbukitan hijau Pegunungan Papua Tengah.

Dengan dicanangkan sebagai kota mandiri, pada tahun 2016 di Tiom ditargetkan program pendidikan dasar tuntas. Ditandai dengan berdirinya 143 PAUD, 60 SD, 23 SMP dan 5 SMA serta 1 rumah sakit. Sebuah cita-cita yang cukup 'bahaya' untuk pedalaman Papua.

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...