Jul 11, 2013

Marhaban Ya Ramadan

Jurnal Nasional | Kamis, 11 Jul 2013
Ahmad Nurullah
Velix Wanggai Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah



RAMADAN adalah bulan yang selalu dirindukan dan disucikan kaum Muslimin. Ketika tiba saatnya, ia disambut bak kekasih yang telah lama pergi. Ucapan Marhaban Ya Ramadhan (Selamat datang wahai Ramadhan) dari para sejawat dan kerabat selalu kita temukan di setiap SMS ponsel kita.

Di bulan Ramadan ini kaum Muslimin menjalankan salah satu pilar Islam, yakni berpuasa selama sebulan penuh. Syariat puasa dapat kita temukan di semua agama (Al Baqarah 183). Puasa berfungsi mengontrol kepribadian manusia untuk menjaga keseimbangan antara nafsu dan akal budi. Nafsu selalu mengajak manusia untuk terus memuaskan tuntutuan hewaninya, sementara akal budi selalu menuntun manusia untuk menggapai hakikat malaikatinya.

Bulan Ramadan disebut bulan suci, karena di bulan ini kaum Muslimin menyucikan diri dari noda dan dosa lewat amal zakat, infaq dan sedekah serta taubat. Bagi para hamba yang selama ini jauh dari Tuhan, inilah saatnya untuk kembali dekat dengan-Nya. Inilah momentum yang tepat bagi mereka yang selama ini mencari-cari di mana Tuhan berada.

“Dan apabila hamba-hambaku bertanya tentang Aku, katakanlah (hai Muhammad) bahwa Aku dekat dengan mereka. Aku mengabulkan apa yang mereka pinta pada-Ku‘ (QS Al Baqarah: 186).

Tuhan mengajak manusia mengakrabi-Nya lewat doa. Karena dengan doa, seorang hamba langsung berkomunikasi dengan Tuhannya. Ayat Al Quran di atas masih bertalian dengan ayat tentang perintah puasa (Al-Baqarah: 183). Sehingga, pada saat berpuasa, Kasih Tuhan mengalir tak terhingga, terbuka lebarnya pintu pengampunan dosa serta stasiun terakhir bagi para pendosa untuk membebaskan diri dari siksaan api neraka.

Ramadan juga merupakan bulan sejarah ilmu pengetahuan, karena pada bulan ini, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama Al Quran yang berisi perintah membaca (QS Al ‘Alaq: 1-5). Di dalam ayat ini, terdapat istilah “kalam‘ yang secara harfiah diartikan pena dan para ahli tafsir mengartikannya proses tulis-baca.


Pada zaman modern saat ini, ternyata makna “kalam‘ bisa diartikan komputer atau alat teknologi informasi lainnya yang berfungsi sebagai alat tulis-baca. Materi yang dibaca pun tidak saja yang tertulis di buku atau layar monitor tetapi segala fenomena alam dan kondisi sosial masyarakat dan bangsa kita.

Bulan Ramadan yang penuh keberkahan ini menjadi lebih bermakna bagi kita apabila di saat berpuasa itu kita mampu membaca kesedihan dan nestapa saudara sebangsa dan setanah air yang mengalamai kesusahan, kemiskinan maupun ditimpa bencana. Kehadiran Presiden SBY di tengah-tengah saudara-saudara kita yang tertimpa musibah gempa bumi di Bener Meriah Aceh Tengah di awal Ramadan ini adalah wujud konkret kepedulian dan komitmen seorang pemimpin bangsa pada rakyatnya.

Mari kita jadikan bulan Ramadan ini sebagai sarana untuk mengembangkan solidaritas dan soliditas sosial kita sebagai bangsa. Kita perbanyak amal kemanusiaan kita lewat zakat, infaq dan sedekah dari harta yang halal. Kita bantu kesusahan saudara kita dengan keikhlasan. Kita pupuk persaudaraan kita lewat silaturahmi. Semua itu jika kita lakukan di bulan yang penuh berkah dan magfirah ini, Insya Allah kita akan melewati Ramadan 1434 hijriah ini dengan penuh kemenangan dan suka cita.
Selamat Berpuasa! n

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...