Mar 10, 2011

Membangun Raksasa Kalimantan

Oleh: Velix Vernando Wanggai
Dimuat di Kolom Spektra, Jurnas, 10 Maret 2011

Kalimantan atau Borneo adalah raksasa yang bukan saja sedang tidur melainkan tidurnya sudah cukup berkepanjangan. Kalimantan adalah pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau Kalimantan dibagi menjadi wilayah Brunei, Indonesia (dua per tiga) dan Malaysia (sepertiga).

Menyadari potensi raksasa Kalimantan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menekankan strategi pembangunan yang berbasis kewilayahan. Untuk lima tahun ke depan, Presiden mendorong pengembangan sentra-sentra ekonomi baru di Kalimantan, sambil menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa-Bali.

Dengan karakter yang begitu beragam, Presiden SBY ingin mendorong percepatan pembangunan dengan beragam pendekatan. Kita ingin mengkonsolidasi kembali pengembangan kawasan potensial dan strategis berupa kebijakan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), maupun konsep koridor ekonomi wilayah yang kini sedang digodok Pemerintah.

Sejalan itu, Pemerintah juga berkomitmen untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan, kawasan tertinggal, dan terpencil yang tersebar di berbagai pelosok pulau Kalimantan. Pendekatan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan harus diwujudkan secara terpadu. Pertumbuhan, pemerataan, dan berkelanjutan merupakan prinsip utama yang saling berkaitan tanpa menegasi satu dengan lain.

Kita menyadari Kalimantan adalah pulau Seribu Sungai. Ada empat besar daerah aliran sungai (DAS) di Kalimantan, yaitu Barito, Kahayan, Mahakam dan Kapuas. Dari empat sungai besar ini, terdapat banyak pecahan sungai (sub-DAS). Sungai-sungai itu merupakan urat nadi perekonomian Kalimantan.

Keberadaan DAS belum dioptimalkan untuk sektor energi, pertanian maupun air bersih bagi kota-kota besar di Kalimantan. Hal ini diperparah dengan kondisi infrastruktur wilayah yang sangat minim. Menurut studi Bappenas 2009, infrastruktur Kalimantan, baik jumlah maupun mutu, termasuk yang paling rendah di Indonesia. Interkoneksi antarkawasan di Kalimantan tidak selancar hubungan daerah-daerah di Kalimantan dengan pulau Jawa atau pulau Sulawesi.

Potensi sumber daya alam Kalimantan meliputi pertambangan, kehutanan, pertanian dan perkebunan, serta perikanan dan kelautan. Kalimantan memiliki komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi, baik di pasar domestik maupun luar negeri. Komoditas unggulan itu diantaranya (1) minyak, gas bumi, dan batu bara yang terpusat di Provinsi Kalimantan Timur, (2) kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, (3) karet di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, dan (4) perikanan dan kelautan, dengan perikanan tangkap dan budi daya laut di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Kontribusi perekonomian Kalimantan terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional cukup tinggi dibandingkan pulau lain di tanah air. Tetapi raksasa Kalimantan masih terus tertidur pulas. Dalam beberapa pengamatan, rakyat kita di daerah perbatasan sangat tergantung dengan ekonomi Malaysia. Uang rupiah selalu jatuh ke wilayah Malaysia, termasuk harga diri kita. Satu-satunya jalan adalah membangunkan raksasa yang sedang tidur itu dengan reorientasi kebijakan yang lebih tepat.

Potensi Kalimantan itu membuat kegiatan investasi berorientasi di sektor pangan dan energi yang berpusat di beberapa kawasan saja. Akibatnya penduduk di kawasan lain di Kalimantan meninggalkan daerahnya dan bermigrasi ke pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dominan tersebut. Persoalan sosial seperti ketimpangan sosial harus menjadi perhatian kita semua. Harapannya, pembangunan Kalimantan juga harus mengembangkan masyarakat asli dan merawat kearifan lokal mereka.

Saat ini raksasa Kalimantan harus dibangunkan dari tidurnya. Tidak sebatas pangan dan energi tetapi juga pariwisata dan menjadi paru-paru dunia di saat ketakutan atas ancaman pemanasan global yang semakin meningkat. Gagasan tentang Hearth of Borneo (HOB) tahun 2005 sebagai cikal bakal Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan harus dihidupkan kembali.

Tata ruang tersebut memuat pola pemanfaatan ruang berupa kawasan lindung, kawasan konservasi (Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Buru, taman Hutan Raya, Taman Nasional, Taman Wisata) dan kawasan budidaya (Kawasan produksi pangan, kawasan produksi perkebunan, kawasan perkotaan, kawasan pertambangan dan hutan produksi).

Hal ini dalam rangka mengarahkan pengembangan wilayah Kalimantan secara terpadu sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi dan budaya dengan memperhatikan potensi, karakteristik dan daya dukung lingkungannya. Gagasan menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan berfungi lindung dan budidaya dalam satu ekosistem pulau dan perairannya mendorong pembangunan Kalimantan akan mengarah ke kawasan pesir dan perairan.

Ke depan, kita semua harus optimis dalam membangun raksasa Kalimantan. Kebersamaan antara pelbagai pelaku pembangunan mutlak dibutuhkan, baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dunia usaha, dan masyarakat sipil.

Kebersamaan ini kita wujudkan dalam kesatuan perencanaan wilayah Kalimantan yang terpadu, baik dari sisi tata ruang, perencanaan wilayah, dan koordinasi antarlembaga. Dengan letak yang strategis di utara Indonesia, pulau Kalimantan adalah kekuatan strategis Indonesia kini dan masa depan.

Marilah kita membangun raksasa Kalimantan.

kembali

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...