Feb 23, 2012

Merdeka dari Kemiskinan

Jakarta | Kamis, 23 Feb 2012

Oleh Velix Wanggai

Kemiskinan adalah salah satu pekerjaan rumah yang kita hadapi saat ini. Ikhtiar terus dilakukan untuk menangani soal kemiskinan ini. Dalam tujuh tahun terakhir, Pemerintah serius mengatasi kemiskinan. Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak 35,10 juta jiwa (15,97 persen), dan mengalami penurunan menjadi 29,89 juta (12,36 persen) pada akhir 2011.

Seiiring dengan langkah-langkah dalam payung Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), saat ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ingin menyinergikan langkah untuk atasi soal kemiskinan secara komprehensif, terukur, dan terfokus. Sebagai bukti keseriusan langkah pemerintah ini, Presiden SBY menggelar Sidang Kabinet Paripurna pada Rabu, 22 Februari 2012 mengenai strategi pengentasan kemiskinan yang disebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI).

Persoalan kemiskinan juga merupakan pekerjaan rumah di berbagai belahan dunia, baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang. Banyak pengamat memetakan sumber penyebab kemiskinan ada tiga hal pokok. Tiga hal pokok itu harus dipahami sehingga kita bisa dengan benar meletakkan masalah dan mencari solusi secara benar pula. Kita sebut saja tiga kondisi itu dengan kemiskinan alamiah, kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural.

Pertama, kemiskinan alamiah. Kondisi miskin yang disebabkan alam yang kurang menguntungkan. Ketika penduduk tinggal dan hidup menetap di daerah kering, "enclave" atau tertutup akses ekonominya, mereka miskin karena tidak memperoleh akses kebutuhan dasar yaitu sandang papan dan pangan.

Kedua, kemiskinan kultural. Kondisi kemiskinan yang disebabkan oleh mentalitas dan kultur tertentu yang memandang hidup "adalah titah Tuhan". Ada sebagian keyakinan bahwa: "Ah percuma saja bekerja keras karena kondisi miskin pun adalah titah Tuhan." Hal ini tidak sesuai dengan kaidah agama yang mengatakan tidaklah Tuhan mengubah nasib sebuah kaum, sampai pada kaum itu sendiri mengubah nasibnya.

Ketiga, kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijakan politik ekonomi yang elitis. Kemiskinan golongan ini juga termasuk kondisi miskin yang disebabkan oleh mekanisme ekonomi dunia (world economic system) yang tidak menguntungkan orang miskin bangkit dari keterpurukannya.

Dengan melihat sumber-sumber kemiskinan dan dengan melihat kenyataan tipologi alamiah dan mentalitas sekitar 237 juta rakyat Indonesia, maka tampaknya kurang arif, jika kita menyalahkan kondisi itu sebagai tanggung jawab pemerintah saja.

Penanganan kemiskinan adalah tanggung jawab kolektif. Misalnya saja, organisasi kemasyarakatan yang terbesar semacam Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, dan organisasi keagamaan lainnya juga ikut menentukan suksesnya "jihad melawan kemiskinan". Sikap optimistis, kerja strategis dan sinergi akan banyak membantu suksesnya MP3KI ini.

Memasuki tahun 2012, Pemerintahan Presiden SBY melanjutkan serangkaian kebijakan dan terobosan untuk mengurangi kemiskinan. MP3KI hadir untuk menjawab soal kemiskinan itu. Para stakeholders didorong untuk ambil bagian secara sinergis dalam MP3KI ini. Apabila kita mau bahu-membahu dalam memerangi kemiskinan, suatu hari lebih banyak lagi masyarakat kita yang terbebas dan merdeka dari kemiskinan. Dengan kerja keras, optimisme, dan keyakinan, "kemerdekaan dari kemiskinan" akan segera datang. Insya Allah.

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...