Feb 2, 2012

Parlemen, Demokrasi, dan Umat


Jurnal Nasional| Kamis, 2 Feb 2012

oleh: Velix Wanggai

Saat membuka konferensi Persatuan Parlemen Negara Anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Palembang, Sumatera Selatan, 30 Januari 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengajak kita bersama untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang ekonomi, politik, dan kemajuan sosial negara Islam.

Dengan mantap, Presiden menandaskan bahwa Pemerintah bersama Parlemen memiliki tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat dan umat. Selanjutnya, Presiden meyakinkan bahwa tidak ada pertentangan antara demokrasi, kemajuan, dan Islam. Dengan kata lain, demokrasi juga mestinya bisa mengantarkan umat ke dalam kondisi sejahtera. Dengan mengikuti secara seksama berbagai forum penting di dunia Islam, Indonesia akan bisa menjadi contoh yang baik untuk tumbuhnya demokrasi dan nilai-nilai inti agama untuk perdamaian dan kemaslahatan umat. Keadaan ini bukan merupakan klaim Pemerintah saja, sebab pada Bali Democracy Forum di Bali tahun lalu, Indonesia bisa menjadi mediator bagi tumbuhnya prinsip demokrasi dan menjembatani berbagai gagasan yang berkembang di berbagai penjuru dunia dengan terlebih dulu mencoba menjadikan demokrasi sebagai pilar pembangunan.

Pada kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Serikat dua tahun lalu, negara kita sempat mendapat pujian dari Presiden AS Barack Obama dengan mengatakan secara terbuka dan mantap bahwa Indonesia adalah contoh sinkronnya nilai-nilai Islam dengan demokrasi. Menurut Obama, Indonesia telah berhasil sebagai negara yang bisa mengawinkan demokrasi dan Islam secara damai dan maju. Apabila hal dasar Islam, demokrasi, pluralisme ini dapat ditumbuhkan secara konsekuen dan konsisten, dapat dipastikan bahwa dalam masa yang akan datang, peran Indonesia sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia dan juga parlemen negara-negara Islam sangat penting perannya dalam masa depan dunia.

Presiden SBY juga mencontohkan bahwa kita di Indonesia secara bersama-sama menjaga kerukunan dan demokrasi dengan mengambil nilai-nilai inti agama. SBY menandaskan, “Kami senang Indonesia bisa jalankan demokrasi, Islam, dan hak asasi berjalan dengan bersama‘, ujar SBY. Dalam kesempatan itu, Presiden menekankan bahwa nilai-nilai Islam dapat digunakan untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan. Indonesia telah mencoba menggunakan nilai inti Islam dan demokrasi untuk atasi permasalahan yang dihadapi.

Tantangan dunia Islam dalam konteks ini ialah apakah Islam mampu memberikan respons terhadap perubahan peta politik internasional sehingga mampu bertahan di tengah permasalahan global yang semakin kompleks.

Selanjutnya, Presiden SBY mengungkapkan dengan bahasa Inggris yang baik: In the wake of these changes and uncertainties, we have only two options. First, is to close our eyes and ignore or even resist these powerful signs of the times. And second, to anticipate them and adapt to them intelligently with the necessary courage. “Kita memiliki dua opsi atau pilihan. Menutup mata atau mengantisipasi serta beradaptasi dengan perubahan. Demokrasi dan kebangkitan ekonomi adalah tema besar kita. Demokrasi ternyata tidak bisa berdiri sendiri, ia harus diikuti oleh kebijakan Pemerintah dan Parlemen agar permasalahan mendasar umat bisa diatasi di berbagai negara terutama di negara negara Islam.‘

Kini, Indonesia menjadi contoh bagi dunia, bahwa demokrasi, modernitas dan agama berjalan seiiring dalam satu tarikan langkah.

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...