Nov 18, 2011

Mewujudkan Abad Asia Pacific


Jurnal Nasional | Kamis, 17 Nov 2011
(oleh: Velix Wanggai)

Kini saatnya berbuat untuk perubahan tatatan dunia yang lebih adil dan inklusif. Dengan modal atas kinerja dan postur domestik Indonesia yang semakin baik dalam tujuh tahun terakhir ini, Indonesia telah hadir untuk mewujudkan keseimbangan regional dan global. Karena itu, kita sebagai anak bangsa harus menanamkan semangat optimistis. Dalam konteks itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan bahwa Abad ke-21 adalah Abad Asia Pasifik.

Dalam tiga minggu terakhir ini, Indonesia hadir di tengah-tengah publik global untuk membagi pengalaman. Selain hadir di KTT G20 di Cannes, Perancis, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat kehormatan untuk berbagi pengalaman. Di Paris, 2 November 2011, Presiden diundang oleh UNESCO untuk menyampaikan pidato kunci pada peringatan 10 tahun Deklarasi Universal mengenai “Keanekaragaman Budaya‘. Presiden SBY menegaskan bahwa "Multikulturalisme adalah bagian dari DNA nasional, formula bagi keberlangsungan hidup, dan jalan yang dibutuhkan untuk generasi mendatang‘.

Seusai pembukaan SEA Games di Palembang, Presiden SBY bertolak ke Honolulu, Hawaii untuk menghadiri Forum APEC CEO Summit 2011. Berada di pulau yang terletak di tengah-tengah Samudera Pasifik, Presiden memberi judul pidatonya, “The Asia-Pacific Century‘. Untuk mewujudkan Abad Asia Pasifik, ada empat poin penting yang perlu pertimbangkan dengan baik.
Pertama, Abad Asia Pasifik harus menjadi pusat bagi upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dunia yang kuat, berkelanjutan, pertumbuhan yang seimbang dan inklusif. Kawasan Asia-Pasifik akan menjadi pusat untuk penyeimbangan global. Presiden SBY mengajak negara-negara di Kawasan untuk mengejar konsolidasi fiskal, dan berbagai kebijakan lainnya.

Kedua, Presiden SBY mengajak negara-negara Asia Pasifik untuk mendefinisikan arsitektur regional yang berwajah inklusif, efektif, terbuka, dan transparan. Menurut Presiden, kita sekarang harus mempromosikan arsitektur regional yang baru. Dalam kerjasama itu, kita mendorong negara-negara untuk bekerja sama sebagai pemangku kepentingan bersama atas dasar kepentingan bersama.

Ketiga, Abad Asia Pasifik dibangun dalam sebuah keseimbangan dinamis. Kini pusat-pusat kekuatan-kekuatan ekonomi baru telah tumbuh dan berkembang dalam konteks stabilitas, kerjasama, dan perdamaian. Untuk itu, Presiden SBY percaya bahwa kita harus menyebarkan pola kemitraan dalam hubungan antarnegara. Pola kemitraan itu dapat berupa “Strategic partnership, comprehensive partnership, economic partnership, 21st century partnership‘.

Keempat, Abad Asia-Pasifik harus dibangun pada landscape sosial yang sedang berubah. Kata Presiden, saat ini kita hidup di abad konektifitas, abad informasi, dan dan abad keterbukaan. Untuk itu, negara-negara di Kawasan ini harus mengakomodasi perubahan revolusioner di landscape sosial. Misalnya saja, facebook dan twitter telah menjadi media sosial baru yang mengubah hubungan sosial yang tradisional. Semua ini berpengaruh pula dalam tatatan politik, ekonomi dan masyarakat.Dan, yang terpenting lagi, menurut Presiden SBY, kita negara-negara di Asia Pasifik ini harus bangkit bersama-sama. Disinilah, pentingnya kita perlu mengedepankan pendekatan win-win solution, bukannya the zero-sum, win-lose approach. Ketika di Paris pada 2 November 2011, Presiden SBY mengajak kita untuk membangun “The New We‘. Kita bersama-sama di Kawasan Asia Pasifik untuk bersatu dalam keragaman.Kini kita memulainya dari ASEAN. Welcome Leaders to 19th ASEAN Summit and Related Summits 2011.

No comments:

Staf Ahli Bapennas: Ibu kota direncanakan pindah pada semester I 2024

  Selasa, 21 Desember 2021 17:32 WIB   Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Velix Vernando ...